Turis Mencanegara Sembahyang di Besakih
Karangasem, (Metrobali.com)-
Menyusuri jalanan menuju tempat wisata Pura Besakih, yang masuk dalam zona Kawasan Rawan Bencana (KRB) II dengan radius 6 Km diliputi perasaan was-was. Bagaimana tidak sepanjang perjalanan menuju kaki Gunung Agung itu tak ada satupun manusia yang saya temui. Meski tampak lengan beberapa rumah masih ditinggali warga. Rata-rata penduduk yang berada dibawah sekitar Pura Besakih mengungsi tak jauh dari tempat tinggal mereka.
Memasuki kawasan wisata Pura Besakih terpampang pengumuman dalam bahasa Inggris “Announcement Besakih Temple and allof tourist activities will closed from 23th of September 2017 until the situation definitely conducive due to a volcanic eruption of Mount Agung,” demikian bunyinya yang artinya: pengumuman, semua kegiatan pariwisata di Pura Besakih dihentikan per tanggal 23 September 2017 sampai situasi benar-benar kondusif, hal ini disebabkan karena letusan gunungapi Agung,”.
Meski telah ada himbauan larangan untuk tidak memasuki area pura, pantauan Metrobali.com di lokasi, beberapa warga lokal dan turis asing masih nekat memasuki areal pura. Cuaca pada Senin (25/9) siang hingga sore hari memang tak bersahabat, tampak kabut turun disertai hujan rintik-rintik. Dua orang perempuan ibu dan anak yang ternyata warga asing itu dengan menggunakan mantel memasuki area pura dengan tenang. Mereka mengaku hendak meditasi di Pura Besakih
Tanya (17) dan Leah (33), ibu dan anak warga Ukraina ini mengaku tak tahu jika ada larangan bersembahyang di Pura Besakih. “Mengapa berbahaya, saya tidak tahu dimana ada larangannya memang ada ya, saya kesini mau meditasi sembahyang. Saya percaya Tuhan pasti melindungi kami,” ujarnya di lokasi Pura Besakih, Senin (25) sore.
Penduduk Lokal Sembahyang
Diberi pengetahuan dan informasi bahwa dilarang masuk Pura dua turis ini hanya tersenyum, mereka tetap membulatkan tekadnya untuk bersembahyang, keduanya kemudian memakai kamen atau sarung dan berniat berdoa di puncak Pura.
Tak selang berapa lama, tiba-tiba datanglah Danramil 1623-03/Rendang Kapten Infanteri Ketut Sumendra. Dia marah karena kelolosan. “Kalian tahu tidak disini dilarang kesana (red, puncak Pura Utama). Kok bisa mereka kesitu kalian ajak ya,” tegurnya. Kamipun menjelaskan kondisinya bahwa kedua wisatawan asing tersebut mengidahkan himbauan kami.
Minimnya personil yang berjaga di Kawasan Pura Besakih diakui Kapten Ketut Sumendra. Menurutnya aparat yang lain tidak ada yang mau berjaga di kawasan Pura mengingat status Gunung Agung di level IV (Awas).
“Karena sudah terpasang, dibawah sudah dipasang larangan dari PHDI (Persatuan Hindu Darma Indonesia). Yang “diatas itu” (red, PHDI/pemerintah) yang seharusnya memberikan “warning” yang lebih keras lagi. Marilah kita sama-sama sama-sama mengikuti aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah,”  himbaunya.
Kurangnya pengawasan di Pura Besakih tak bisa dipungkiri lantaran minimnya personil, apalagi banyak warga yang nekat bersembahyang disana. Warga lokal pun pada hari itu tampak datang dan nekat meminta kepada petugas untuk bisa bersembahyang sebentar. Menurutnya, mereka sudah datang jauh-jauh karena itu pihaknya terpaksa mengijinkan namun mereka tidak diizinkan sembahyang di areal Puncak Utama Pura melainkan di bawah.
Meski dilarang memasuki area Pura, pihaknya masih kecolongan tampak beberapa warga asing nekat hendak masuk ke Pura. Ada yang mengaku tau jika Gunung Agung hendak meletus. Seperti Ben, turis asal Bulgaria ini datang ke Pura Besakih karena ingin tau kondisinya seperti apa.
“Saya tahu Gunung Agung mau mengeluarkan erupsi tapi saya tidak takut, makanya saya datang kesini untuk melihat,” tandasnya.
Kurangnya personil penjagaan tersebut seharusnya diatensi bersama, mengingat saat ini kondisi Gunung Agung tinggal menunggu waktu untuk memuntahkan laharnya. Sesekali gempa kuat terasa, namun Gunung tersebut masih angkuh berdiri hingga kini.
Masyarakat di sekitar G. Agung dan pendaki/pengunjung/wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di dalam area kawah G. Agung dan di seluruh area di dalam radius 9 km dari Kawah Puncak G. Agung dan ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 12 km. Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan G. Agung yang paling aktual/terbaru.SIA-MB