Ambiguitas Pemilih Tradisional, Pilkada dan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Pertanyaannya kemudian adalah sesederhana itukah Pilkada Bali? Tidakkah ada pesan dan makna yang lebih penting yang perlu difahami masyarakat berkenaan dengan Pillkada Bali sehingga sebelum pemilih menentukan pilihan perlu membekali diri mengenai calon dan kebutuhan daerah akan type pemimpin yang cocok? Selanjutnya apa kaitan antara Pilkada dengan penyelenggaraan Pemerintah Daerah sehingga didalam memilih calon gubernur masyarakat perlu memilih yang terbaik?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut ada yang sederhana, ada pula yang rumit. Pada pertanyaan pertama, jawabannya sudah pasti yaitu iya. Sesederhana itulah sesungguhnya penentuan pemenang dalam Pilkada yang diikuti dua pasang calon. Paket yang memperoleh 50% lebih suara adalah pemenangnya. Tidak ada jawaban logis lain. Jika calon lebih dari dua pasangan, maka pemenang ditentukan dengan dua cara. Pertama, pemenang adalah paket pasangan yang memperoleh suara lebih dari 25%. Kedua, apabila tidak ada pasangan calon yang memperoleh suara lebih dari 25%, maka dilakukan pemilihan putaran kedua. Dari uraian ini jelas dapat diduga Pilgub Bali 2013 tidak bakal diwarnai pemilihan putaran kedua.
Jawaban atas pertanyaan kedua bisa bermacam-macam. Hasil pengamatan penulis di sejumlah kabupaten di Bali mendapatkan gambaran sepertii tu. Masyarakat awam atau pemilih tradisional yang jauh dari pusat kota dan minim informasi, bahkan mengaku tidak menangkap pesan Pilkada sebagai proses demokrasi. Beberapa memaknai Pilkada sebagai hal biasa. Beberapa lainnya memaknainya sebagai ketakutan karena tekanan politik. Ketakutan terjadi akibat minimnya pengetahuan mengenai para calon dan kurangnya pengetahuan politik disamping adanya desakan-desakan serta tekanan politik dari salah satu partai pengusung calon. Menyikapi situasi demikian, pemilih tradisional belum memiliki pilihan jelas karena menunggu ‘petuah’ dari tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat dan pengurus partai setempat.
Hal menarik adalah, muncul semacam anomali politik dimana pemilih tradisional yang pada awalnya telah memiliki alternatif pilihan namun tidak mendapat ‘petuah’ dari tokoh adat, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat berbalik mempertimbangkan dengan sungguh-sungguh ‘petuah’ pengurus partai dan pemimpin formal (terutama kepala desa) yang berafiliasi pada partai tertentu sesuai partai pimpinan daerah kabupaten/kota (bupati/walikota). Pertimbangan tersebut semakin menguat jika mesin partai bergerak aktif dalam sosialisasi paket calon yang diusungnya meskipun pemilih tradisional kurang atau bahkan tidak mengenal calon partai itu. Sebagai contoh di Jembrana. Sebagian masyarakat awalnya menaruh simpati pada Gubernur Made Mangku Pastika (MP). Namun dalam proses sosialisasi calon gubernur, masyarakat Jembrana tidak merasakan kinerja meyakinan dari mesin partai pengusung MP sehingga muncul kebingungan dainatar mereka. Hendak memilih figur atau partai?
Memilih figur MP yang sudah mereka rasakan program-program pro rakyatnya dengan JKBM, bedah rumah dan sebagainya adalah kata nurani mereka. Namun kenyataan di lapangan menunjukkan kinerja mesin partai PDI-Perjuangan yang mengusung Puspayoga – Sukrawan dirasakan dominan. Padahal kedua nama dan figur relatif tidak mereka kenal dibandingkan nama Mangku Pastika. Dalam kondisi demikian, pertanyaan menarik ini sering mereka lontarkan: “Kok teganya ya Pak Mangku meninggalkan PDIP?”.
