Jakarta (Metrobali.com)-

Pencarian Pesawat AirAsia QZ8501 dimonitor langsung dari Gedung Kementerian Perhubungan melalui “marine command centre” (pusat komando laut) Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.

Kasubdit Telekomunikasi Pelayaran Ditjen Hubla Raymond Sianturi dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, mengatakan pemantauan langsung proses pencarian korban dan pesawat AirAsia yang jatuh di perairan Selat Karimata, Belitung Timur, pada Minggu (28/12/2014) lalu dilakukan langsung dari Marine Command Center (MCC) yang berada di lantai empat Gedung Karsa Kementerian Perhubungan, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat.

“Melalui MCC ini kami memantau dan mengarahkan tim pencarian dan penyelamatan yang berada di lokasi kejadian jatuhnya pesawat AirAsia,” kata Raymond.

Sementara itu, Direktur Jenderal Perhubungan Laut Capt Bobby R Mamahit telah mengeluar Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut (SK Dirjen Hubla) bernomor: UM.008/102/4/DJPL-14 tentang Pembentukan Tim Bantuan Pencarian dan Penyelamatan Pesawat AirAsia QZ 8501.

SK Dirjen Hubla yang dikeluarkan pada 30 Desember 2014 atau dua hari pascakejadian tersebut memerintahkan pembentukan tim bantuan pencarian dan penyelamatan pesawat AirAsia QZ 8501 yang terdiri dari tim pengarah (Command Center), koordinasi operasi, dan pelaksanaan operasi.

MCC dikoordiniasi oleh Direktur Kenavigasian A Tony Budiono dan dipantau langsung oleh Direktur Jenderal Perhubungan Laut.

MCC merupakan pusat kendali operasi di Kementerian Perhubungan yang dapat memantau langsung pergerakan kapal.

Pusat komando laut tersebut menggunakan berbagai teknologi modern termasuk memanfaatkan satelit, di antaranya LRIT “long range identification tracking system (LRIT), Ship Reporting System, Marine Electronic Highway (MEH), dan Vessel Traffic Service (VTS).

“Dengan teknologi itu, kita bisa mengetahui secara riil time pergerakan kapal-kapal di lokasi jatuhnya pesawat AirAsia,” kata Raymond.

Menurut dia, tim Ditjen Hubla yang saat ini bergabung dengan Tim BASARNAS terus melakukan kegiatan operasi pencarian dan penyelamatan.

Dia mengatakan kapal-kapal Kemenhub yang dikirim ke lokasi sekarang sudah bergabung dengan tim di bawah koordinasi Basarnas.

“Bahkan Kapal Negara Jadayat dan KN. Andromeda sudah berada di lokasi pasawat AirAsia diperkirakan jatuh, tetapi memang belum bisa melakukan pencarian karena masih tertahan oleh cuaca buruk,” katanya.

Raymond mengatakan ombak di lokasi tingginya mencapai tiga sampai empat meter.

Dia menambahkan dalam upaya pencarian pesawat AirAsia dibawah koordinasi Basarnas, Tim Ditjen Hubla bekerjasama dengan KNKT dan tim ahli dari Maritime and Port Authority (MPA) Singapura yang dilengkapi dengan perangkat pencarian pesawat di dasar laut dengan teknologi tinggi.

Dia mengatakan alat tersebut berupa Aquatic Hydrophone atau Pinger Locator. Alat itu memiliki kemampuan canggih untuk mendeteksi keberadaan pesawat di dasar laut, termasuk mendeteksi keberadaan Black Box.

“Mudah-mudahan malam ini atau besok kondisi cuaca di Selat Karimata bersahabat, sehingga kapal-kapal kita bisa melakukan proses pencarian,” katanya.

Ditjen Hubla telah mengirimkan 11 kapal ke lokasi kejadian, di antaranya KN Trisula (Pangkalan PLP Tanjung Priok), KN Alugra (Pangkalan PLP Tanjung Priok), KN Sarotama (Pangkalan PLP Tanjung Uban), KN Chundamani (Pangkalan PLP Tanjung Perak), KN Alnilam (Disnav Kelas III Pontianak), KN Mitra Utama (Disnav Kelas I Tanjung Priok), KN Jadayat (Disnav Kelas I Tanjung Pinang), KN Andromeda (Disnav kelas I Palembang), KN Bima Sakti Utama (disnav Kelas I Surabaya), KN Mithuna Disnav Kelas I Samarinda, dan KN Arcturus (Disnav kelas I Belawan).

“Surat perintah pengerahan 11 kapal itu dikeluarkan oleh Dirjen Hubla Capt. Bobby R Mamahit hanya satu hari setelah kejadian atau tanggal 29 Desember 2015,” katanya.

Raymond mengatakan pada waktu yang bersamaan Ditjen Perhubungan Laut juga mengirimkan dua kapal negara yaitu KN 330 dan KN 323 yang berpangkalan di Kantor Pelabuhan Batam dan Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai Tanjung Uban untuk memonitor dan melakukan penanggulangan keadaan darurat tumpahan minyak di wilayah perairan Pulau Bintan, Kepulauan Riau.

Berdasarkan informasi yang diterima dari Maritime and Port Authority Singapore, bahwa pada tanggal 2 Januari 2015 pukul 06.00 LT telah terjadi tubrukan antara kapal MT. Alyarmaouk dan Bulk Carrier MV. Sinar Kapuas pada posisi 11 miles (North East) dari Pedra Blanca di perairan Singapura.

Tubrukan tersebut telah mengakibatkan tumpahan minyak dan diindikasikan mengarah ke garis pantai pulau Bintan, Indonesia.

Saat ini, kedua kapal milik Ditjen Hubla tersebut dalam melakukan pemantauan dan penanggulangan darurat tumpahan minyak di wilayah perairan Indonesia yang juga dimonitor dari MCC di Kantor Pusat Ditjen Hubla, di Jalan Merdeka Barat. AN-MB