rumah  I Nengah Tangeb dan I Ketut Tulus

Klungkung ( Metrobali.com )-

Penanganan kemiskinan di Kabupaten Klungkung selama ini bener-bener tidak tertangankan dengan baik. Ini akibat dari aparat yang ada dibawah tidak menginginkan warganya diketahui bahkan sengaja dibiarkan hingga banyak warga miskin yang semestinya mendapat bantuan tidak mendapatkan, bahkan anehnya yang diataspun terkadang hanya bisa menerima laporan yang sering kita dengar laporan ABS ( Asal Bapak Senang ).  Seperti apa yang Metrobali temukan di wilayah Dawan tepatnya di Banjar Nyamping, Desa Gunaksa Kecamatan, Dawan Klungkung dimana hidup dua kakak beradik yang kini memegang status duda dan putri dari duda tersebut tidak kawin alias menyandang perawan tua. Rumah yang ditempatipun sudah tidak layak huni dimana gubuk itu sebagai tempat istirahat dan memasak. Untuk makan sehari-hari hanya mengandalkan dari hasil menjual Canang ( sarana upacara ) yang sudah barang tentu terasa kurang. Bahkan jika terimpa sakit warga ini tidak bisa pergi berobat dimana yang seharusnya mendapatkan jaminan kesehata ( JKB ) tidak sampai ketangnnya.

Kakak beradik yang kini duda tersebut adalah I Nengah Tangeb 90 dan I Ketut Tulus 84 bahkan putri dari Tangeb atas nama Ni Wayan Ladri 42 samapai saat ini belum menikah alias memegang status perawan tua. Keluarga ini menempati pekarangan milik saudara sepepu yang bermurah hati memberikan tempat untuk seumur hidup.  “ Tempat ini milik saudara sepupu dan saya sudah lama tinggal disini, “ ujar duda Tangeb yang di iyakan oleh Tulus adik kandungnya. Diakui dirinya mantan petani menggarap sawah milik Nengah Kandel yang tidak lain saudara sepupunya. “ “ Sekarang saya tidak bisa lagi pergi ke sawah karena sakit-sakitan, “ ungkap Tangeb. Untuk makan sehari-hari hanya mengandalkandari hasil menjual Canang atau Ceper yang dibuat anak saya yang sampai sekarang belum menikah, imbuhnya.  Perawan tua yang dimaksud adalah Ni Wayan Ladri 42, namun sayang ketika Metrobali hendak mewawancarai Ladri langsung pergi menuju utara rumahnya.

Sementara itu Tulus adik dari Tangeb sudah tiga hari mengalami panas dan tensi rendah. Tulus yang keluar dari gubuknya langsung batuk-batuk. Gubuk tersebut selain dip[akai istirahat juga dipakai memasak tampak kayu kayu yang ada seperti arang. Jika hujan air masuk karena atap yang dari bahan alang-alang sudah pada bocor dimakan usia. Untuk mengganti tidak bisa dilakukan dikarenakan ketiadaan  Untuk makan sehari-hari dibantu anak lelaki satu – satunya sebagai bruh tukang yang tidak menentu mendapatkan hasil. Dia adalah I Nyoman Ludra 44.  Selain menanggung orang tua, Ludra harus membanting tulang untuk menanggung istri dan dua putranya yang duduk di SLTA dan SD. Diakui Ludra untuk bantuan Raskin hanya dirinya menerima, itupun harus bayar. “ Raskin memang Saya dapat namun harus bayar, untuk 15 Kg bayar Rp 26 ribu, “ ungkap Ludra yang tampak kurus. Untuk bantuan lainya tidak ada, imbuhnya. Sementara untuk Ayahnya tidak pernaha mendapat bantuan apapun. Bahkan karty JKBM tidak pernah sampai ke tangannya begitu juga pamannya. Ia katakan pengalaman ketiaka alm ibu masuk rumah sakit, dirinya tidak bida ngomong apa-apa hingga Ibu meninggal. “ Saya sampai minjam uang untuk upacara alam Ibu, “ ujarnya.  Pinjama uang sama teman sebesar Rp 2 juta dan sekarang sudah lunas, imbuhnya.

Untuk biaya siswa hanya putranya yang sekolah di SD dapat sedangkan kakanya yang sekolah SMA Gunaksa tidak dapat. Hanya itu lainnya tidak ada. “ Ya untuk biya siswa hanya anak yang SD dapat, besarnya tiap bula Rp 125 ribu, “ ujar Ludra berlinang air mata.  Putra yang dimaksud adalah I Ketut Alit Astrawan 16 Klas I SMA Gunaksa dan Wayan Agus Juniarta 7 dudk dibangku klas 1 SD setempat.

Sementara Duda Tulus mohon bantuan dari pemerintah..” Saya minta tolong kepada Bapak agar menyampaikan kepada pemerintah setempat untuk melihat keadaan warganya, “ harapnya. Sudah berulangkali tyang ( saya ) minta tolong kepada aparat dibawah namun hanya dijanjikan, sampai sekarang tidak ada realisasinya, bahkan pernah diambil foto,  imbuhnya denga bahasa Bali. SUS-MB