Di salah satu desa di Karangasem hal yang sama juga terjadi. Dalam sebuah perbincangan dengan penulis, seorang tokoh muda desa itu mengatakan, awalnya dia bukanlah pengurus PDIP. Ia hanya simpatisan. Namun, ketika MP maju dengan PDIP, ia masuk jadi pengurus PDIP dan terpilih menjadi ketua ranting. Di sisi lain, iya kenal Puspayoga sebagai teman. Dengan pecahnya Pastika dengan Puspayoga, ia menjadi bingung. Secara program dan nurani pilihan ke Pastika tetapi secara teman dan partai ia mempertimbangkan Puspayoga.
Perbincangan di Jembrana dan Karangasem itu juga menyebutkan bahwa pemilih tradisional tidak terpengaruh oleh sikap dan tindakan kelompok media Bali Post yang dalam setiap pemberitaan membangun agenda setting pencitraan yang menguntungkan Puspayoga. Beberapa warga di daerah lain seperti Buleleng, Gianyar, Bangli dan Tabanan, juga menuturkan tidak berpengaruh. Sebagian bahkan makin yakin untuk memilih MP.
Terlepas dari penuturan polos sebagian warga Bali tersebut, ada referensi yang mengingatkan pentingnya kaitan penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan pemilihan kepala daerah. Referensi itu adalah Buku Pegangan 2006 Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah yang dikeluarkan Presiden RI Soesilo Bambang Yudhoyono. Disebutkan bahwa keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat menjadi fondasi penting didalam mendukung keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah dan peningkatan pelayanan publik, yang tentu hasilnya kemudian dapat memberikan kontribusi terhadap tercapainya tujuan pembangunan nasional. Disana disebutkan ada empat kunci sukses penyelenggaraan pemerintahan daerah yang harus diperhatikan pemerintah daerah dan DPRD.
Salah satu dari empat kunci itu adalah kemampuan pemerintah daerah dan DPRD didalam menjalankan tugas dan kewenangannya, hubungan yang sinergis diantara keduanya, hubungan pusat dan daerah, serta hubungan antardaerah yang konstruktif. Kemampuan Pemda dalam menjalankan tugas dan kewenangannya memiliki makna yang antara lain ditandai dengan kemampuan melakukan pengelolaan pemerintah daerah secara profesional dan handal, serta memiliki daya inovasi dan kreasi yang tinggi didalam meningkatkan kualitas manajemen pemerintahan.
Terkait erat dengan manajemen pemerintahan, peran pemimpin daerah yang profesional dan handal menjadi sangat signifikan dan menentukan terhadap pelaksanaan manajemen pemerintahan di daerah yang bersangkutan. Kemampuan mengelola pemerintahan di daerah termasuk didalamnya kemampuan mengelola potensi sumber daya alam, keuangan negara, pengoptimalan peran birokrasi pemerintahan secara profesional dan netral, melakukan kerjasama kemitraan dengan masyarakat sipil dan masyarakat ekonomi (swasta), bahkan didalam melakukan hubungan luar negeri.
Dengan pentingnya peran pemimpin daerah didalam mendukung pengelolaan manajemen pemerintahan di daerah dan memberikan warna terhadap pemerintahan daearah yang dipimpinnya, maka peran pemilihan kepala daerah (Pilkada) merupakan suatu proses politik yang dapat menentukan warna pemerintahan daerah dan tentunya keberhasilan penyelengaraan pemerintahan daerah. Pilkadan merupakan momen penting bagi masayrakat untuk memilih langsung dengan cermat sosok pemimpin kepala daerah yang paling ideal dan kapabel yang dapat memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah secara profesional dan handal pada masa selanjutnya ke depan.
