Jokowi Kunjungi Proyek Mini LNG Benoa
Presiden Jokowi menyempatkan meninjau Mini Terminal LNG yang dibangun di atas kapal di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali./MB
Denpasar (Metrobali.com) –

Dalam kunjungannya ke Bali membuka Pesta Kesenian Bali (PKB), Presiden Jokowi menyempatkan meninjau Mini Terminal LNG yang dibangun di atas kapal di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali. Presiden datang bersama rombongan Menteri Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri ESDM Sudirman Said, Menteri BUMN Rini Soemarno, Direktur PT Pelindo Energi Logistik Gembong Primajaya, Dirut PLN Sofyan Basyir dan Dirut Pelindo III Orias Petrus Moedak, serta Gubernur Bali Made Mangku Pastika.

Sekitar 10 menit Presiden berkeliling meninjau Mini Terminal LNG pertama di Indonesia dan Asia Tenggara ini. Presiden seksama melihat Mini Terminal LNG yang dicat dominan warna merah dan putih tersebut.

Setelah mendengarkan penjelasan singkat dari Gembong Primajaya, Presiden Jokowi kemudian door stop press conference dengan sejumlah media selama lebih kurang 5 menit.

“Proyek ini dikerjakan hampir 16 bulan, awal Juni kemarin selesai. Proyek ini adalah pengganti dari sebelumnya, dari diesel pindah ke gas,” ujar Jokowi. Presiden juga menjelaskan sistem kerja Mini Terminal LNG yang akan dikembangkan untuk memasok listrik di pulau-pulau terpencil ini. “Cara kerjanya dari kapal cair selanjutnya ke gas dari gas kemudian masuk ke pembangkit listrik. Dan itu bisa menghemat 4 miliar (rupiah) per hari, sangat efisien sekali,” papar Presiden.

“Untuk ke depan jika memang dilihat ini baik, saya kira yang diesel-diesel yang ada di pulau-pulau satu persatu akan dialihkan ke gas. Proyek ini dikerjakan sendiri, total anggaran Rp2 triliun selama tahun anggaran kemarin untuk pembangkitnya. Untuk storage kita bekerjasama dengan Pelindo, PLN dan Pertamina. Tapi dengan konversi, yang bisa efisien 4 miliar (rupiah) per hari. Paling berapa tahun, 2 tahun sudah bisa ditutup,” tambah Jokowi.

Bagi Jokowi, keunggulan proyek ini salah satunya bisa mempercepat peralihan energi. Keuntungan lainnya yakni manfaatnya dan biayanya yang sangat efisien. “Dan yang paling penting proyek ini adalah energi baru terbarukan,” pungkas Jokowi kala itu.

Gembong Primajaya menjelaskan, terminal ini merupakan terminal bongkar muat gas, dimana gas LNG berasal dari Bontang milik Pertamina, diangkut menggunakan kapal dan dikirim ke Benoa LNG, kemudian dipindahkan ke FSU (Floating Stotage Unit) untuk disimpan dan dialirkan ke FRU (Floating Regosificotion Unit) untuk diproses kembali menjadi gas.

Setelah itu, gas dialirkan melalui pipa ke pembangkit (PLTDG) Pesanggaran dengan kapasitas 200 MW. Sistem regasifikasi, Flooting Regosification Unit (FRU) ini didesain oleh putra-putri bangsa dari ITB dan ITS.

“Ini merupakan inovasi yang pertama di Asia Tengara. Ini merupakan pencapaian yang luar biasa dan bukti bahwa Indonesia mampu,” ujar Gembong.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah lebih dari 13 ribu pulau. Dalam mengintegrasikan negara kepulauan, Presiden Jokowi telah membangun tol laut agar harga kebutuhan pokok lebih murah.
Selain tol laut, Presiden juga memperhatikan distribusi energi untuk menjawab percepatan pembangunan listrik 35.000 MW. Berangkat dari karakter Indonesia sebagai negara kepulauan dan keinginan percepatan pembangunan infrastruktur listrik, maka sinergi BUMN, yang terdiri dari Pelindo III, Pelindo Energi Logistik, Pertamina, PLN, dan Indonesia Power, membangun Mini Terminal LNG pertama di Indonesia.

Mini Terminal LNG ini dibangun di atas kapal yang disandarkan di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali. Dengan temuan sistem pasokan gas ini, lanjut Gembong, pemerintah menghemat pemakaian bahan bakar senilai Rp4 miliar per hari.

Mini Terminal LNG dan seluruh fasilitasnya mampu diwujudkan dalam waktu kurang dari 12 bulan. Langkah ini merupakan satu jawaban dan solusi untuk pemerintah dalam mempercepat program pembangunan pembangkit 35.000 MW.

“Jika sistem Mini Terminal LNG dibangun di Indonesia Timur dan daerah pesisir pantai dalam kurun waktu satu tahun ke depan, maka akan terwujud pencapaian pelistrikan yang sangat signifikan,” tambah Gembong.

Floating Regasification Unit (FRU) yang pertama di Asia Tenggara ini sudah mulai dilirik oleh beberapa negara dengan permintaan studi banding dari Malaysia, Tiongkok, Jepang, Canada, Italia, dan Finlandia.

“Dengan pencapaian putra-putri bangsa ini, merupakan jawaban terhadap masih terhambatnya distribusi energi ke daerah kepulauan terutama Indonesia bagian Timur. Dengan diresmikan dan dioperasikan Benoa LNG Terminal sebagai mini LNG terminal pertama, maka merupakan wujud nyata dari cita-cita Presiden membangun dari pinggiran dengan kekuatan poros maritim,” pungkas Gembong. JAK-MB