Parade Budaya Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Denpasar (Metrobali.com)-

Selama hampir dua tahun, ForBALI bersama dengan berbagi komponen masyarakat telah menggelar aksi protes untuk menolak reklamasi Teluk Benoa puluhan kali. Berbagai cara juga dilakukan untuk menunjukkan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa dilakukan, aksi parade budaya, menyuarakan penolakan di forum-forum seminar dan diskusi publik, kampanye musik, dan penolakan dengan pendirian baliho penolakan reklamasi Teluk Benoa oleh Desa Adat, STT dan Komunitas di wilayahnya masing-masing.

Namun, sampai detik ini pemerintah belum juga mengambil tindakan untuk menghentikan reklamasi Teluk Benoa. Pemerintah justru mempercepat proses reklamasi Teluk Benoa menggunakan segala cara, mulai dari ingkar terhadap studi kelayakan yang menyatakan bahwa reklamasi di Teluk Benoa itu tidak layak serta menerbitkan Perpres 51 tahun 2014 untuk memuluskan rencana reklamasi di Teluk Benoa. DPRD Provinsi Bali yang seharusnya peka terhadap suara-suara rakyat yang menolak reklamasi Teluk Benoa juga tidak memberikan sikap, bahkan menganggap persoalan reklamasi Teluk Benoa bukanlah persoalan yang mendesak, seperti yang dikatakan Ketua DPRD Provinsi Bali. Hal tersebut menegaskan bahwa pemerintahan yang ada, lebih mementingkan kepentingan pengusaha rakus yang hendak mengurug Teluk Benoa seluas 700 Ha, meski itu telah ditolak masyarakat, mengkhianati konservasi, dan berpotensi mengancam masa depan alam Bali.

Ini adalah situasi kritis dimana aspirasi penolakan reklamasi teluk benoa di abaikan tapi disisilain penguasa dan pengusaha berkonspirasi untuk melanggengkan eksploitasi terhadap Bali. Oleh karenaya ForBALI dengan seluruh komponen masyarakat yang tergabung di dalamnya, kembali bergerak dan menggelar parade budaya menolak reklamasi Teluk Benoa hari Jum’at tanggal 28 november 2014 untuk berkumpul di parkir timur lapangan renon pukul 13.30 siang. ForBALI juga mengundang setiap orang yang menolak reklamasi teluk benoa agar meluangkan waktu untuk terlibat dalam melakukan aksi parade budaya menolak reklamasi Teluk Benoa.

Di dalam parade budaya yang akan diadakan pada hari jum’at ini, ForBALI meminta semua pihak yang terlibat untuk menyiapkan diri berpartisipasi di dalam bentuk teatrikal, puisi, musikalisasi, tari-tarian dan kreativitas lainnya untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. Untuk informasi dan konfirmasi bentuk partisipasi, setiap orang yang menolak reklamasi teluk benoa dapat menghubungi ForBALI melalui aku twitter @ForBALI13.

Dalam parade budaya yang akan digelar Jumat 28 November 2014, ForBALI menyerukan kepada setiap orang yang terlibat di dalam parade budaya untuk tidak membawa poster dan spanduk yang berisi kata-kata makian, tidak membawa atribut parpol dan ormas, termasuk tidak boleh melakukan kekerasan. Karena konteks parade budaya ini adalah untuk berjuang menolak reklamasi Teluk Benoa, demi masa depan Bali.

Wayan Gendo Suardana, Koordinator ForBALI mengatakan bahwa ajakan kepada semua pihak untuk terlibat di dalam aksi penolakan reklamasi Teluk Benoa ini adalah untuk menyampaikan pesan kepada pemerintah baru di pusat, bahwa masyarakat Bali benar-benar menolak reklamasi Teluk Benoa dan menuntut pemerintah pusat untuk segera mencabut pemberlakuan perpres 51 tahun 2014 serta segera menghentikan seluruh usaha-usaha yang terkait rencana reklamasi di Teluk Benoa. Aksi ini juga merupakan bentuk dukungan moral kepada pihak-pihak di Pemerintahan yang memiliki komitmen untuk menolak reklamasi Teluk Benoa. “Aksi hari jum’at nanti adalah bentuk dukungan moral kepada pejabat Negara yang juga menolak reklamasi Teluk Benoa sekaligus  meminta Presiden Jokowi untuk segera mencabut perpres  51 tahun 2014” kata Gendo.

Selain itu, Gendo menambahkan, ForBALI menyerukan kepada semua pihak yang selama ini menolak reklamasi Teluk Benoa untuk tidak diam dan sekedar bersuara di media sosial saja karena sudah saatnya kita bergerak melawan kebijakan-kebijakan reklamasi Teluk Benoa. Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Kadek Dwita dan Tim, menyatakan bahwa masyarakat di Kabupaten Badung yang mendukung rencana reklamasi di Teluk Benoa hanya 9 %. Artinya, ada banyak individu dan komunitas atau organisasi yang menyampaikan penolakan terhadap rencana reklamasi Teluk Benoa di hampir seluruh Bali, tetapi tetap saja dituding segelintir orang dan hal itu dimanfaatkan untuk memuluskan rencana reklamasi di Teluk Benoa. “Kami menyerukan kepada setiap orang yang menolak reklamasi Teluk Benoa untuk meluangkan waktunya, kita bantah tudingan-tudingan yang menuduh pihak-pihak yang menolak reklamasi Teluk Benoa hanya segelintir” ungkap Gendo. RED-MB