Tiga kunci lainnya adalah : (1) tingginya kapasitas dan kapabilitas DPRD dalam menjalankan fungsi legislasi, anggaran dan pengawasan; (2) hubungan yang setara antara Pemerintah Daerah dan DPRD; dan (3) adanya hubungan yang konstruktif antara pusat dan daerah, serta hubungan kerjasama yang konstruktif antardaerah. Dari keempat kunci sukses penyelenggaraan pemerintahan daerah ini, kunci pertama yakni kemampuan Pemda (Gubernur dan jajarannya) dan DPRD dialan menjalankan tugas dan kewenangannya, hubungan yang sinergis diantara keduanya, hubungan pusat dan daerah, serta hubungan antardaerah yang konstruktif dipandang sebagai yang paling menentukan.
Satu hal yang penting berkenaan dengan kunci keempat adalah hubungan yang konstruktif antardaerah menjadi sangat penting mengingat masing-masing daerah memiliki keunggulan baik itu dari sisi ketersediaan danprofesionalisme sumber daya manusia, ketersediaan sumber daya alam, kemampuan mengelola pemerintahan, dan lain sebagainya. Hubungan kerjasama antardaerah dapat mengisi kelemahan yang dimiliki satu daerah oleh daerah lainnya, dan daya saing daerah menjadi kunci utama adanya hubungan yang konstruktif tersebut. Ini dapat dimaknai bahwa kesuksesan penyelenggaraan pemerintahan daerah tidak langsung diartikan sebagai memberikan aneka sumber daya kepada daerah, tetapi lebih kepada menggali potensi daerah untuk disinergikan.
Selanjutnya disebutkan bahwa oleh karena pada intinya penyelenggaraan pemerintahan daerah dapat ditentukan oleh hubungan antara pemerintah daerah dan DPRD, serta hubungan pusat dan daerah serta hubungan antardaerah, termasuk luar negeri, maka diingatkan dalam buku tersebut bahwa gambaran mengenai Pilkada diharapkan dapat menggambarkan kekuatan dan kelemahan dalam menentukan pilihan yang cermat dan tepat terhadap calon kepala daerah oleh rakyat.
Disebutkan pula bahwa mencermati tugas dan wewenang yang melekat pada penyelenggaraan pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam UU 32 tahun 2004, maka dapat dipastikan bahwa peran Pilkada sangat menentukan kehidupan penyelenggaraan pemerintahan daerah ke depan. Pilkada secara langsung dikatakan sebagai momentum yang sangat penting bagi rakyat untuk memilih pemimpin daerah yang benar-benar memiliki kualifikasi untuk memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah secara profesional, yang antara lain memiliki pengertian mampu meningkatkan kesejahteraan dan memperhatikan kepentingan masyarakat. Pilkadasung dapat mewarnai atau menentukan perkembangan pembangunan di daaerah itu sendiri karena setiap calon akan berkomunikasi langsung dengan rakyat dalam kampanye untuk menawarkan visi, misi dan program yang akan dilaksanakan apabila terpilih. Oleh karena itu, Pilkadasung merupakan momentum yang tepat bagi masyarakat untuk memilih langsung dengan cermat sosok yang paling ideal dan berkemampuan (capable) untuk memimpin daerahnya.
Kiranya penjelasan diatas sudah lebih dari cukup untuk menjawab semua pertanyaan diatas mengenai pentingnya rakyat pemilih mengetahui apa dan mengapa pengetahuan mengenai sosok calon kepala daerah itu penting, kaitan Pilkada dengan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah, menjelang dilangsungkannya berbagai kegiatan internasional di Bali dan menyongsong pemberlakukan AFTA (Asean Free Trade Area) di tahun 2015 mendatang. Dengan uraian ini penulis berharap, pemilih makin yakin dan mantap memilih calon pemimpin Bali lima tahun ke depan. Rahajeng menjalani pesta demokrasi, semoga aman, damai, lancar dan sukses.
