Foto: Jajaran pengurus DPW JPKP Bali dan DPD JPKP Gianyar Minggu (5/1/2019) mengunjungi kediaman bayi yang lahir tanpa tempurung kepala dan menderita stunting di Banjar Kenangan, Desa Batuyang Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Gianyar.

Gianyar (Metrobali.com)-

Jajaran pengurus dan relawan organisasi sosial JPKP (Jaringan Pendamping Kebijakan Pembangunan) Provinsi Bali, Minggu (5/1/2019) mengunjungi kediaman bayi yang lahir tanpa tempurung kepala dan kini juga menderita stunting di Banjar Kenangan, Desa Batuyang Batubulan Kangin, Kecamatan Sukawati, Gianyar.

Bayi malang bernama Ni Komang Wikan Septiana Dewi ini merupakan anak ketiga pasangan Desak Ketut Sepiari dan I Wayan Dharmayasa.

Kondisi fisik dan kesehatan bayi berumur tiga bulan ini cukup memprihatinkan. Selain tanpa tempurung kepala, bayi ini juga mengalami stunting, tulang tangan dan kakinya sangat pendek.

“Kami sangat prihatin dengan kondisi bayi ini. Karenanya JPKP akan melakukan pendampingan agar bayi ini bisa dirawat dengan baik,” kata Ketua DPW JPKP Provinsi Bali I Ketut Oka Mantara didampingi PIC Sosial JPKP Bali Komang Gio, Ketua DPD JPKP Gianyar AA. Jayanegara dan jajaran pengurus serta relawan saat mengunjungi kediaman bayi malang ini.

Ketua DPD JPKP Gianyar AA. Jayanegara menambahkan pihaknya akan menindaklanjuti pendampingan si bayi dan keluarganya dengan menyampaikan hal ini saat melakukan audiensi dengan Bupati Gianyar.

“Bayi ini dan keluarganya adalah warga kami. Dan kami akan dampingi dan pastikan bayi ini mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai. Semoga juga segera ada bantuan dan perhatian dari pemerintah,” kata Jayanegara.

Ibu bayi ini Desak Ketut Sepiari menuturkan anak ketiganya itu lahir pada tanggal 23 September 2019 melalui operasi sesar di Rumah Sakit Bhakti Rahayu.

Sebelum melahirkan, ia secara rutin kontrol ke dokter kandungan dan saat umur tiga bulan dalam kandungan, bayi ini sudah didiagnosis mengalami kelainan, dimana kaki dan tangannya bengkok-bengkok.

Secara medis, kondisi kehamilan ini tidak bisa dilanjutkan. Namun setelah mendapatkan pertimbangan dari pihak keluarga Sepriari telah melanjutkan proses kehamilan ini hingga lahirlah sang bayi dengan kondisi seperti saat ini.

Setelah lahir anaknya pun sempat dirawat  Rumah Sakit Sanglah Denpasar dari tanggal 29 November 2019 sampai 23 Desember 2019 dengan menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan.

Pada saat di rawat paru-paru bayi ini mengalami infeksi dan ada cairan. Dokter sudah melakukan tindakan untuk mengambil cairan tersebut.

Sementara itu dokter spesialis tulang yang  bertugas di RS Sanglah Denpasar mengatakan bahwa memang ada kelainan faktor genetik dari si bayi dan untuk masalah tempurung di kepala akan ada solusi pencangkokan setelah bayi berumur 10 bulan.

Hingga saat ini bayi ini harus disiapkan peralatan oksigen di rumahnya walau memang hanya digunakan saat kondisi tertentu. Alat oksigen seharga Rp 2 juta lebih ini dibeli Desak Sepiari dengan mengeluarkan uang pribadi. Sementara untuk isi ulang oksigen setiap harinya bisa sebesar Rp 75 ribu.

Desak Sepriari mengungkapkan kondisi kepala bayinya yang tanpa tempurung kepala memang tidak bisa mengeras, tapi untungnya  masih ditutupi oleh kulit kepala dan rambutnya. Namun ia masih tetap semangat membesarkan buah hatinya ini dan berharap putrinya diberikan umur panjang.

“Astungkara, putri saya kalau selamat diberi umur panjang,” jelas Desak Sepriari yang kini tengah menyiapkan upacara tiga bulanan bayinya ini yang jatuh pada Senin, 6 Januari 2020.

Dalam kesempatan ini hadir pula Ni Luh Yuniati Anggota DPRD Bali Dapil Gianyar yang melihat langsung kondisi bayi ini dan menegaskan pula akan memfasilitasi bantuan dari pemerintah daerah.

Pengurus JPKP Bali juga menyampaikan kepada anggota Dewan ini tentang kegiatan sosial JPKP yang benar-benar murni dan tulus ikhlas membantu masyarakat. Yuniati pun mengapresiasi perhatian dan aksi sosial dari organisasi ini.

Iapun berjanji akan menyampaikan kepada Ketua DPRD Bali untuk bisa mengagendakan menerima audiensi dengan jajaran pengurus JPKP Bali.

“JPKP Bali juga ingin bersinergi dengan semua pihak untuk membantu masyarakat kurang mampu mendapatkan akses pelayanan kesehatan, pendidikan dan layanan sosial lainnya yang berkeadilan,” tutup Oka Mantara. (dan)