Jeonju, (Metrobali.com)-

Lima peneliti Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian berkesempatan meningkatkan kapasitasnya dalam penanganan pascapanen hortikultura di Korea Selatan pada 27 – 31 Mei 2019. Kelima peneliti tersebut adalah Kasma Iswari, Fajar Kurniawan, Alviyani, Sri Satya Antarlina dan Rina Dirgahayu.

Peneliti muda di Balai Besar Pascapanen Fajar Kurniawan, STP, M.Sc. didaulat menjadi Ketua Tim dan berkesempatan memaparkan penanganan pascapanen produk pertanian di Indonesia. Pelatihan yang didanai dari program SMARTD ini berjudul Postharvest Technology and Management to Reduce Losses in Agricultural Products dan dilaksanakan selama lima hari.

Pelatihan hasil kerja sama dengan AFACI ini merupakan pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan Balitbangtan (customized training). Pelatihan ini juga menjadi tindaklanjut Bilateral Meeting dengan AFACI pada Oktober 2018 di Jakarta. Saat itu Dr. Ji Gang Kim melakukan kunjungan ke Balitbangtan dan diterima langsung oleh Sekretaris Badan Litbang, Dr. Muhammad Prama Yufdy.

Pada kesempatan ini, selain di classroom, para peneliti berkesempatan untuk melaksanakan praktikum di laboratorium National Institut of Horticultural and Hebal Science, RDA tentang evaluasi mutu buah Pear. Dengan alat-alat/ instrumen yang lengkap dalam waktu beberapa menit sudah dapat menghasilkan 5-6 parameter.

Para peneliti juga berkesempatan dapat melihat langsung proses pengemasan bunga mawar potong, tomat, semangka, dan paprika hingga sampai ekspor di beberapa packing house. Pertanaman sayuran umumnya dibudidayakan secara hidroponik di dalam green house, yang dapat diatur suhu, kelembaban dan panjang sinar yang dibutuhkan tanaman. Pada umumnya setiap packing house, mempunyai green house.

Perusahaan yang mempunyai packing house, tidak hanya menggunakan hasil produksi sendiri, tapi juga dari petani dengan persyaratan tertentu, terutama terkait kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. Umumnya petani di Korea juga menanam sayuran dalam green house dengan sistim hidroponik.

Sebagai kilas balik dari peneliti, Ir. Kasma Iswari, MSi dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat (Sumbar) mengutarakan bahwa apa yang dilakukan Korea Selatan bisa juga diterapkan di Sumbar, tinggal bagaimana pemerintah mendukungnya. Demikian pula halnya dengan Ir. Sri Satya Antarlina, MSi dari BPTP Jawa Timur, dengan melihat langsung proses pemotongan hingga pengemasan produk hortikultura karena Jawa Timur juga memiliki potensi untuk merintis eksport bunga potong di Jember atau Banyuwangi.

Pada kesempatan tersebut, Ir. Rina Dirgahayu Ningsih, MSi mengutarakan bahwa pertanaman hidroponik sangat bagus diterapkan di Kalimantan Selatan, mengingat daerah tersebut sebagian besar adalah rawa, sehingga sulit untuk membudidayakan sayuran di lahan, demikian pula untuk pasarnya, perlu dukungan dari pemerintah.

Editor : Hana Sutiawati