I Dewa Rai Anom
Penulis : Staf pada Biro Humas Setda Provinsi Bali
19 Komentar
Setuju sengan tulisan Pak Dewa, tetapi menurut saya seharusnya peran executive dan legislative harusnya lebih memberikan informasi ke masyarakat bahwa sekarang adalah pemilhan Gubernur bukan Partai. Terlepas apapun partainya, pilihlah orang yang akan memimpin Bali, Partai sudah jelas mengkotak kotakan masyarakat karena pemimpin partai belum bisa berdemokrasi. Pemimpin daerah juga sama, melakukan safari politik dengan ikut sembahyang dll, sambil menyelipkan harus memilih calon tertentu. Harusnya pemimpin daerah berposisi netral….anda bisa lihat di Tabanan bagaimana mobilisasi aparat pemerintah untuk memenangkan calon tertentu. Mungkin itu yang dimaksud dengan Demokrasi a la Tabanan, saya sendiri tidak faham…
pak, kok tau tidak terpengaruh dengan pemberitaan BP … kenapa ada yg memborong BP di perempatan jalan agar BP tdk sampai ke pembaca sehingga pesan2 yg ada otomatis tdk terbaca? kenapa ada yg takut, sampai menyisipkan brosur atau majalah lain di dalam BP??menurut saya sih, masyarakat di luar kota masih banyak yg baca BP dan otomatis akan terpengaruh…apakah bapak ada survey nyata mengenai ” Perbincangan di Jembrana dan Karangasem itu juga menyebutkan bahwa pemilih tradisional tidak terpengaruh oleh sikap dan tindakan kelompok media Bali Post yang dalam setiap pemberitaan membangun agenda setting pencitraan yang menguntungkan Puspayoga.” kalau menurut survey yg dilakukan oleh lembaga survey media yg pernah saya baca digoogle, BP masih menguasai Bali dan setidaknya sebagian pembaca masih terpengaruh oleh isu yg ada.. menguasai bali? coba lihat saja iklannya seabreg.. kalau tidak menguasai Bali pasti sedikit yg pasang iklan..bisa dibuktikan kok.. 🙂 salam damai..semoga yg terpilih bukan orang yg rakus yg akan Meng-Ajeng Bali,yg tidak cuma manis saat kampanye, yg tidak cm datang ke masyarakat/ke pura sembahyang saat akan kampanye..sebelum kampanye diundang gak pernah datang…tidak merusak alam bali, tidak jadi calo tanah bali… semoga Bali tercitna lebih baik…
Pak Eyang Subur Sekali santai aja….kalau anda mau menilai dari segi medianya…tentunya anda harus di tengah2 dan juga memberikan penilaian seperti apa pemberitaan Bali Post selama ini. Tanya juga pemberitaan2nya apa berdasarkan survey? baru menilai media lain. Kalau terkait pilgub sah sah saja anda memihak salah satu calon dan anda kesal tentang pemberitaan ini. Kok anda seperti kebakaran jenggot menyikapi pemberitaan ini..Lucunya anda mengkonter berita ini memakai kata “menurut saya” itu kan berarti juga pendapat pribadi anda sendiri tanpa ada survey juga…itu juga boong namanya bro. Lagian yang anda pakai indikator adalah iklannya..emang anda pikir semua pembaca Bali Post sampai di pelosok desa membaca iklannya yang sebagian besar jual tanah, rumah, mobil? Paling yang baca iklan itu penjual, maklar dan pembeli. Apa nurani anda percaya 100% pemberitaan Bali Post terutamanya tentang pemprov Bali? Terutama dari nilai kebenarannya dan keseimbangan beritanya dan keberpihakannya terhadap Puspayoga. Sangat wajar sekali dalam situasi sekarang ini ada propaganda yang mempunyai tujuan politis lewat media… Emang Puspayoga dan Satria Narada aja yang boleh berpropaganda lewat media – yang lain ndak boleh? Semoga masyarakat memilih pemimpin yang program2nya sudah terbukt pro rakyat. Dan tidak percaya dengan janji orang olog2 pong, sok jujur, bersih dan santun….Masyarakat Bali waspadailah calon pemimpin yang sok seperti ini…yen sube ade anak kemo mai ngaku2 jujur, bersih, santun….to sujatine penipu tusing nyandang gugu , ingetang cara satwa i kedis cangak…ngaku dadi pedanda baka teken sekancan be ne di telagane – pemuputne konyang bene to amahe teken i cangak ne ngaku dadi pedanda baka. Sube mebukti…bline dadi ketua DPRD, Ipahne dadi wakil wali kota, trus ye jani nagih pang dadi gubernur…sing artine konyang akeluarga to RAKUUUUUSSS? Nah, salam damai Eyang Subur Sekali.
