BAGAIKAN  seekor burung Rajawali dengan gagah perkasa dan tak penah mengenal lelah mengepakkan sayapnya menerobos pusaran badai yang terus berkecambuk di tengah cakrawala dalam putaran sang waktu. Begitulah hingar-bingar denyut nadi kehidupan blantika musik Bali dalam era globalisasi kekinian dengan beragam dinamika romantisme intelektualnya. Demi semangat perjuangan ideologi dan idealisme penguatan tata nilai adiluhung dari kekuatan ruh dan taksu kebudayaan bangsa yang berbasis kearifan budaya lokal Bali serta berlandaskan UUD’45 dan Pancasila yang Berbhineka Tunggal Ika.

Adalah Pramusti Bali sebagai wadah persatuan artis penyanyi, musisi, pencipta lagu dan insan seni Bali yang menjadi barometer utama dan terbesar dari denyut nadi kehidupan blantika musik Bali terkini di tengah hingar-bingar gejolak industri musik nasional dan internasional sebagai pilar penyangga pariwisata bangsa dan khususnya Bali secara mendunia. Peran strategis Pramusti Bali itu tentunya tidak terlepas dari sentuhan rasa solidaritas dan semangat gotong royong dalam konsep ngayah tulus iklas tanpa pamrih dari para anggotanya dalam upaya memperjuangan kepentingan peningkatan pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali terutama di bidang seni musik mebasa Bali.

Namun, dibalik geliat dan kegairahan blantika musik Bali dalam wadah organiasi sosial, Pramusti Bali tentunya patut diketahui bahwa juga terdapat sentuhan tangan dingin ketuanya, yakni I Gusti Ngurah Murthana, yang akrab disapa Rahman. Pasalnya, di tengah aktivitasnya yang sangat padat dalam beragam industri kewiraswastaan tetap mampu dan bahkan dengan tulus iklas tanpa pamrih mengorbankan waktu, pikiran dan bahkan finansialnya demi Pramusti Bali dalam memperjuangkan kejayaan blantika musik Bali secara sistemik dan berkelanjutan sebagai wujud pengabdiannya selama masa baktinya menjadi elite penguasa pemangku kebijakan organisasi sosial keartisan di Bali.

 

Jayagiri Pro Lebarkan Sayap

Bahkan, di tengah gejolak budaya pembajakan karya cipta seni saat ini tetap mampu bertahan dan berupaya berjuang dengan semangat empat lima mengibarkan bendera Pramusti Bali demi kejayaan blantika musik Bali ke depannya. Tak hanya itu, kini juga sedang mempersiapkan konser kolosal bagi Pramusti Bali dalam pameran pembangunan Bali tahun ini sambil berupaya melebarkan sayap dari rumah produksinya, Jayagiri Pro dengan menggarap berbagai gagasan ide kreatifnya di dunia musik dan perfilman, serta lainnya, terutama terkait dunia entertainment.

Pemilik Jayagiri Pro, IGN Murthana alias Rahman mengakui upaya kreatif yang kini sedang dilakukan setelah merilis album G-Pay Band dan tiga video klip dari artis solonya dalam melebarkan sayap dari kreativitas seninya adalah berancang ancang memproduksi rekaman musik tradisional. Di antaranya menyiapkan kolaborasi musik tradisional pentatonis dan diatonis dengan melibatkan sanggar Suar Agung Jembrana pimpinan I Ketut Suwentra, yang akrab disapa Pekak Jegog bersama grup band rapper mebasa Bali, [XXX] dan sanggar Joged Pelangi Bali, Tabanan pimpinan Ketut Citra, serta penyanyi solo Dek Ulik. Rencananya, kolaborasi ini akan dipentaskan di Twin Tower Jembrana, Sabtu (4/8) mendatang. Menampilkan tiga garapan spektakuler yang mengadopsi tembang andalan [XXX] dari album Nak Bali berjudul Makepung, dan 100% BTA serta Sapunapi Gatra.

