Lima, (Metrobali.com) –

Pembicaraan tahunan PBB mengenai perubahan iklim dimulai di Ibu Kota Peru, Lima, Senin (1/12), di tengah harapan bagi dicapainya kesepakatan baru mengenai iklim internasional sebelum pembicaraan penting di Paris pada 2015.

Namun pembicaraan tahun ini diperkirakan bakal berlangsung alot.

Ribuan wakil dari hampir 200 negara berkumpul di Markas Angkatan Darat Peru untuk menghadiri perundingan selama dua-pekan yang secara resmi dikenal dengan nama COP20, atau Sidang Ke-20 Konferensi Semua Pihak bagi Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCC).

Menteri Lingkungan Hidup Polandia Marcin Korolec, yang menjadi Presiden COP19/CMP9, memuji kerangka kerja 2030 –yang disepakati oleh pengumuman gabungan Uni Eropa dan Tiongkok-AS– bagi pengurangan buangan gas sebagai prestasi besar tahun ini.

Menteri Lingkungan Hidup Peru Manuel Pulgar-Vidal, yang dipilih dalam sidang pembukaan sebagai Presiden COP20/CMP10, mendesak semua peserta agar bekerja dengan cara kreatif untuk mencapai konsensus global dalam 12 hari ke depan dan menekankan bahwa proses transparan yang melibatkan banyak pihak menjadi prioritas utamanya.

“Konferensi ini mesti mengarah kepada kerangka kerja mengenai mekaniskan penataan dan penguatan keuangan, meluncurkan proses ambisius untuk mempercepat aksi pra-2020, dan membuat kemajuan mengenai sumbangan yang ditetapkan, atau yang disingkat INDCS,” kata Pulgar-Vidal. Ia menyerukan tindakan kolektif dari semua pihak.

Sekretaris Pelaksana UNFCC Christiana Figueres mendorong semua pelaku untuk memperluas cakupan tindakan mereka, dan menciptakan pengurangan dan keseimbangan politik.

“COP ini harus membuat sejarah,” kata Figueres, sebagaimana dilaporkan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi. Ia menyoroti peningkatan kemampuan kolektif mengenai aksi iklim di seluruh dunia dan mendesak tindakan lebih kuat global bagi masa depan yang berkesinambungan.

Rajendra Kumat Pachauri, Ketua Panel Antara-Pemerintah tentang Perubahan Iklim (IPCC), berjanji akan mengajak semua orang “menyadari kenyataan ilmiah” setelah pertunjukan yang diselenggarakan oleh Presiden Peru.

IPCC, Panel Ilmu Pengetahunan PBB, belum lama ini mengajukan laporan perkiraannya, unsur keempat dan terakhir dari laporan penilaian kelima mengenai kondisi perubahan iklim.

Pachauri menunjukkan pengaruh buangan gas oleh manusia dan dampak sangat besarnya pada Planet Bumi, yang terjadi di seluruh negara dan mempengaruh semua manusia. “Sangat mungkin bahwa es laut Kutub Utara akan terus menyusut, permukaan air laut akan terus naik, dan volume gletser akan berkurang,” katanya.

Pembicaraan 12-hari UNFCC diselenggarakan di tengah peringatan ilmuwan dan peningkatan prospek untuk menggolkan rancangan kesepakatan universal dengan tujuan mensahkannya dalam COP21 di Paris, Prancis, akhir tahun depan.

Pengumuman gabungan belum lama ini yang dikeluarkan oleh Tiongkok dan Amerika Serikat untuk membatasi buangan gas rumah kaca memberi momentum politik dan taktis bagi dicapainya kesepakatan baru global.

Sebanyak 10.000 utusan, pegiat, wartawan dan awak pendukung menghadiri konferensi tersebut, sementara ribuan polisi menyediakan pengamanan.

(Ant) –