Semeton Bali mekejang, mai sareng-sareng pilih gubernur untuk masa 5 tahun ke depan. Dini irage memilih sesuai hati nurani ape irage memilih pemimpin ane sajaan megae, nyalanang program-program menyentuh masyarakat atau pemimpin (gubernur) partai,
Bagi saya apapun partainya tetap PASTI memilih MP, yang sudah terbukti pemimpin sujati.
Tyang nak belog tusing nawang berita BP, tapi tyang nitip jak nyame Bali mekejang ampunang milih gubernur belog care tyang, nak liu gati melog-melogin tyang.
Yen sube dueg nyen kar bise nguluk-ngulukin
Tyang bangga jak pak MP uli 2002 sampe jani.
Bangga ngelah warge dueg, jemet, rajin tusing kiul
Dumogi Ida Hyang Widi ngerahayuin pak MP
Konya ngaku ririh, cang ane paling beneh. Telah kanti benehne paling nu pelihne gen. Ade ane menghujat BP siang INDEPENDEN katena mendukung PAS. APA MEDIA ANE LENAN SING MENDUKUNG PASTI KERTA. Cuma bedane BP terang2 mdukung PAS ane lenan saru gremeng kr takut. Yen nyelekang calon orang sing independen, trus yen ngeluungan calon eken????? Men keni konyang media sing independen. Jelek mp bacagen di bp luung mp baca di metro to mara beneh. Untuk PENULIS DRA MEN PASTIKERTA MENAG BERJEG ANGGON SEKDAGEN BEEE. MASE DEWEK PALING RIRIH.NYELEKAN CAGUB LEN, NYELEKANG BP. TO ORANG IBA INDEPENDEN !!!! MEKACA MALU YAANNN
@made merkak Men di metrobali keluungan puspayoga dibuat kok.apa diBP demikian?bace malu BP itu berita membabi buta.kenapa Pas ngak mau diwawancara oleh jawa pos?apa jawa pos tidak netral?saya sering baca jawa pos kritik pemprop kok,disatu sisi kalo bagus dia juga bilang bagus.itu yang namanya INDEPENDENT.tusing sakit hati,Iri Hati dan lengeh.
@semeton Bali sareng sinamian,,,OM SWASTIASTU
Ampura dumun tyang nak tiwas lakar berKOMEN kone adane..
Tyang je sing nyelekang ne nto, nanging tyang mawicara ape ane kerasayang jak masyarakat tiwas buin belog care tyang.
Uli pidan ngelah gubernur Bali ane sujati nreptiang jak harumang kanti dura negara tyang nawang pak Mantra tekening pak Mangku Pastika.
Sire sane generasi 70-an PASTI nawang sire pak Mantra.
Unduk pak Mangku mekejang masyarakat sampun nawang sire pak Mangku.
Pak Mangku adalah putra terbaik di POLRI dengan mengungkap biang teroris ane alihe seluruh dura negare. Beliau menjadi Ketua tim investigasi Bom Bali I. Sujatine pak Mangku ampun menyelamatkan sendi-sendi kehidupan masyarakat Bali. Waktu dadi gubernur masi beliau melaksanakan program Bali Mandara, masyarakat ampun ngerasayang JKBM, Bedah rumah, Gerbang sadu, Simantri dll. Mekejang program niki sangat membantu kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Jani ade pemilihan Gubernur tyang tetap memilih pak Mangku ane sampun mebukti ngemajuang Masyarakat.
