GM PT PLN (Persero) Distribusi Bali, Nyoman Suwarjoni Astawa/MB

 

Denpasar, (Metrobali.com) –

Pemerintah melalui Rencana Usaha Pengembangan Tenaga Kelistrikan (RUPTL) tahun 2014, menugaskan PT PLN (Persero) menjalankan proyek Jawa Bali Crossing (JBC) yakni mengalirkan listrik dari Jawa ke Bali melalui kabel tegangan tinggi yang melintasi Selat Bali. Presiden Jokowi melalui instruksi presiden yang dikeluarkan awal Januari 2016 telah memasukkan Jawa Bali Crossing dalam daftar proyek strategis nasional yang harus dipercepat pembangunannya. Dalam sebuah diskusi yang bertajuk “JBC Untuk Bali Hijau dan Sejahtera” di Kubu Kopi Jalan Hayam Wuruk Denpasar, Selasa (23/01), terungkap JBC sendiri akan menjawab prediksi ancaman defisit listrik di Bali.

GM PT PLN (Persero) Distribusi Bali Nyoman Suwarjoni Astawa, mengatakan tugas PLN sebagai perusahaan listrik negara ingin memberikan kehandalan, ketersediaan, akses dan tarif listrik yang terjangkau kepada masyarakat. Maka dengan proyeksi RUPTL tadi, jika tidak membangun tambahan pasokan listrik di Bali dengan pasokan listrik seperti sekarang baik jumlah pembangkit yang ada di Bali maupun kapasitas transfer listrik dari Jawa ke Bali kondisinya tetap seperti sekarang, maka tahun 2019 listrik di Bali tidak aman lagi atau dengan kata lain terancam defisit.

Kendati memiliki cadangan listrik oleh sistem yang cadangannya 30 persen saat ini, namun dengan dilakukan perbaikan atau pemeliharaan satu unit saja, maka PLN akan melakukan pemadaman listrik bergilir. Karena itu, PLN memandang penambahan pasokan listrik untuk menjawab krisis listrik di Bali dalam beberapa tahun ke depan, sangat penting dilakukan agar sistem kehandalan kelistrikan di Bali bertambah kuat. Jika tidak dibangun sistem yang lebih besar, maka tahun 2019 cadangan listrik diperkirakan berada dibawah 30 persen dan tahun 2020-2021 Bali diperkirakan akan mengalami defisit listrik.

“Kita akan kembali ke tahun 2014 dimana saat itu salah satu pembangkit besar dilakukan pemeliharaan maka harus dilakukan pemadaman bergilir”, ungkap GM PT PLN (Persero) Nyoman Suwarjoni Astawa didampingi GM PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Timur dan Bali I Djarot Hutabri EBS bersama pengamat energi dan kelistrikan, Febby Tumiwa.

Untuk membangun proyek JBC ini, PLN memerlukan masukan dari berbagai pihak terhadap sistem pembangkit listrik besar yang hijau dan ramah lingkungan. “Kita ingin kepastian dari berbagai pihak terutama yang kurang setuju, apa alasannya”, ujarnya sembari menambahkan jika memang itu dari sisi kearifan lokal dan dampak lingkungan tidak memungkinkan dilakukan maka rencana JBC akan dikaji lagi. “Tidak bisa digeser, atau dari sisi ketinggian harus diturunkan maka kita akan lakukan studi lagi”, imbuhnya.

Suwarjoni mengatakan, dengan penguatan interkoneksi Jawa dan Bali itu bukan saja akan menambah kapasitas transfer dari Jawa ke Bali, tetapi jug akan menambah sistem kelistrikan akan lebih kuat. Karena sebelumnya Bali bergantung dengan Jawa melalui 150 KV dan itu sandarannya lebih kecil. “Sekarang kalau dibangun sistem yang lebih besar dari Jawa ke Bali dengan sandaran 500 KV maka lebih besar lagi sehingga jika terjadi guncangan apapun di Bali akan terserap oleh sistem 500 KV itu”, ungkapnya.

Suwarjoni menyatakan dengan pembangunan sistem yang lebih besar itu, maka kecukupan atau kehandalan listrik di Bali akan mampu bertahan hingga tahun 2027. Melalui forum diskusi dan gathering ini, PLN ingin menyampaikan pentingnya meningkatkan kapasitas transfer dari Jawa ke Bali karena kebutuhan listrik di Bali dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun ke depan terancam terganggu. Saat ini kapasitas listrik di Bali termasuk transfer dari Jawa ke Bali sebesar 1.280 MW.

PLN memperdiksi di tahun 2020 beban puncak listrik di Bali akan mencapai 1.260 MW. “Itu hampir menyamai kapasitas listrik kita. Maka begitu satu pembangkit dilakukan pemeliharaan maka akan terjadi pemadaman listrik”, ucap pejabat asal Buleleng ini. Suwarjoni menyatakan, di PLTG Celukan Bawang, saat ini pada unit 1 dilakukan pemeliharaan selama satu bulan. Dengan hanya mengandalkan satu sistem pembangkit yang besar dan dengan kondisi listrik di Bali saat ini, maka bisa jadi akan dilakukan pemadaman bergilir selama satu bulan.

“Itulah kami ingin sampaikan kepada masyarakat bahwa inilah kondisi yang sedang terjadi saat ini dan PLN sedang merancang solusinya. “Namun jika solusi ini dianggap tidak tepat dengan kearifan lokal mari kita bicara lebih intens lagi”, harapnya.

PLN menurut Suwarjoni, akan sangat terbuka untuk mendiskusikan dan mengkaji rencana pembangkit besar ini. “PLN menghormati kearifan lokal dan kami akan patuhi itu”, tegasnya.  Sementara itu ditempat yang sama, pengamat energi dan kelistrikan, Febby Tumiwa, menerangkan bahwa PLN bertugas menjamin kelangsungan listrik termasuk di Bali. Untuk itu, diperlukan kehandalan ketenagalistrikan guna memberikan akses listrik dan juga mengupayakan tarif listrik yang terjangkau bagi masyarakat.

“Sangat tidak mengenakan didengar jika di Bali sebagai destinasi wisata internasional, terjadi pemadaman bergilir. Mengatasi ini perlu dilakukan transfer listrik dari Jawa ke Bali yang harganya lebih murah”, jelasnya. JBC atau Jawa Bali Crossingn jelasnya, dikenal sebagai proyek 500 kv dari Jawa ke Bali untuk menambah pasokan listrik Bali dan menjawab krisis listrik di tahun 2020. GA-MB