Perayaan Saraswati Bergema di Belgia
Ditengah-tengah kebimbangan Bali atas gempuran budaya luar yang semakin hebat merasuk ke dalam tanah Bali, beralihnya sawah-sawah asri menjadi pemukiman membuat masyarakatnya hanya bisa berdesah tanpa daya. Lingkungan alam Bali semakin hari semakin tergerus dengan tumbuh suburnya gedung mewah, mall glamour serta supermarket yang menggencet pasar-pasar lokal tradisional. Tidak bisa dihindari kebimbangan itu, terus apa yang mesti dilakukan untuk menghilangkan kebimbangan itu ? Salah satu jawabannya adalah dengan cara menggemakan dan mengingatkan kembali kepada publik bahwa Bali disukai berkat aktifitas agama dan budaya lokalnya, bukan karena keglamoran dan kemewahan tersebut.
Belgia, sebagai Sentra Budaya Bali di Eropa pada Hari Sabtu, tanggal 2 Mei 2015, berjubel 500 warga hindu Bali dari 12 negara (Belgia, Belanda, Perancis, Jerman, Italia, Inggris, Irlandia, Luxembourg, Swiss, Norwegia, Polandia, Swedia) merayakan hari Raya Saraswati di Pura Agung Shanti Bhuwana – Pairi Daiza, terletak 85 km dari kota Brussel Belgia. Kegiatan ini tidak saja penting dalam persembahyangan semata, akan tetapi menjadi momentum peringatan akan mutlaknya menggemakan kembali bahwa kebudayaan Bali bernafaskan Hindulah yang membuat daya tarik wisatawan diseluruh dunia mengunjungi Bali.
Perayaan Saraswati tersebut terbagi menjadi 3 bagian. Bagian pertama ritual keagamaan, dilanjutkan dengan Dharma Wacana dan Pesta Kesenian Bali. Tepat pukul 11.00 dimulai dengan acara ritual keagamaan yang berlangsung khidmat dan lancar. Sebagai pimpinan persembahyangan adalah Jero mangku Sutiawidjaya. Sarana ritual persembahyangan dibuat sederhana tanpa harus mengurangi arti dan makna simbolisnya. Artinya kelengkapan banten disesuaikan dengan Desa Kala Patra (Desa = tempat, Kala = Waktu, Patra = keadaan/situasi kita berada). Hal paling menarik dan sepertinya tidak akan pernah dipercaya terjadi di eropa yaitu kejadian kerauhan/trance pelelawatan Ratu Gede (Barong Ket), Ratu Ayu & Ratu Mas (Rangda) serta Ratu Alit. Proses kerauhan/trance tersebut memiliki energi sangat kuat dan dipercaya memancarkan sebuah kekuatan magis.
Disela-sela waktu tersebut disampaikan pula Dharma Wacana oleh Duta Besar RI Swedia Bapak Dewa Made Sastrawan yang menyampaikan makna penting perayaan saraswati dan implementasinya di dalam kehidupan masyarakat modern saat ini. ‘’ Saraswati adalah sumber ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan memberikan kehidupan lebih baik kepada umatnya di dunia ini. Hari saraswati ini kita jadikan pemicu untuk tetap bersemangat mempelajari ilmu yang berguna untuk kehidupan manusia, ujar Bapak Dewa Sastrawan.
Dari pukul 14.00 – 17.00, digelar Pesta Kesenian Bali yang menampilkan pertunjukan gamelan dan tari Bali, pelestarian gending sekar alit/dolanan, Gamelan Bleganjur serta diakhiri dengan Mepeed/Parade. Berjumlah sekitar 100 penari dan penabuh dari anak-anak hingga dewasa turut aktif menampilkan kesenian Bali diantaranya Grup Anak-Anak Tamasya KBRI Brussel, Sekar Jagat Indonesia Perancis, Grup Gamelan Puspa Warna Perancis, Grup Bali Puspa Jerman, Grup Banjar Suka Duka Belanda, Saling Asah Belgia dan Banjar Shanti Dharma Belgia.
Secara resmi pentas seni dari perayaan Saraswati dibuka oleh Kuasa Usaha ad Interim (KUAI) RI Brussel, Ignacio Kristanyo Hardojo yang menyampaikan bahwa perayaan Saraswati kali ini menjadi penting bagi Indonesia untuk menunjukkan kepada publik di Eropa bahwa toleransi dan kehidupan umat beragama di Indonesia tetap terjaga meskipun mereka jauh dari negaranya, serta tetap berjalan seiring dengan keragaman budaya dan agama lainnya di Indonesia.
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.