London (Metrobali.com)-

Penduduk dewasa yang kelebihan berat dan kegemukan di negara berkembang telah naik lebih dari tiga kali lipat sejak 1980, demikian satu laporan yang disiarkan pada Jumat (3/1) oleh British Overseas Development Institute (ODI).

Laporan tersebut, yang disiarkan tepat saat orang memikirkan diet pada Tahun Baru, memperlihatkan jumlah orang dewasa yang kelebihan berat dan kegemukan di dunia berkembang telah naik dari 250 juta menjadi 904 juta dari 1980 sampai 2008.

Jumlah itu jauh lebih banyak dari pertama kali dicatat di negara kaya, kata ODI, kelompok pemikir independen utama Inggris mengenai masalah kemanusiaan dan pembangunan internasional.

Di China dan Meksiko, angka orang yang kelebihan berat dan kegemukan telah naik hampir dua kali lipat, sementara di Afrika Selatan jumlahnya naik sepertiga sehingga menjadi lebih banyak dibandingkan dengan di Inggris sekalipun.

Afrika Utara, Timur Tengah dan Amerika Latin memiliki angka yang sama orang yang kelebihan berat dan kegemukan dengan di Eropa.

Menurut laporan tersebut, hampir 25 persen warga di China kelebihan berat atau kegemukan. Meskipun angka tersebut separuh jumlahnya di Meksiko, itu cukup tinggi untuk membunyikan tanda bahaya bagi rakyat China.

Steve Wiggins, ahli di ODI, mengatakan perubahan tersebut dapat disebabkan oleh penghasilan yang lebih tinggi, gaya hidup yang lebih banyak duduk, lebih banyak pilihan makanan olahan dengan kepadatan energi tinggi dan iklan makanan cepat saji.

Kelebihan berat dan kegemukan dapat menimbulkan sejumlah masalah, seperti penyakit, sakit jantung, stroke dan diabetes kata Winggins kepada Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu pagi. “Ini semua adalah tragedi pribadi, tapi secara kolektif semua itu berarti hilangnya bakat dan hasil ekonomi, dan biaya perawatan kesehatan yang lebih tinggi.” Oleh karena itu, ia menyarankan diperkuatnya berbagai upaya guna mencegah kecenderungan tersebut. “Informasi yang lebih baik dan pendikan mengenai makanan, barangkali pemberlakuan pajak pada makanan padat-energi dan subsidi bagi buah serta sayuran, peraturan mengenai iklan makanan sampah buat anak kecil dan kepastian bahwa di sekolah, rumah sakit, kantor pemerintah, makanan yang ditawarkan adalah makanan yang sehat,” katanya. “Gabungan tindakan semacam itu dapat membuat perbedaan.” Wiggins juga berbicara mengenai pengganti makanan. Laporan tersebut membandingkan makanan sehari-hari warga pada 1961 dan 2009, dan mendapai bagian produk hewani membengkak dari 4,46 persen jadi 19,68 persen.

“Konsumsi ternak meningkat dengan cepat di China,” katanya.

Wiggins menyarankan dorongakan makanan yang meliputi lebih sedikit daging. “Barangkali ikan menjadi pengganti,” katanya. “Itu mesti bertujuan memperoleh makanan yang sehat, atau bahkan lebih baik, dibandingkan dengan tetangganya di Asia –Korea dan Jepang.” “Diperlukan lebih sedikit pakan untuk menghasilkan ikan dan kerang seperti udang dibandingkan dengan yang digunakan untuk memproduksi babi dan unggas. Jadi beralih makanan dari daging ke ikan lebih hemat dibandingkan dengan mengimport pakan hewan,” ia menambahkan. Antara/Xinhua-OANA-MB