Karen Agustiawan

Jakarta (Metrobali.com)-

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan pada Senin (18/8) mengumumkan bahwa Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Karen Agustiawan mengundurkan diri dari jabatannya.

Alasannya, karena urusan pribadi yakni mau mengurus keluarganya dan ditawari untuk mengajar di Universitas Harvard, Amerika Serikat.

Setelah itu, polemik pun bermunculan. Maklum, Karen sudah berkarir di Pertamina selama 6,5 tahun, dan permohonan mundurnya pun ketika Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono jilid kedua bakal berakhir Oktober mendatang.

Selain itu, selalu “ramainya” masalah harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan terakhir tentang keinginan Pertamina menaikkan harga elpiji 12 kilogram. Kedua masalah itu selama ini dianggap telah menimbulkan kerugian bagi BUMN tersebut.

Bahkan isu Karen bakal menjadi salah satu menteri di kabinet presiden dan wakil presiden terpilih Joko Widodo dan M Jusuf Kalla, juga merebak.

Dalam polemik itu, muncullah permintaan agar mundurnya Karen dari jabatannya itu jangan dipolitisasi. Permintaan ini antara lain disampaikan oleh Menteri Koordinator Perekonomian Chairul Tanjung dam Karen Agustiawan yang bernama lengkap Galaila Karen Kardinah, melalui Vice President Corporate Communication Pertamina Ali Mundakir.

Sepertinya permintaan itu tidak bermakna di tengah suasana politik di Indonesia saat ini, dimana setiap orang merasa berhak menyampaikan pendapatnya sesuai dengan kepentingannya.

Karena itu, permohonan mundurnya Karen yang berlaku mulai 1 Oktober 2014 itu, sebaiknya dicermati dan menjadi alat pembelajaran bagaimana sebenarnya pengelolaan BUMN hingga saat ini.

Independensi Sejauh mana independensi dan profesionalisme dalam mengelola entitas bisnis itu dijunjung tinggi.

Intervensi dan campur tangan pihak-pihak tertentu membuat BUMN sulit bergerak sehingga tuntutan agar badan usaha itu mampu bersaing dengan kalangan swasta di dalam dan luar negeri, sulit terpenuhi.

Mantan sekretaris Kementerian BUMN Said Didu yang mengetahui bagaimana Karen ditunjuk menjadi bos Pertamina itu berpendapat pengunduran diri wanita Sarjana Teknik Fisika ITB, yang sukses membawa Pertamina masuk jajaran perusahaan terkemuka di dunia dalam 500 Global Fortune, itu cukup mengejutkan.

Ia memperkirakan pengunduran diri Karen lantaran perempuan itu tak kuat menghadapi tekanan dan ketidaktegasan pemerintah. Sikap pemerintah seperti ini yang acap kali diungkapkan pimpinan BUMN yang membuat mereka sulit bergerak.

Intervensi Sementara Dirut PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) Ismed Hasan Putro langsung berterus terang. Ia menilai mundurnya Karen lebih karena masih kentalnya intervensi di perusahaan itu.

“Intervensi pihak luar, suka atau tidak suka masih sangat terasa di BUMN, itu kenyataan dari dulu bahkan sampai saat ini,” kata Ismed.

Menurut Ismed, intervensi korporasi dari parlemen juga pernah dirasakannya namun itu hanya dari oknum. Sesungguhnya katanya, bagi para pemimpin BUMN tekanan-tekanan dari DPR sudah merupakan “makanan”sehari-hari.

“Cuma saja bagaimana daya tahan seseorang CEO BUMN menghadapi tekanan-tekanan itu,” katanya.

Untuk itu, Ismed yang menjabat jadi orang nomor satu di RNI sejak 1 Maret 2012 ini mengatakan, menghargai keputusan Karen yang akhirnya memilih mengundurkan diri dari Pertamina.

Namun, ia mengingatkan dengan kasus-kasus seperti ini sudah seharusnya semua pihak tidak mencoba lagi melakukan intervensi korporasi.

Penggantinya? Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung mengatakan Direktur Utama PT Pertamina pengganti Karen Agustiawan, akan dipilih dan ditetapkan oleh pemerintahan baru, bukan pemerintahan saat ini.

“Dirut Pertamina yang definitif tidak akan dipilih atau ditetapkan pemerintahan saat ini. Kalau kita tunjuk sekarang nanti pemerintah baru tidak setuju, kan kasihan yang ditunjuk. Kita filosofinya tidak mau menyandera,” katanya.

Chairul mengatakan dalam masa transisi, setelah Karen Agustiawan mundur per 1 Oktober 2014, jabatan direktur utama Pertamina akan diisi oleh pejabat pelaksana sementara yang kemungkinan berasal dari jajaran internal.

“Jadi ditunjuk pelaksana sementara direktur utama, yang menurut Pertamina sendiri ditunjuk salah satu direktur, biasanya yang paling senior, untuk sementara menjabat,” ujarnya.

Ia tidak mengungkapkan siapa yang terpilih untuk menjadi pejabat pelaksana sementara itu, karena saat ini Karen Agustiawan masih menjabat dan melaksanakan tugas keseharian sebagai pimpinan tertinggi di Pertamina.

Sementara Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku telah mengantongi sejumlah nama untuk diusulkan sebagai calon Direktur Utama PT Pertamina menggantikan Karen Agustiawan.

“Tentu saya mengusulkan beberapa, tapi terserah Bapak Presiden nanti,” katanya.

Ia tidak mau menyebutkan nama-nama yang akan diusulkan sebagai calon Dirut Pertamina itu.

Penunjukan pejabat pengganti Karen sudah jelas bakal dilakukan oleh pemerintah baru mendatang. Berdasarkan keputusan Mahkamah Konstitusi tentang sengketa pemilihan presiden yang menolak seluruh gugatan pasangan Prabowo-Hatta, maka Joko Widodo dan M Jusuf Kalla menjadi presiden dan wakil presiden terpilih pilpres 2014.

Sebaiknya Jokowi-JK nantinya tidak hanya menunjuk seorang pengganti Karen, tapi lebih menyiapkan agar Pertamina dan BUMN-BUMN lainnya lebih mampu bergerak sebagai entitas bisnis tanpa intervensi dan tekanan dari manapun. AN-MB