Rachmat Gobel

Denpasar (Metrobali.com)-

Menteri Perdagangan Rahmat Gobel memiliki cara tersendiri untuk mengendalikan harga cabai yang terus merangkak naik pasca-kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Rahmat akan menciptakan teknologi pertanian, khususnya untuk tanaman cabai yang harganya cenderung melonjak dari tahun ke tahun. Untuk mewujudkan teknologi itu, Rahmat mengaku telah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian.

“Saya sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pertanian untuk menciptakan teknologi mulai dari saat menanam sampai pasca-panen,” kata Rahmat saat memberikan sambutan pada Rakernas ke-25 IWAPI di Sanur, Denpasar, Bali, Senin (24/11).

Menurut dia, teknologi itu diciptakan untuk menjaga ketersediaan stok dan harga cabai agar tak terus meningkat. Menurut dia, penyebab mahalnya harga cabai disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah petani yang sudah tak mau lagi menanam cabai. Hal itu bermula sejak beberapa tahun lalu.

Kala itu petani mulai meninggalkan menanam cabai. “Penyebabnya selain karena harganya di pasaran murah, juga karena anomali cuaca yang merusak cabai. Petani merugi, akhirnya meninggalkan menanam cabai,” papar Rahmat.

Anomali cuaca sendiri berakibat pada menurunnya produksi cabai nasional selama beberapa tahun belakangan. Pada saat sama, kebutuhan akan cabai tetap stabil, bahkan melonjak.

Kebutuhan yang tak seimbang dengan produksi ini yang menjadikan harga cabai melabung tinggi, sekalipun dalam masa panen. Ia optimistis jika teknologi tersebut dapat segera diterapkan, maka produksi cabai akan tetap stabil sesuai kebutuhan masyarakat.

Belakangan ini, harga cabai memang tengah meroket tajam. Saat ini harga cabai keriting di pasaran rata-rata di atas Rp65 ribu perkilogramnya.. Bahkan di beberapa daerah harga cabai melonjak hingga di atas Rp75 ribu perkilogramnya. JAK-MB