Diperlukan  Pemimpin yang ‘’Bebas 4 Cacat’’

Para sulinggih

Para Sulinggih yang hadir di forum Debat Publik II di Hotel Aston.

 TAK HANYA Wayan Sudirta dan pasangannya, Ni Made Sumiati (paket SMS) yang ingin pemimpin Karangasem bebas dari ‘’4 cacat’’, Sulinggih dan Bawati yang hadir di ruang Debat Publik II Cabup-Cawabup Karangasem, Minggu (29/11) lalu menekankan hal serupa. Karangasem yang merupakan tempat paling timur, dan berdiri Sad Kahyangan besar seperti Pura Agung Besakih dan Pasar Agung, beberapa Dang Kahyangan seperti Pura Andakasa, Pura Lempuyang Luhur, Pura Silayukti, dan lainnya, memerlukan pemimpin yang tidak boleh punya cacat moral, sosial, spiritual maupun etika.

Ida Mpu Siwa Budha Dhaksa Darmita dari Griya Sukawati, Ida Sira Mpu Darma Sunu dari Griya Banjar Tatasan Jl. Ratna Denpasar, dan Ida Mpu Jaya Reka Tenaya dari Griya Desa Kapal, Badung, serta Ida Bawati Pasek dari Desa Kutri Gianyar. Sejumlah rohaniawan dari berbagai agama pun menyepakati, keunikan Karangasem dengan banyaknya Kahyangan seperti Sad Kahyangan dan Dang Kahyangan, serta Pura milik klen, Kahyangan Tiga di Desa Adat, pura-pura dadia di sekitar 3000 Dadia di 621 Dusun, serta lebih dari 100 ribu ‘’merajan’’, benar-benar memerlukan pemimpin yang kukuh dan teguh menjaga kelestarian dan kesucian kawasan dari Kahyangan-kahyangan Jagat Bali tersebut.

‘’Tolok ukur ini penting diperhatikan. Karena kalau kemerosotan dan cacat moral itu ada dalam diri pemimpin, bagaimana ia bisa mebina dan mendidik rakyatnya?’’ kata Mpu Siwa Budha Daksa Darmita.

Imbuh Sulinggih yang baru –baru ini menyelesaikan S-3 di Pasca IHDN tersebut, untuk mengetahui kualitas personal seorang calon pemimpin, bisa ditilik dari keluarganya. Misalnya, kerukunannya dalam rumah tangga, keberhasilan mendidik putra-putri, penerimaan sosial masyarakat sekitar maupun masyarakat pada umumnya, dan secara etika dilihat dari keteguhannya menghargai komitmen orang ataupun organisasi yang telah membesarkannya. Juga, seberapa besar ia berkontribusi dan mengabdi untuk kepentingan rakyat banyak, dan seberapa konsisten serta kontinyu ia melakoni rekam jejak tersebut.

‘’Rakyat harus jeli melihat. Telusuri baik-baik, bagaimana anak-anak para calon tersebut. Apa profesi dan kegiatan mereka? Kalau di masyarakat banyak tokoh mendidik  putra-putrinya dengan bekal pendidikan, ada yang memanjakan anak-anaknya dengan kekayaan, lalu bandingkan hasilnya. Kandidat mana yang mendidik anak-anaknya dengan baik, mana yang memanjakannya dengan harta benda dan bagaimana hasilnya. Rakyat tidak boleh salah pilih,’’ imbuh Ida Sulinggih.

Putri sulung Sudirta, Dokter Indriani Eka Putri, SPOG, bertugas di RSUD Amlapura, putri keduaya Made Sita Lokitasari, SH menyelesaikan Hukum Kontrak di Cambridge University London, dan yang ketiga Wayan Bima Panalaga masih kuliah di Fak Hukum Univ. Trisakti.

Wayan Sudirta dan Made Sumiati memang bukan figur asing di kalangan Sulinggih, Pemangku, Juru Srati, Pashraman, Sampradaya, sampai mahasiswa khususnya di perguruan tinggi Hindu.  Sudirta dan berbagai eksponen masyarakat Bali, dikenal sebagai figur yang menggelar acara Rsi Bujana dengan menghadirkan lebih dari 100 Sulinggih dari seluruh Sadaka di Bali, menjelang pemilihan gubernur Bali pada tahun 2013 yang lalu. Dalam pencalonan Joko Widodo sebagai Capres, Sudirta dan Koalisi Bhinneka Tunggal Ika menghadirkan 600 Sulinggih seluruh Bali, sementara ketika Hasto Kristianto yang Sekjen DPP PDIP mampir di ‘Posko KBTI” di Inna Bali Hotel, 200 Pemangku hadir guna memanjatkan doa untuk Joko Widodo.

Menyangkut kesucian kawasan Pura Besakih dan sekitarnya, Sudirta-Sumiati sudah mencanangkan program penataan agar kesucian Pura Besakih dan sekitarnya terjaga, sementara penduduk lokal tidak sampai terpinggirkan, dan dari wisatawan yang berkunjung bisa dihasilkan pendapatan yang memadai. Pendapatan dari pengunjung ke Besakih, 50% dicanangkan dikembalikan ke desa-desa pra-gunung pengempon Pura Besakih serta pihak-pihak lain yang memang layak dan patut mendapat bagian dari pendapatan tersebut. Kalau dari 460 ribu wisatawan yang berkunjung ke Karangasem, berkunjung ke Besakih, dan andai bisa mencapai 3 juta per tahun seperti Pura Tanah Lot, penghasilannnya sangat cukup untuk menata kesucian Pura Besakih dan membangun masyarakat sekitarnya.RED-MB