Yang menarik, garapan kolaborasi ini akan memeriahkan kegiatan Parade Jegog se-Bali yang melibatkan sekitar 90-an lebih sekaa Jegog di Bali. Kegiatan ini juga akan diselingi acara serimonial pengukuhan dan penyerahan sertifikat hak cipta bagi gamelan barungan Jegog sebagai karawitan khas Bali asal Jembrana. Kolaborasi ini merupakan garapan kali kedua bagi [XXX] dengan gamelan barungan Jegog di Jembrana. Di mana sebelumnya sudah sempat berkolaborasi bersama pelajar SMPN 4 Mendoyo, Jembrana. Kolaborasi ini sebagai wujud kepedulian terhadap pelestarian dan pengembangan kearifan budaya lokal Bali. “Demi kebebasan berkarya dalam suasana kekeluargaan dan kebersamaan dengan semangat menyama braya yang dilandasi sikap ngayah tulus iklas tanpa pamrih,” tegas Rahman.

Di samping itu, pihaknya juga sedang menyiapkan sebuah garapan film dokumenter bernilai sejarah tentang dinamika kehidupan masyarakat Bali secara bertahap dalam berbagai asal-usul keberadaan sejarah dari para leluhurnya. Langkah strategi dan konkret dalam upaya menguatkan akar tradisi kehidupan masyarakat Bali dengan ajaran agama Hindu ini akan diawali penggarapan film dokumenter mengenai babad Arya sebagai pilot project. Dan, selanjutnya, akan berlanjut secara bertahap dengan babad lainnya, seperti Pasek, Brahmana.

Diakuinya, segala proses produksi di atas kertas atau secara konseptual kini sedang dalam tahapan finalisasi menuju langkah “eksekusi” atau pelaksanaan di lapangan. “Semoga saja gagasan ide kreatif di bidang senimatografi ini dapat terealisasi dengan baik dan lancar,” harapnya, demi menggugah semangat paras-paros, dinamika dalam kebersamaan untuk meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa di tengah kehidupan masyarakat global yang pluralis dan multikultur.

Lebih jauh, Rahman menambahkan pro-kontra yang melanda kreativitas berkesenian di Bali terutama di blantika musik Bali selama ini merupakan sebuah proses meraih sukses yang lebih besar dan menyejahterakan bagi kehidupan para pegiatnya (seniman). Karena konflik atau folemik merupakan bagian penting dari kritikan cerdas dan kreatif dalam menggugah semangat perjuangan mencapai tujuan bersama menuju kebangkitan dan kejayaan blantika musik Bali secara lokal, nasional maupun dunia di tengah persaingan global saat ini. “Sebagai produser dan bagian dari seniman Bali, pihaknya yang pasti tetap berkomitmen bersama para artis dan musisi Bali berjuang memajukan dan mengembangkan blantika musik Bali secara berkelanjutan,” tegasnya

Bahkan, visi misi dalam proses kreatif berkesenian bagi para artis penyanyi dan musisi Bali, terutama yang bergabung dalam bendera labelnya selalu mengedepankan semangat menyama braya dalam suasana kekeluargaan dan kebersamaan demi pelestarian dan pengembangan kebudayaan bangsa berbasis kaarifan budaya lokal Bali terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat. “Karena kepentingan dalam bentuk finansial atau materi bukan yang utama, melainkan hanya sebagai pendukung sebagai efek positifnya,” katanya.

Makanya, dalam upaya menjaga keharmonisan antarseniman dengan berbagai pihak terkait di bidangnya selalu mengedepankan sikap profesionalime dengan sistem manajemen keterbukaan yang transparan dan akuntabel sehingga tumbuh rasa saling memiliki sebagai bentuk tanggungjawab bersama demi penguatan kejayaan blantika musik Bali secara  berkelanjutan. Artinya, tidak ada perbedaan antarsenior dan junior dari sebuah kesuksesan dalam kreativitas berkesenian bagi seniman, melainkan justru sangat tergantung kepada selera pasar atau outcome dari apresiasi khalayak publik, terutama pencinta seni budaya Bali.

Tak hanya itu, Jayagiri Pro bahkan selama berkiprah di dunia industri musik Bali selalu berupaya membangun sikap kemandirian dan kewiraswastaan kepada para seniman sebagai pribadi yang berkarakter, cerdas, kreatif dan kompetitif. Supaya mampu menghindarkan diri dari tindakan dan perilaku yang memendam perasaan dendam dan rasa sakit hati yang kebablasan hingga dapat memicu kesenjangan komunikasi di antara seniman dengan berbagai pihak terkait di bidangnya serta dapat merusak konstruksi bangunan upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali secara menyeluruh.

