Amran Sulaiman

Bogor (Metrobali.com)-

Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengumpulkan seluruh dekan dan ketua BEM Fakultas Pertanian seluruh Indonesia membahas swasembada pangan yang berlangsung di gedung Pusat Pelatihan Manajemen dan Kepemimpinan Pertanian, Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Kamis (23/4).

Dalam pertemuan tersebut Menteri menyampaikan beragam persoalan yang sedang dihadapi pertanian harus diselesaikan secara bersama-sama melibatkan perguruan tinggi dalam hal ini dekan dan BEM Fakultas Pertanian seluruh Indonesia.

“Kalau pemerintah saja yang bergerak, maka swasembada akan sulit kita capai. Kita perlu dukungan dekan dan BEM Faperta seluruh Indonesia untuk membantu mengawasi program pemerintah,” kata menteri.

Hadir dalam forum komunikasi dengan Menteri Pertanian tersebut dekan dan BEM Fakultas Pertanian dari 16 perguruan tinggi di Indonesia ditambah enam Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STTP).

Amran mengatakan, tantangan pertanian ke depan cukup berat. Sejumlah persoalan dihadapi seperti irigasi yang rusak mencapai 52 persen dan hal ini telah berlangsung selama 20 hingga 25 tahun.

“Jika irigasi ini kita bereskan, maka produksi pertanian bisa ditingkatkan,” katanya.

Persoalan berikutnya, lanjut dia, adalah penyerapan benih hanya sebesar 20 persen per tahun. Saat ditelusuri kondisi tersebut terjadi karena petani tidak memiliki dana untuk membeli benih.

Dana petani untuk menyerap benih tidak disalurkan karena perbankan menilai neraca tidak “bankable”. Kondisi demikian membuat 100 juta petani di Indonesia menderita.

Selanjutnya persoalan pupuk, lanjut Amran, keterlambatan pupuk sampai kepada petani juga membuat petani merugi. Contoh kasus di Jawa Tengah, keterlambatan terjadi karena ada oknum yang melakukan pengoplosan pupuk hingga 100 ribu ton per tahunnya. Dari praktik tersebut mereka untung Rp500 juta per hari.

“Ini yang merusak pertanian kita, pupuk terlambat, penyerapan benih rendah, irigasi yang rusak. Dan ini butuh 30 tahun ini membereskannya. Tetapi jika kita mau berusaha ini bisa selesai dalam kurun waktu relatif cepat,” katanya.

Amran mengatakan, satu per satu persoalan pertanian mulai dibenahi, mulai dari pembangunan dan perbaikan irigasi, penyaluran 2.000 alat mesin pertanian, dan akan disalurkan kembali sebanyak 30.000 unit. Begitu juga dengan irigasi, pendistribusi benih dan pupuk.

“Kita harus siap bersaing dengan negara lain, karena negara ASEAN seperti Thailand saat ini produksi pertaniannya sudah meningkat, bahkan dari segi harga pun mereka mudah dijangkau,” kata Menteri.

Dalam pertemuan tersebut, menteri menyempatkan berdialog dengan seluruh Ketua BEM Fakultas Pertanian seluruh Indonesia. Ia memotivasi agar para calon sarjana tersebut untuk memiliki mimpi menjadi pengusaha mengembangkan sektor pertanian.

Menteri memberikan bantuan berupa traktor kepada Ketua BEM Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Sudirman Purwokerto, bibit buah naga senilai Rp50 juta kepada alumni IPB yang mengelola lahan perkebunan secara swadaya, menampung benih yang diproduksi oleh Ketua BEM Universitas Lampung, dan bibit untuk STTP dari Aceh. AN-MB