made wianta

Denpasar (Metrobali.com)-

Seniman serba bisa Made Wianta bersama sejumlah seniman terkemuka di Asia menggelar pameran bersama di Museum Singapura selama 18 hari, 1-18 Mei 2015.

“Lewat karya seni saya menyuarakan kritikan dan kepedulian terhadap lingkungan,” kata Wianta dalam surat elektronik yang diterima Antara di Denpasar, Selasa (5/5).

Sejumlah karya kanvas yang dikoleksi Singapore Art Museum itu mendapat apresiasi luas kalangan pencinta seni yang setiap hari memenuhi tempat pameran bergengsi itu.

Pameran bersama tersebut merupakan rangkaian knalpot dari berbagai ukuran menyerupai patung berdimensi 250 x 300 x 250 cm dilengkapi dengan bunyi knalpot di kebisingan jalan raya.

Wianta dalam menghasilkan karya seni itu kerap memasukkan pesan yang sarat kritik, disampaikan dalam ungkapan seni visual universal. Salah satunya, persoalan polusi itu, yang bukan sekadar ancaman kesehatan dan rusaknya lingkungan, namun terkait isu energi dan kendaraan bermotor yang berlomba-lomba irit bahan bakar serta konsep hijau.

Wianta juga peduli terhadap persoalan sosial kemasyarakatan yang membuatnya tidak bisa berlama-lama di Singapura. Ia harus bergegas pulang mendahului seniman lainnya, karena harus siaga di kampung halamannya, Apuan, Tabanan.

Wianta yang dipercaya menjadi Ketua Panitia Penataan Pura Kahyangan Jagat Luhur Natar Sari akan memulai kegiatan besar renovasi kawasan pura yang diawali dengan peletakan batu pertama oleh Ketua DPRD Bali yang juga tokoh masyarakat Adi Wiryatama, Rabu (6/5).

Wianta menjelaskan, semua itu merupakan bagian dari pengabdian yang tak ubahnya sebuah proses berkesenian yang dilakukan secara tulus ikhlas.

Ia ikut terlibat dalam perencanaan, mengupayakan pendanaan dengan mengetuk hati pengempon pura dan para donatur lainnya.

Renovasi akan dilakukan dalam beberapa tahap selama lima tahun dengan biaya sekitar Rp15 miliar. Untuk tahap awal akan dibangun candi bentar, bale kulkul, wantilan, dan bale gong yang diperkirakan menelan biaya Rp2,5 miliar.

“Masih banyak dana yang harus digali, di sinilah seninya menggerakkan potensi persaudaraan (nyama braya,” ujar Wianta. AN-MB