anak pemetik pacar galuh

PENANGGULANGAN  kemiskinan saat ini masih menjadi masalah yang kompleks dan kronis baik di tingkat nasional maupun regional, khususnya Bali. Sehingga penanggulangannya memerlukan strategi yang tepat dan berkelanjutan. Di kabupaten Klungkung misalnya, penanganan kemiskinan masih perlu ditingkatkan, agar warga miskin mendapat perhatian dari pemerintah.

Seperti apa yang Metrobali.com temukan di banjar Bungaya, Desa Akah hidup tiga bersaudara yang masih duduk di bangku SD. Anak anak ini terpaksa bekerja keras untuk menyambung hidupnya dengan memetik bunga pacar galuh. Kehidupan tiga anak ini sangat beda dengan anak anak sebayanya. Ketiga anak yatim tersebut kini diasuh sang nenek, karena ayahnya AA Rai Santika meninggal dunia 6 tahun silam, sementara sang ibu  AA Istri Ngurah Susilawati menikah lagi. Sesunggunya tiga anak itu masih punya dua saudara lagi. Mereka ini adalah lima bersaudara. Yang pertama adalah AA Istri Purnama Dewi 19 sekarang sudah bekerja di Denpasar. Sementara anak kedua adalah AA Alit Ariani 17 sekarang sudah menikah.

Ditemu dirumahnya ketiga anak ini menimpati rumah ukuran 5 kali 6 yang sederhana peninggalan sang ayah. Kondisi rumah peninggalan orang tuanya ini sudah mulai kusam. Sementara untuk dapur dan kamar mandi tidak punya dan masih bergabung dengan keluarga lainya. Rumah tersebut beratap genteng namun tembok tidak diplester, berlantaikan seadanya dengan tiga kamar tidur. Diketahui  tiga anak anak tersebut bernama AA Agus Ariwijaya 12 sekarang masih duduk di kelas IV SD bersama adiknya AA Gde Agung 11 kelas 3 SD dan AA Gde Sayang 8 kelas II SD.

Menurut salah satu dari mereka Gde Agung mengatakan selama ini dia diasuh oleh sang nenek Jero Sekar. Hanya saja belakangan ini sang nenek sedang sakit. Sementara kakeknya juga sedang sakit jiwa dan dirawat di RS Bangli. “ Nenek sekarang lagi sakit,” ujar Gede Agung. Dia mengaku untuk menyambung hidup bersama dengan adik dan kakaknya bekerja sebagai tukang petik bunya pacar. Sementara hasil dari memetik bunya tersebut dipakai untuk bekal sekolah dan beli nasi. Mereka memetik bunya di kabun bibinya yang juga ikut mengasuhnya. Selain memetik bunya dia juga ikut menanam bunga kalau lagi menanam bunga.

Sementara untuk uang saku menurutnya terkadang bawa terkadang juga tidak. “Kalau uang saku kadang bawa, kadang juga tidak kalau tidak punya,” ujarnya polos. Malah dirinya mengaku lebih sering tidak membawa uang saku. Namun sebelum sekolah selalu sarapan yag diberikan oleh bibinya atau sang nenek. Untuk pakaian sekolah dia bersama adik dan kakaknya mengaku hanya punya dua stel pakaian sekolah. Bahka pakaian tersebut sudah sejak dua tahun tidak pernah ganti. Ditanya soal bantuan, dirinya berharap ada yang mau memberikan atau membelikan pakaian , alat tulis dan buku untuk sekolah yang layak. Dia berharap agar bisa terus sekolah dan ada donator yang mau memberikan bantuan bea siswa. “ Kami ingin punya baju seragam yang baru ingin punya alat tulis dan sekolah yang bagus,” ujarnya polos.

Semenjak sang nenek sakit, dia sekarang ini di asuh bibinya AA Istri Sayang Mayoni yang merupakan saudara bapaknya dan sudah kawin keluar. Namun demikian masih peduli dengan tiga keponakanya tersebut.

Dari pantauan Metrobali.com tampak pakaian sekolah yang mereka gunakan juga sudah kotor dan kumal dan tidak lengkap. Dia punya baju putih dan celana satu setel. “ Uang saku kalau ada Rp 2000 saja sudah cukup,” ujarnya.

Sementara pemerintah selama ini hanya memberikan bantuan berupa raskin yang keluar tiga bulan sekali. Sang bibi sendiri mengaku kasihan dan berharap bisa meneruskan sekolah sang keponakannya tersebut. Hanya saja dia juga bingung karena pengasilanya juga pas pasan.

Ditemui diruang kerjanya Kadissos Klungkung IB Anom Adnyana mengaku masih akan mengecek dulu data anak tersebut. “ Saya akan cek dulu apakah sudah masuk dalam program anak harapan. Kalau memang belum masuk akan segera diusulkan agar bisa masuk, “ ujarnya.

Ia katakan kalau program anak harapan sendiri berupa uang tunai yang bisa cair setiap bulan dan untuk anak anak miskin. Dan kreteria yang bisa dibantu dengan kegiatan ini adalah anak anak SD, SMP ibu hamil.  Untuk bantuan ini jika satu anak SD dapat bantuan Rp 800 ribu per tahun, dua anak SD dapat bantuan 1,3 juta per tahun dan untuk tiga anak SD dapat bantuan Rp 1,5 juta pertahun. Selaian itu juga dapat bantuan tetap Rp 300 ribu setahun. Sementara untuk 1 anak SMP dapat 1 juta dan Rp 300 ribu, dua anak SMP 2 juta dan 800 ribu sedangkan di Klungkung sendiri sudah ada 1503 KK yang mendapatkanya. Diakui pula ada diantara KK tersebut yang tidak dapat menerima karena ada yang pindah.  Susarjana/MB