Mastra

Klungkung ( Metrobali.com )-

Tidak profesoanalnya kinerja Disdikfora terkait Mutasi 349 Guru di Klungkung belakangan menjadi pelemik. Bahkan Kadisdikfora Klungkung Nyoman Mudarta yang ditugaskan sepenuhnya dan dipercaya untuk menyusun Guru – Guru yang akan di Mutasi oleh Bupati Nyoman Suwirta lepas tanggung jawab. Hal itu sempat disampaikan Metrobali.co dalam kesempatan lalu di ruang kerjanya. Sempat pula pada Rabu ( 1/10 ) Mudarta dipanggil Bupati Suwirta untuk menanyakan guru yang sudah meninggal masuk dalam daftar Mutasi. Terpantau Mudarta yang didampingi salah satu stafnya keluar dari raung Bupati tertunduk lesu dengan muka memerah sambil buru-buru pergi meninggal Kantor Pemkab.

Sementara itu Mutasi terhadap 349 guru tersebut  mendapat perhatian dari kalangan Dewan. Salah satunya anggota Fraksi Persatuan Nasional Wayan Mastra meminta agar mutasi tersebut dibatalkan. “ Saran saya sih agar guru guru dikembalikan seperti semula…kemudian dilakukan kajian baru dimutasi,” ujarnya.

Ia juga mengaku dari informasi yang didapat kalau guru guru di SMAN 1 Semarapura yang di mutasi itu tidak semua mendapat penganti guru baru yang sama. Bahkan ada dua orang guru sejarah kena mutasi sampai saat ini belum dapat pengantinya. Akibatnya sekolah tersebut kekurangan Guru. Bahkan Mastra heran kalau ada guru yang sudah meninggal kena Mutasi. Uniknya lagi Disdikpora Klungkung Nyoman Mudarta mengaku tidak tahu.. mestinya menurut Mastra Disdikpora harus tahu dan tidak boileh tidak tahu.

Mastra menduga kalau mutasi kali ini terkesan NGERJAIN BUPATI. “Apa mungkin guru yang sudah almarhum Disdikpora tidak tahu…kalau pak Bupati mungkin saja tidak tahu,” ujarnya. Dengan kasus ini diduga ada kensengajaan sehingga Bupati terkana dampaknya. Mastra sendiri mengaku rabu ( 2/10 ) sempat datang ke SMAN 1 Semarapura untuk rapat Komite. “ Aneh masak guru sudah almarhum di mutasi…ini ada kesan Bupati di kerjain,” ucapnya heran.

Sementara itu Ketut Sukma Sucita sebagai Sekretaris Fraksi Persatuan Nasional menilai mutasi terhadap 28 guru di SMAN 1 Semarapura menjadi blunder tersendiri. Mestinya Disdikpora tahu kalau sekolah tersebut punya program unggulan yakni kelas ekselerasi (percepatan). Untuk mewujudkan kelas tersebut butuh guru yang mempu. Dan mestinya pemerintah mendukung program sekolah tersebut untuk meningkatkan kwalitas pelayanan pendidikan termasuk akan membuka kelas akselerasi. “ Kalau seperti ini 28 gurunya di mutasi jelas sangat berat menjalankan program tersebut,” pungkasnya.

Ketua PGRI Klungkung Dewa Gede Darmawan dikonfirmasi mengaku akan membahas persoalan ini dengan guru guru. Itupun dilakukan jika sudah mendapat surat atau laporan keluhan guru guru yang kena mutasi. Sejauh ini diakui mendapat keluhan secara tertulis dari guru terkait mutasi tersebut. Dirinya menghimbau agar guru guru tenang. Dan diminta menyempaikan keluhanya ke kepala sekolah. Di Klungkung diakui ada 9200 guru yag menjadi anggota PGRI

Sementara mutasi yang menjadi polemic belakangan ini juga menjadi perhatian mantan Ketua DPRD Klungkung Wayan Sutena. Sutena mengakui kalau mutasi kali ini benar benar runyam dan menjadi polemic di masyarakat. Uniknya lagi pejebet di Klungkung terkesan saling menyelahkan. Bahkan belakangan ini terkesan sudah berbau politis. Dimana ada yang memanfaatkan situasi tersebut denga mencari simpati mendatangi guru guru dan murid ke sekolah.

Sutena mengatakan dengan kondisi seperti ini merupakan sinyal kalau telah terjadi pecah kongsi pemerintahan di Klungkung. Dan pertanda jalannya pemerintahan di Klungkung sudah tidak singkron. Ia juga menilai kalau mutasi kali ini cukup patal. Terutama untuk guru yang sudah meninggal masih di mutasi. Ini menandakan kalau mutasi dilakukan tidak melalui kajian. “ Akibat kejadian ini kasihan anak anak menjadi korban, “ ujarnya. SUS-MB