Gianyar (Metrobali.com)-
Taman Nusa merupakan angan-angan dari  owner Taman Nusa,  Santoso semasa masih mengenyam pendidikan di UGM. Saat itu Santoso ingin membangun sebuah kawasan tempat pelestarian budaya. Akhirnya dengan berbagai pertimbangan, salah satunya untuk memajukan pariwisata Gianyar Timur, dipilihlah lokasi di Banjar Blahpane Kelod, Desa Sidan Gianyar. Hal itu diungkapkan General Manager Taman Nusa, R.A. Nugruho Septianto kepada Metrobali.com, Senin (14/1).
Lebih lanjut dikatakannya, dibangun pada lahan  seluas 15 hektar, Taman Nusa terdiri atas sebuah serambi utama dan gugusan bangunan kebudayaan berpengaruh dan berarsitektur unik. Pavilyun-pavilyun menggambarkan arsitektur tradisional Indonesia sesuai dengan keanekaragaman suku dan etnis, dan auditorium digunakan untuk pertunjukan adat seperti teater dan tarian. Kompleks Taman Nusa termasuk resort tradisional, hotel dan museum memamerkan pusaka Indonesia seperti : keris, wayang, batik dan tenunan. Perpustakaan berisi pengetahuan seni, upacara ritus, kain, dan hiasan.
Taman Nusamerupakan Pusat Pelestarian Budaya dan Alam Indonesia, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan menyeluruh mengenai budaya dari berbagai suku dan etnis Indonesia. “Taman Nusa ingin menjadikan taman budaya sebagai sarana pelestarian dan rekreasi bagi para pengunjung baik lokal maupun mancanegara untuk lebih memahami budaya Indonesia dengan cara yang menarik dan efektif,” tegas Nugroho.
Taman Nusa diharapkan akan menjadi jendela dunia bagi Kabupaten/Kota dari seluruh Indonesia untuk mempromosikan; potensi ekonomi, peluang investasi, seni budaya, produk kerajinan dan wisata daerah. Untuk mendukung itulah, setiap daerah disajikan dalam berbagai bentuk rumah adat dan juga aktivitas adat dari daerah masing-masing. “Ditaman Nusa dipajang 73 bangunan dari 33 provinsi.nantinya pada masing-masing rumah adat akan ada aktifitas sesuai dengan adat dan daerahnya,” jelas pria asal Solo ini.
Taman NUsa ingin memberikan gambaran Indonesia secara keseluruhan, dengan memejang bangunan dari suku-suku yang ada di Indonesia, disamping juga menyajikan keaneka ragaman dari suku-suku yang ada. “Di setiap rumah adat kita akan bisa melihat budaya dari adat itu langsung. Kita ingin memberikan gambaran dari setiap suku yang ada di Indonesia,” ungkapnya.
Dengan berkunjung ke Taman Nusa, pengunjung diajak untuk kembali melintasi waktu  kembali ke masa parasejarah sampai ke masa Indonesia harapan. Untuk mendukung itu, Taman Nusa akan dibagi menjadi beberapa kawasan, mulai dari kawasan masa prasejarah, kawasana masa sejarah, kawasan kampung budaya, kawasana Indonesia awal, kawasan Indonesia merdeka dan kawasan Indonesia harapan. “Kita akan gambarkan Indonesia dari zaman megalitikum sampai Indonesia harapan,” terangnya.
Taman Nusa juga akan dilengkapi dengan beberapa museum, seperti museum topeng dan wayang. dan juga akan dilengkapi dengan perpustakaan internasional. yang terpengting adalah pengunjung akan melihat Indonesia secara utuh dalam sebuah kawasan, mulai dari rumah adat, orang dari berbagai suku dengan pakaian adat dan juga aktifitas keseharian dari masing-masing suku. “Dengan waktu berkunjung 3-4 jam, pengunjung akan mengenal berbagai budaya yang ada di Indonesia. Taman Nusa akan menjadi inspirasi bagi pengunjung untuk berkunjung ke daerah-daerah yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Bukan hanya seni dan budaya saja yang bisa dinikmati di Taman Nusa,  tetapi juga bisa melihat hutan tropis kecil yang mempragakan pohon tropis eksotis, terutama spesies langka. Taman Nusa sudah mendatangkan berbagai pohon langka yang umurnya mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. “Kita juga akan lengkapi dengan taman kupu-kupu, paling sedikit 50 spises dan akan kita biarkan terbang bebas,” terangnya. ADI-MB