OGOH OGOH TOLAK REKLAMASI

DENPASAR (Metrobali.com)-

Suasana Nyepi Tahun Caka 1938 memang sangat berbeda dari tahun lalu. Hal ini dapat di lihat pada saat sehari sebelum Nyepi, yakni waktu pengerupukan atau saat muda-mudi Bali mengarak ogoh-ogoh di lingkungannya. Apa yang beda? Ya, Ogoh-ogoh bernuansa tolak rencana reklamasi Teluk Benoa  ternyata menggema di Desa – Desa Adat yang sudah secara resmi menyatakan menolak rencana reklamasi di Teluk Benoa.

1457531606811

Suasana perlawanan di Desa tersebut begitu terasa dengan melihat bentuk ogoh-ogoh dan bendera tolak reklamasi yang terpajang di Ogoh-ogoh. Di Tanjung Benoa misalnya, Sekaa Teruna Teruni Yowana Yadnya Patni, Banjar Anyar malah mengganti papan nama dan lambang mereka dengan tangan kiri menggumpal sebagai lambangan penolakan.

Sementara itu, dalam pementasan ogoh-ogoh di Tanjung Benoa, di setiap ogoh-ogoh banjar mereka memakai atribut penolakan seperti bendera Tanjung Benoa Tolak Reklamasi. Begitupun halnya yang dilakukan oleh Desa Adat Bualu. Bahkan, Banjar Celuk dan Banjar Mumbul Desa Adat Bualu ini tak ragu meneriakan tolak reklamasi saat mengarak ogoh-ogoh mereka, dan tentunya di sambut dengan tepuk tangan meriah oleh masyarakat yang menontonnya.

Selanjutnya di Kedonganan. Sekaa Teruna Teruni Kertha Muda Yasa membuat ogoh-ogoh dengan tangan kiri menggengam dan dilingkari kain polang-poleng lama.”
Kami mengungkapkan aspirasi kami untuk menolam reklamasi dan ogoh-ogoh ini kami kerjakan dalam wakti satu minggu,” ujar I Wayan Diva Adi Pradipta selaku Ketua Sekaa Teruna ini.

1457531628661

Yang lebih mengejutkan, aspirasi penolakan ada di Desa Adat Kerobokan, yakni persembahan STT Santhi Wangiring, Banjar Gede, Kerobokan yang membuat cerita khusus tentang reklamasi Teluk Benoa dengan judul Satyaning Ganesha.

Hal ini disampaikan oleh I Made Sumerta selaku dalang dalam pementasan tersebut. Dalam keterangan yang disampaikan pada Kamis (10/3), STT ini membuat cerita tentang investor yang datang ke Bali dan mau mereklamasi Teluk Benoa. “Saat investor itu mau mereklamasi, datanglah Betara Ganesha yang menghancurkan alat berat yang ada di teluk,” ceritanya.

Selanjutnya, saat Ganesha mau menghancurkan, turunlah ibu nya, yakni Dewi Uma dan menasehatkan Ganesha untuk mulat sarira saat Nyepi. “Mulat sarira dahulu, setelah Nyepi ini lewat, silahkan lanjutkan lagi aksi penolakan ini,” ujarnya dengan singkat.

1457531619895

Atraksi seni ini berlansung selama 30 menit dan di pentaskan pada pukul 23.30. “Meski tengah malam, ternyata antusias warga masih ramai dan ribuan penonton menyasikan pentas seni kami,” imbuhnya.

Tidak hanya STT di Banjar Gede, STT Banjar Kancil, Kerobokan dan masih banyak STT lainnya di Bali juha menyuarakan suara penolakan melalui bentuk ogoh-ogoh yang mengkritisi kebijakan pemerintah tersebut. Mereka pun berharap agar Presiden Joko Widodo untuk menolak reklamasi Teluk Benoa dengan membatalkan perpres 51/2014. WS-MB