Ampura yening kata-kata tyang ade pelih
suksma
Om santih santih santih Om
sebagai orang awam yg tidak mengerti tata kelola pemerintahan saya masih belum mengerti program nya PAS meratakan pembangunan berbasis kabupaten/kota.
Yg bisa saya tangkap sebagai nak belog ,kalau beliau terpilih yang akan bekerja membuat program dan menjalankan adalah para masing2 bupati,terus gubernur ngapain??
Jeg sube pasti melali gen gaene.
ke jakarta menghadap dadong Mega, ngidih pertimbangan apang PDIP menang 2014.
Tusing maan malu ngerunguang rakyat, khan sube ade bupati be bise megae.
Golput gen ba
bah pak made bagus sing ngerti maksud tiange.. tiang nak mengomentari tulisan pak anom, bukan memihak BP atau ngeluungin BP… cuma memberitahu kalau BP itu masih sampai pelosok pak.. iklan tidak banyak kalau pembaca sedikit… kenken ne pak made bagus…
Penulis ini korang sopan karena memakai kaca mata Hitam, pasti matanya buta alias buta duit
Penulis ini kurirnya Pak mangku pastika,, ini tukang korupsi tikus putih di kantor gubernur Bali
kalo yang tau dilingkungan pak ****** pasti dah tau busuknya……….apa bedane kerjasama ajak ngontrakan hutan,,,,, len adane gen, tapi dimasyarakat bawah emang tidak nyadar karena tangan kananya si ini ngasi ke rakyat tapi tangan kirinya keruk kekayaan diri,,,, coba sesuai hati nurani saat sembahyang ujuk” datang tim pemenang kasi 10jt katanya lanjutkan,,, padahal itu uang bansos tapi a.n pribadi,,,,
NGALIH NAK DUWEG ALUH,,,,,,,, NGALIH ANE SUJATI JUJUR ANE KEWEH,,,,,jani ade 2 pilihan,,,terserah pemilih kalo ada no.1 ngapain pilih No.2,,,,,,,gitu aja kok repot…..
ube med uluk-ulukne,,,,,,,,jeg pilih gen ane sederhana n jujur,,,,, PAS no.1
lagian nak mekejang program patuh,,, nak sube disetujui DPRD BALI kan to program dari PDIP,,,, cuman jani pak MK sudah merasa bisa punya kendaraan sendiri n programnya juga sudah diklaim,,,makanya pak PAS tidak bisa leluasa bicara program ntar dibilang ikut” padahal coba program tidak diusulkan n disetujui PDIP mana mungkin jalan,,,,,, saya sangat kasihan sama PAS tak ada amunisi materi n program karena semua dikuasai pak MK,,,, btw saya tetap pilih PAS no.1
Bali Post gak ngaruh banget,,,,,, dengan ato tanpa Balipost aku pilih PAS no.1……lagian aku gak langganan koran apapun,,,, cuma adanya dikantorku ya Balipost habis bos kan orang bisnis,,, nyari karyawan, pemasaran iklan juga di Balipost…
TKS ya salam pissss jangan ribut ah pilih PAS gen kanggoang ngalih belogan bedik daripada duweg uluk-uluk
DOSA BESAR YANG TELAH DI PERBUAT OLEH MANGKU PASTIKA
