Foto : Peringatan Hari Pelaut Sedunia (Day of Seafarer) di Bali Seafarers Center, Istana Taman Jepun, Denpasar, Selasa (25/6/2019).

Denpasar (Metrobali.com)-

Hari Pelaut Sedunia (Day of Seafarer) yang jatuh setiap tanggal 25 Juni dirayakan dengan meriah hari ini di Bali Seafarers Center, Istana Taman Jepun, Denpasar, Selasa (25/6/2019).

Tema yang diangkat kali ini adalah “I am on Board,  With Gender Equity” yang menekakan pada keseteraan gender bagi para pekerja pelaut atau ABK (Anak Buah Kapal).

Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Cabang Bali I Dewa Putu Susila mengatakan peringatan Hari Pelaut Sedunia (Day of Seafarer) pada 25 Juni 2019 ini merupakan perayaan yang ke-8 kalinya setelah pertama kali ditetapkan pada tanggal 25 Juni 2011 oleh IMO (International Maritime Organization.

Dasar pemikiran dan tujuan dari penyelenggaraan acara hari ini lebih dititikberatkan pada menyegarkan ingatan semua pihak atas peran vital pelaut dalam dinamika peradaban dunia.

“Dimana dari sisi keselamatan jiwa profesi pelaut dikategorikan sebagai profesi yang paling berbahaya berada pada rangking nomor dua yang paling beresiko setelah profesi sektor tambang,” ungkap Dewa Susila yang juga Pengurus KONI Bali Bidang Hubungan Luar Negeri dan Sport Tourism ini.

Mengingat faktor risiko menantang bahaya maka sering profesi sebagai pelaut lebih dominan diidentikkan dengan profesi kaum laki-laki dibanding perempuan.

Namun seiring dengan perkembangan zaman dan kompetisi kerja global maka pertumbuhan pelaut perempuan dari sisi kuantitas bertambah jumlahnya secara signifikan di mana pelaut perempuan juga siap menanggung resiko kerja secara lahir dan batin.

Terlebih lagi dari sisi kualifikasi pelaut perempuan juga telah dibekali kualitas kompetensi yang layak dan memadai yang mengacu pada pemenuhan konvensi IMI mengenai SOLAS dan STWC.

“Sehingga wajarlah untuk membuka peluang dan kesempatan kerja yang lebih luas, lebar dan berkeadilan untuk pelaut perempuan,” tegas Dewa Susila yang juga Sekretaris Umum Pergatsi (Persatuan Gateball Seluruh Indonesia) Bali ini.

Oleh karena itu secara global dikampanyekan gerakan “Make One Change” atau membuat satu perubahan sehingga tema yang telah ditetapkan oleh IMO untuk “Day of Seafarer” tahun 2019 adalah “Empowering Woman in the Maritime Community” atau “Memberdayakan Kaum Perempuan dalam Komunitas Maritim”.

Sedangkan ITF (The International Transport Workers’ Federation) secara lebih spesifik mengambil tema “I am on Board with Gender Equality” atau “Saya Bekerja di atas Kapal dengan Kesetaraan Gender”

Acara tahun ini diselenggarakan secara bersahaja lebih menitikberatkan pada sosialisasi dan pembekalan atas citra peran kaum perempuan sebagai pelaut. Acara ini juga sebagai anjangsana mengikat tali persaudaraan antar pelaut tanpa diskriminasi atas segala perbedaan suku ras agama bahasa dan gender termasuk posisinya di atas kapal dan jenis kapal tempat bekerja.

Sementara itu Sekjen Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) I Dewa Nyoman Budiasa menyampaikan dalam hal jumlah kata Indonesia bukan lagi penyumbang pelaut terbesar kedua di dunia internasional  namun kini berada di urutan keempat. “Yang pertama tentu Filipina,’ kata Dewa Budiasa

.

Ia pun mengingatkan bahwa pelaut termasuk sebagai pejuang devisa. Setidaknya ada Rp 16 triliun yang disumbangkan pelaut untuk devisa negara.

“Sehingga sudah seharusnya pemerintah pusat dan daerah memberikan kemudahan dan perlindungan hukum yang jelas bagi para pelaut Indonesia,” tegas Dewa Budiasa.

Ia juga berharap ada langkah pemberdayaan yang lebih riil dari pemerintahan dan stakeholder terkait terhadap pelaut perempuan dalam rangka  menciptakan kesetaraan gender.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Bali yang diwakili Kepala UPT BLK IP Bali Ni Ketut Nuriani dalam sambutannya mengapresiasi jasa pelaut dan mendorong kesetaraan gender pelaut perempuan.

“Saat ini tidak pandang jenis kelamin sebab kaum perempuan juga tunjukkan kontribusi dalam dunia maritim. Pelaut perempuan harus berkualitas agar dapat hak sama dan peluang sama dalam jenjang karir,” harapnya.

Kepala Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Benoa, Agustinus Maun S.T., M.T., mengatakan kaum perempuan punya kemampuan sama dengan pria bekerja sebagai pelaut. “Pelaut perempuan juga banyak yang mengukir prestasi di dunia maritim,” katanya.

Ia pun mengajak semua pihak memberi perhatian serius pada pelaut khususnya di Bali sebab para pelaut ini telah memberikan kontribusi pada devisa negara.

“Mari bekerja lebih keras, profesional dan semangat agar industri maritim bisa lebih berkembang,” kata Agustinus yang berpengalaman 11 tahun pengajar di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran di Jakarta.

Sementara itu Plt Koordinator ITF NCC Indonesia Harry D. Wicaksono mengungkapkan pihaknya sudah sejak lama memperjuangkan kesamaan hak bagi pelaut perempuan dan laki atau kesetaraan gender.

Secara internasional kesetaraan gender pelaut ini sudah bisa diterima para pemilik kapal. Namun secara nasional sangat menyedihkan.

“Sebab banyak anggota pelaut wanita kita terutama yang perwira agak kurang kesempatannya bekerja di atas kapal nasional,” katanya. (wid)