Keterangan poto : Dirut PT Pembari Roli Irwananda dan Dirut Perusda Provinsi Bali sedang menandatangani Mou Jumat (6/4) di Sanur.
Denpasar (Metrobali.com)-
PT Pembangunan Bali Mandiri (Pembari) sebagai pemrakarsa pembangunan Bandara Bali Utara (BATARA) mandatangani nota kesepahaman (Mou) dengan Perusahaan Daerah (Perusda) Provinsi  Bali pada Jumat, 6 April 2018 di Legong Room Hotel Bali Beach Sanur, Denpasar. Keduabelah pihak sepakat bekerjasama dalam proses pembanguna  bandara dan untuk selanjutnya akan dirinci oleh kedua belah pihak.
MoU tersebut ditandatangi oleh Roli Irwananda selaku Direktur Utama PT Pembari dan Ir Nyoman Baskara selaku Direktur Utama di Perusda Provinsi Bali. Penandatanganan Mou tersebut disaksikan langsung oleh Chairman PT Pembari Ketut Suardana Lingggih dan Komisaris PT Pembari Mayjen (Purn) TNI Ngakan Gde Sugiharta.
Direktur Utama Perusda Bali Nyoman Baskara sebelum acara penandatanganan Mou mengatakan, sepakat dengan konsep yang diusung PT Pembari yaitu pembangunan Bandara Bali Utara yakni dengan konsep Konsorsium Gotong Royong. Dengan cara gotong royong maka proses pembangunan akan lebih mudah dan lebih ringan. “Saya mengajak semua elemen masyarakat Bali dengan lebel masing masing ikut bahu membahu untuk mewujudkan Bandara Bali Utara yang koordinatnya sudah dipastikan di darat, ” ujar Baskara.
Baskara juga mengajak masyarakat Bali ikut berjuang mewujudkan Bandara Buleleng untuk menyeimbangkan antara pembangunan Bali Selatan dengan Bali Utara. “Janganlah ada lagi masyarakat Bali saling gugut atau mecongkrah lagi dengan nyama pedidi. Marilah bersatu membangun Bandara dan berjuang secara sekala dan niskala untuk membangun Bandara, di Buleleng” kata Basakara.
Sementara itu, Direktur Utama PT Pembari Roli Irwananda menegaskan, pembangunan Bandara Bali Utara kini sedang berproses. Secara admistrasi, katanya PT Pembari sudah memenuhi persyaratan dan kelengkapan administrasi sudah mendekati sempurna. “Apabila penloknya sudah ditentukan, maka proses selanjutnya adalah pekerjaan teknis,” katanya.
Sementara itu, Komisaris PT Pembari Mayjen (Purn) TNI Ngakan Gde Sugiharta menambahkan, sudah saatnya Buleleng dibangun dan dikembangkan. Secara ekonomi kabupaten Buleleng memang tertinggal dengan Badung, Denpasar dan Gianyar. Sugiharta yang selevel dengan Jendral (Purn) TNI Muldoko dan Mayjen (Purn) TNI Wisnu Bawa Tenaya di jajaran TNI sangat setuju membangun Bandara Udara di Buleleng. Dengan adanya bandara di Buleleng hal ini bisa menyeimbangkan pembangunan ekonomi di Bali Selatan. Apalagi rencana pembangunan bandara itu di darat.
“Saya sudah turun langsung dan melaukan wawancara langsug ke lapangan di Kubutambah. Respon masyarakat di sana sangat positif. Mereka menginginkan bandara udara segera terwujud,” kata Sugiharta.
Ia juga menambahkan, posisi bandara memang sudah pas di darat. “Kalau di laut saya tidak setuju. Saya juga tidak jamin keamanannya. Di laut sangat bersiko dan berbahaya. Belum lagi secara sekala  sangat merusak alam dan biota bawah laut. Lihat kekuatan Tsunami di Aceh dengan seketika bisa mengancurkan daratan. Kalau Sanghyang Baruna tidak berkehendak maka akan mudah dihancurkan,” kata Sugiharta.
Ketut M Suardana Linggih menambahkan bahwa yang dimaksud dengan pembangunan Bandara Bali Utara dengan konsep konsoursium Gotong Royong adalah melibatkan secara langsung masyarakat Bali mulai dari perencanaan sampai bandara tersebut beroperasi. Para pengusaha di Bali akan dilibatkan dan ikut menjadi bagian bisnis di objek Bandara Bali Utara. Dia mencontohkan pedagagang pasar di Sukwati. Para pedagang cenderamata di kawasan Bandara akan diberikan tempat gratis. Mereka akan dikenai biaya sesuai hasil penjualan. “Istilahnya antara pengelola Bandara dengan Pedagang mendapat keuntungan dengan bagi hasil.
Pewarta : Nyoman Sutiawan