KESALAHAN PATAL YANG PERNAH DI LAKUKAN MANGKU PASTIKA SELAMA 5 TAHUN MENJABAT ,MENJADI GUBERNUR BALI:
1. INGIN MEMBUBARKAN DESA ADAT PEKRAMAN SELURUH BALI,,MASALAH INI DI MUAT DALAM KORAN BALI POST YANG AKHIRNYA MENIMBULKAN SUATU DELEMA DAM BERAKHIR DI MEJA PENGADILAN NEGERI DEN PASAR LAWANYA ADALAH MEDIA BALI POST. YANG MENANG JELAS MASKU PASTIKA KARENA SEMUA HAKIM DI SEGOK MULUTNYA DENGAN DUIT-DUIT SUDAH MENJADI RAHASIA UMUM
2. TANPA SEPENGETAHUAN MASYARAKAT BALI,MENJUAL HUTAN BAKAU KE PADA INVESTOR,,YANG JELAS BANYAK KOMIISI MASUK KANTONG SENDIRI
3. MEMBASMI SELURUH ANJING YANG ADA DI BALI , BERKEDOK ANJING RABIES DENGAN ANGGARAN 9 MILIAR,,8 MILIAR MASUK KANTONG SENDIRI,,INI SUDAH MENJADI RAHASIA UMUM,
4. PARA BENDESA ADAT DI SELURUH BALI DI SURUH NGAYAH TANPA ADANYA INSENTIF APAPUN, SEMENTARA GUBERNUR JUGA KATANYA NGAYAH TAPI DAPAT GAJI RATUSAN JUTA,,,BELUM TERMASUK SEKALI TANDA TANGAN PROYEK,,DAPAT KOMISI BERAPA MASUK KANTONG PRIBADI
5. MEMONOPOLI PARIWISATA,,DENGAN MENDIRIKAN,,PUSAT OLEH-OLEH KRISNA,,SEHINGGA PASAR SENI SUKAWATI DAN PASAR SENI GUANG TIDAK KECIPRATAN TAMU SEPI,,BANYAK PEDAGANG MENGELUH DAN GULUNG TIKAR* DENGAN SEMBOYAN MATI IBA IDUP KAE
6. SERING MELAKUKAN PENCITRAAN,,KALAU ADA MAUNYA,,BUKAN KARENA TULUS UNTUK MENGABDI KE PADA RAKYAT BALI,,YAITU DENGAN MENGINAP DI RUMAH ORANG MISKIN DI KARANG ASEM,,TAPI ITU SEBENARNYA HANYA SANDIWARA BELAKA,,YANG MANA WAKTU ITU ADA PERTEMUAN DENGAN BUPATI GREDEG MASALAH NGOMONGIN TTG CALON WAKIL GUBERNUR
7. PADA WAKTU JADI KAPOLDA,,PEMBUBARAN TAJEN DI SELURUH BALI,,BUKANYA,,MENCARI SELUSI YAITU MELOKALISAI JUDI TAJEN,,KARENA ITU ADALAH HIBURAN BAGI MASYARAKAT BALI,,UNTUK ITU BAGI BEBOTOH YANG PUNYA DENDAM KEPARAT SAMA MANGKU PASTIKA JANGAN PILIH UNTUK MENJADI GUBERNUR BALI
8. ASAL- USUL MANGKU PASTIKA,,BUKAN MANUSIA BALI,,ORANG INI LAHIR DI LUAR BALI,,BESAR,,TUMBUH,,DAN MENJADI PEJABAT,,SAMA SEKALI TIDAK TAHU SELUK BELUK PERMASALAHAN ADAT ISTIADAT DI BALI
9. KESIMPULANNYA,SEKARANG TERSERAH SEMETON BALI,,KALAU MAU BALI HANCUR,,LEBUR DEKDEK LIDEK,,PILIH MANGKU PASTIKA,,,KALAU MAU BALI AJEG TENTRAM DAN SEJAHTRA PILIH AA PUSPA YOGA,,KARENA AA PUSPA YOGA ASLI ORANG BALI..
10. 5 TAHUN MENJABAT JADI GUBERNUR TIDAK ADA APA-APANYA,,YANG ADA HANYA MEMPERKAYA DIRI SENDIRI,,AMA KELUARGANYA,, DAN KONCO-KONCONYA,,
11. KONSEP BALI MANDARA TIDAK JALAN,,ALIAS JALAN DI TEMPAT,,ATAU MATI SURI,,BALI TIDAK AMAN, JAUH PANGGANG DARI API,,PREMAN GENTAYANGAN, LASKAR GENTAYANGAN,,DLL
tiang…rakyat kecil… semua visi dan misi calgub adakelebihan dan kekurangan…tiang milih tetap pasangan nomer 1…