Bangli (Metrobali.com)-

Siswa SD, Niwayan Jun (14) yang dinikahi pria beristri, Wayan Cid (39) asal Desa Jehem, Tembuku Bangli akhhirnya melahirkan. Namun terlalu premature anaknya yang lahir perempuan di Rumah Sakit Bangli setelah sempat menghirup napas selama delapan jam meninggal dunia. Ibu muda ini diduga depresi akibat tidak tahan menahan tekanan dari berbagai pihak. “Kami sangat terpukul dengan kematian anak saya ini, padahal lagi dua hari akan diperiksakan ke dokter namun sekarang sudah begini saya senang punya anak perempuan,” kata Suaminya I Wayan Cid, Selasa (5/2).

Bayi premature tersebut lahir dengan berat badan hanya 600 gram dan panjangnya 21 cm. pihak rumah sakit sudah melakukan perawatan maksimal untuk menyelamatkan bayi ini. Namun sayang sempat menikmati dunia selama dua jam anak ini meninggal.

Sementara kondisi ibunya, Ni wayan Jun (14) kondisinya sangat lemah saat ini. Dia sedang mendapatkan perawatan intensif dari pihak rumah sakit setempat. “Semoga istri saya segera sembuh dan pulih kembali,” ujar Cidra.

Padahal Cidra mengaku sangat mengharapkan kehadiran bayi perempuan tersebut. Pasalnya, kedua anak dari istri pertamanya berjenis kelamin laki-laki. “Anak pertama dan kedua dari istri pertama saya sudah laki-laki dan sekarang ingin perempuan namun ternyata meninggal,” katanya.

Menurut keterangan dokter yang menangani kelahiran bayi dengan cara normal ini kelahiran premature dengan kondisi kehamilan umur enam bulan sangat riskan. Apalagi kondisi psikologi ibunya yang sangat lemah. Disatu sisi, kelahiran bayi prematur sendiri, ini tidak ada tanda-tanda yang berarti bagi ibu korban Ni Wayan J. “Tidak tau hanya berawal sakit perut,” ungkapnya. Direktur RSUD Bangli dr I Wayan Sudiana, MKes mengatakan, kronologis kejadian berawal Ni Wayan J datang ke RSUD Bangli sekitar pukul 16.00 Wita diantar sanak keluarga mengeluhkan sakit perut, Senin (4/2).

Menanggapi apakah disebabkan faktor stres bisa melahirkan lebih awal sesuai dengan batas waktunya, kata Sudiana, banyak faktor penyebab bayi meninggal. Salah satunya bisa seperti itu, yakni gangguan psikologis stres. Mengenai bayi ini tidak diinginkan lahir, sehingga ada dugaan sengaja digugurkan jauh hari sebelumnya, Direktur merasa tidak ada faktor kesengajaan. Hingga kemarin, jenazah bayi prematur yang belum diberi nama ini, bakal dititip di RSUD Bangli. Karena di Desa Jehem sendiri, masih ada halangan adat.

Ditempat terpisah, Kadis Kesehatan Bangli, dr Dewa Made Siangan menyatakan, kesiapan bilogis bayi tidak terpenuhi. Hingga kesiapan untuk melahirkan ini, belum segalanya matang. Padahal anak seusia Ni Wayan Jun, masih sepantasnya masih berada dalam situasi belajar dan bermain sesama rekannya. Hingga melahirkan bayi samasekali diketahui tidak siap.

Disatu sisi, Bupati Bangli, Made Gianyar menyempatkan diri mengunjungi kedua orang tua bayi prematur ini. Sambil bercerita memberikan dorongan moril. Gianyar berharap, sosialisasi UU Perlindungan anak agar terus digencarkan. Pendidikan untuk sampai ditengah masyarakat itu harus wujudkan. Jangan sampai kasus yang diakui banyak terjadi di Bangli kasus serupa, tak terulang lagi. “Jangan sampai lagi ada istilah kawin muda. Kesadaran masyarakat itu sangat penting dalam mewujudkan keluarga sejahtera. Meski data yang dipegang belum ada. Kasus nikah muda itu, sepertinya sudah banyak terjadi kasus nikah muda,” papar Gianyar.

Untuk sementara jasad bayi ini masih disemayamkan di RSUD Bangli sebelum dibawa pulang kerumahnya untuk diupacarai. Hal ini mengingat di desa Jehem saat ini sedang ada upacara sehingga tidak boleh membawa mayat. WAN-MB.