[XXX], Antara Tantangan dan Harapan

Kirpah grup band [XXX] di tengah industri musik Bali hingga kini memang sudah tidak perlu diragukan lagi. Pasalnya grup band bentukan sejak 10 Oktober 2003 ini telah berhasil mengoleksi sederetan karya kreatif seninya dalam bentuk album baik kaset maupun CD, VCD dan DVD seperti Bikul Pisuh, Sangut Delem, Jingkrak-Jingkrak, Druwenang Sareng, serta Nak Bali.

Tak hanya itu, beragam panggung musik baik outdoor maupun indoor di seluruh Bali pun sudah sempat dijajalnya. Hingga mampu menciptakan fans fanatiknya dengan julukan Mister-X serta memiliki salam perdamaian berupa tangan disilang di depan dada. Sungguh membanggakan tentunya bagi upaya pelestarian dan pengembangan seni budaya Bali demi penguatan ruh dan taksu kebudayaan bangsa yang berbasis kearifan budaya lokal daerah khas Bali.

Bahkan, grup band yang diperkuat personelnya Rah Tut dan Rah Tu (vokal), Rah
Mink (gitar) serta additional player Angga (bas), Sila (gitar), serta Rah Alit (drum) ini sudah dua kali sukses menjajal aksi panggungnya secara berturut-turut di ajang Pesta Kesenian Bali (PKB) pada tahun 2011-2012. Mengusung garapan pagelaran musik spektakuler yang cukup kolosal berupa kolaborasi musik pentatonik dan diatonis bernuansa tradisional dengan melibatkan sejumlah sanggar/sekaa seni di Bali.

Harapannya, kini sudah tentu proses kreatif dari maha daya cipta dalam bentuk seni pertunjukan spektakuler dan kolosal ini dapat terus berlanjut dan berkesinambungan. Artinya, ruang apresiasi publik dalam ajang PKB ini senantiasa dapat diapresiasi secara lebih apresiatif dan konstruktif setiap tahunnya. Sehingga beragam gagasan ide cermerlang yang terpendam dalam potensi berlimpang dari grup band [XXX] ini dapat menebus batas cakrawala global yang mendunia dalam mencapai titik puncak kepakaran atau ke-maestro-an di bidang seni budaya khususnya musik.

Rah Tut, sang vokalis yang juga leader band ini menegaskan bahwa para seniman sudah pasti akan mengapresiasi secara bijak melalui karya seni unggulan yang bermutu dan berkualitas sesuai standarisasi global atau internasional sepanjang beragam ruang apresiasi publik itu terutama PKB setiap tahun mampu memuliakan dan menyejahterakan kehidupannya dalam proses kreatifnya berkesenian. “[XXX] pun sudah dapat dipastikan akan selalu berupaya maksimal menampilkan sesuatu yang penuh kejutan di ajang PKB setiap tahunnya,” janjinya

Patut diketahui bahwa sukses yang telah diraih oleh para personil grup band [XXX] ini sudah tentunya tidak terlepas dari sentuhan bijak dari tangan dingin sang manager band, yakni IGN Murthana alias Rahman, yang juga produser Jayagiri Pro dan Ketua Pramusti Bali. Pasalnya, dengan penuh kesabaran selalu memotivasi semangat para personilnya untuk selalu serius berkarya dan tidak terlalu menuntut hasil. Baginya hasil akan dapat diperoleh dengan cepat atau lambat ketika karya kreatifnya betul-betul mampu diapresiasi khayalak publik, masyarakat pencinta seni budaya Bali khususnya seni musik.

Maka itulah, menurut Rahman sebagai seniman di bidang musik harus mampu dan cerdas menangkap sekaligus menggiring keinginan khalayak publik, masyarakat pencinta seni budaya Bali secara kreatif melalui beragam gagasan ide kreatif berkesenian. “Karena seniman yang sukses dinilai bukan dari kekayaan harta bendanya, melainkan kekaryaannya di bidang seni secara sistemik dan berkelanjutan serta memiliki nilai guna manfaat bagi upaya menyejahterakan kehidupan masyarakat dalam arti seluas-luasnya,” katanya.(*)

 

Oleh I Nyoman Wija, SE, AK, MSi *

*) Penulis Adalah Jurnalis dan Fotografer Sebuah Media Harian di Bali dan Aktivis Kordem Bali Pemerhati Sosial Budaya.