Ngelawar SMP PGRI 2 Dps 5

 

Denpasar (Metrobali.com)–

Menyambut hari suci Saraswati, SMP PGRI 2 Denpasar bersinergi dengan Pemerintah Kota Denpasar membuat sebuah kegiatan budaya bertajuk Gebyar Budaya dalam bentuk lomba ngelawar, lomba membuat layangan dan lomba membuat pejati serta canang sari bagi siswa-siswi di lingkungan SMP PGRI 2 Denpasar. Dimana Gebyar Budaya ini dihadri langsung Wakil Walikota Denpasar IGN Jaya Negara sekaligus membuka acara yang di tandai dengan penandatangan prasasti pesan-pesan pendidikan, Jumat (24/6) di halaman SMP PGRI 2 Denpasar

Didampingi Ketua DPRD Kota Denpasar I Gst Ngurah Gede, Sekda Kota Denpasar AAN Rai Iswara, Camat Denpasar Timur Dewa Made Puspawan, Ketua PGRI Kota Denpasar I Nyoman Winata dan Kepala Sekolah SMP PGRI 2 Denpasar Gede Wenten Aryasuda, Wakil Walikota Jaya Negara juga sempat melihat dan berinteraksi dengan siswa-siswi yang sedang membuat lawar sembari memberitahu cara mengadon lawar yang enak. Dimana kegiatan lomba gelawar ini SMP PGRI 2 Denpasar sudah sesuai dengan visi Kota Denpasar yakni Kota berwawasan Budaya, apa lagi dengan kegiatan Kebyar Budaya ini sudah sangat mendudukung visi dari Kota Denpasar ini, ungkap Jaya Negara. Selain itu juga lomba ngelawar dan lomba membuat layangan ini juga bagian dalam menjaga ketradisionalan kearifan lokal budaya leluhur yang kita dimiliki, dan diharapkan apa yang di laksanakan oleh SMP PGRI 2 Denpasar ini bisa di ikuti oleh sekolah-sekolah yang lainnya serta bisa bersinergi dengan Pemerintah Kota Denpasar untuk membangun Kota yang berwawasan budaya.

Sementara Kepala Sekolah SMP PGRI 2 Denpasar Gede Wenten Aryasuda yang ditemui saat acara mengatakan, kegiatan Gebyar Budaya dalam bentuk lomba ngelawar, lomba membuat layangan dan lomba membuat pejati serta canang sari ini diselenggarakan selama dua kali dalam setahun, menjelang hari Saraswati dan Hut Kota Denpasar dan merupakan program unggulan sekolaah kami. Dimana hari ini dilaksanakan dua lomba yakni lomba ngelawar dan membuat layangan, dikarenakan membuat lawar merupakan sebuah tradisi masyarakat Bali yang harus dilestarikan dan lomba membuat layangan ini sangat erat kaitannya dengan agama hindu, “dikarenakan Rare Angon yang identik dengan kelompok bermain layang-layang tradisional yang ada di Bali, yang berasal dari cerita pengangon sampi (Gembala sapi) yang bermain layang-layang sembari menggembalakan sapinya di sawah. Rare dalam hal ini memiliki pengertian anak-anak, yaitu anak-anak yang masih suka bermain sekaligus membantu orang tuanya bekerja di sawah di daerah Bali, oleh sebab itu lomba layang-layang dikembangkan sampai sekaran dan kita sebagai generasi muda harus melestarikannya.” ungkap  Gede Wenten. Untuk besoknya pada saat sarawati akan di adakan lomba membuat pejati serta canang sari pagi harinya yang seusai lomba akan langsung di jadikan sara persembahyangan untuk acara saraswati. RED-MB