Denpasar (Metrobali.com)-

Ketua LSM Bali Sruti Dr Luh Riniti Rahayu mengajak masyarakat harus berpikir holistik terhadap kontes ratu kecantikan “Miss World” sehingga tidak dianggap sebagai ajang eksploitasi kaum perempuan.

“Miss World adalah ajang pemilihan perempuan yang unggul pada berbagai bidang dan tidak hanya dari kecantikan fisik,” kata ketua LSM yang fokus membidangi persoalan perempuan itu di Denpasar, Senin (9/9).

Kontes Miss World 2013 yang dibuka pada Minggu (8/9) malam di Nusa Dua, Kabupaten Badung, itu mestinya harus dilihat juga untuk mengukur kualitas perempuan di dunia dari sisi wawasan, kecerdasan, dan kepribadian.

“Jangan dari satu aspek fisik yang dipersempit lagi, seperti anggapan hanya pemilihan secara fisik saja dan dipahami sebagai ajang pamer aurat dan eksploitasi terhadap kaum perempuan,” ujarnya.

Dekan FISIP Universitas Ngurah Rai itu mengatakan memang sah-sah saja pemikiran yang menganggap kontes kecantikan tersebut sebagai budaya luar dan dipandang tidak sesuai dengan budaya Indonesia.

“Namun harusnya kita dapat berpikir holistik bahwa ajang Miss World bermanfaat dalam pergaulan antarnegara di dunia. Salah satunya menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang menghargai budaya lain,” katanya.

Di sisi lain, ucap dia, kontes Miss World sesungguhnya menghargai budaya Indonesia dengan meniadakan kontes bikini maupun dalam pembukaannya mengadopsi kesenian dari daerah di Indonesia, dan khususnya kesenian Bali.

“Hal ini menunjukkan kita saling menghargai dalam pergaulan internasional,” ujarnya yang juga menjadi tim seleksi calon anggota KPU Bali itu.

Riniti menambahkan, di luar manfaat dari sisi budaya tentu masih banyak manfaat lainnya yang bisa diterima Indonesia dan khususnya Bali.

Ia mencontohkan dari sisi pariwisata saja akan menambah kepercayaan wisatawan mancanegara untuk mengunjungi Indonesia dan sekaligus menjadi sarana promosi gratis. AN-MB