MetroBali

Selangkah Lebih Awal

Ukuran Manusia Pigmi tidak Ada Kaitan dengan Manusia Kerdil Purba Homo Floresiensis

Ilustrasi. Penggalian arkeologis di Liang, Pulau Flores, dalam foto tak bertanggal milik Tim Liang Bua. (REUTERS/Liang Bua Team/Handout)

Jakarta (Metrobali.com)-

Evolusi ukuran tubuh manusia pigmi Flores yang rata-rata hanya memiliki tinggi 148 sentimeter (cm) terjadi karena adaptasi dengan lingkungan dan tidak ada keterkaitan dengan gen manusia kerdil purba Homo Floresiensis, kata peneliti senior Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo.

“Tinggi badan manusia pigmi terjadi karena adaptasi dan seleksi alam. Evolusi ukuran tubuh yang mengecil pada mamalia besar yang terisolasi di pulau-pulau merupakan suatu fenomen umum,” kata profesor yang akrab disapa Hera ini di Jakarta, Senin (6/8).

Dia mengatakan adaptasi terjadi karena ada keterbatasan sumber makanan di sekeliling mereka. Ini membuat tubuh mereka mengalami penyesuaian sehingga perlahan mengecil menyesuaikan dengan jumlah asupan makanan.

Genom pigmi menunjukkan adanya bukti seleksi pada gen yang memberi informasi untuk enzim yang terliat dalam metabolisme asam lemak yaitu Fatty Acid Desaturase (FADS) atau asam lemak desaturase.

Gen-gen ini telah dikaitkan dengan adaptasi diet pada populasi lain termasuk suku Inuit di Greenland.

“Jika dilihat ada kesamaan FADS pada suku Inuit di Greendland dengan manusia pigmi. Hal ini menunjukkan bahwa ada sesuatu di masa lalu yang menyebabkan pola makan mereka berubah,” kata Herawati.

Manusia pigmi atau manusia berperawakan pendek modern Flores yang tinggal di Dusun Rampasasa, Kabupaten Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), ternyata tidak memiliki keterkaitan dengan manusia kerdil purba Homo floresiensis.

“Secara genetik, populasi Rampasasa tidak berbeda dengan populasi manusia Indonesia lainnya,” kata Hera yang bersama delapan peneliti lain dari 11 institusi telah melakukan perunutan DNA dan menganalisa genom populasi pigmi di dusun Rampasasa tersebut.

Para peneliti memeriksa Asam deoksiribonukleat atau DNA dari 32 orang yang tinggal di Dusun Rampasasa, bagian dari Desa Wai Wulu, Kecamatan Wai Rii, Kabupaten Manggarai, NTT.

Dusun tempat mereka tinggal letaknya sangat berdekatan dengan gua Liang Bua, tempat fosil rangka manusia purba Homo floresiensis ditemukan pada 2004.

Manusia pigmi modern memiliki tinggi rata-rata 148 cm sementara manusia Homo floresiensis memiliki tinggi rata-rata 106 cm. Meski berperawakan sama pendek, keduanya tidak memiliki hubungan.

Manusia pigmi modern memiliki DNA dari fosil manusia purba lainnya yaitu Neanderthal dan Denisovans, mirip dengan populasi lain di Asia Tenggara dan Melanesia.

Oleh sebab itu asal usul dan hubungan hobbit Flores, Homo floresiensis masih menjadi misteri. Untuk mengetahui asal-usulnya maka harus dilakukan kunjungan kembali dan meneliti DNA dari fosil Homo floresiensis.

Hanya saja, untuk melakukan penelitian tersebut tidaklah mudah, meski fosilnya masih ada, DNA yang didalamnya bisa saja sulit diisolasi karena biasanya tidak dapat tersimpan dengan baik diiklim tropis.  Sumber : Antara