Palu, (Metrobali.com)

Umat Hindu di Indonesia diharapkan dapat berpegang teguh pada sikap ajaran Dharma dalam mengelola perbedaan dan keragaman, sehingga bisa menjadi contoh dalam hal moderasi beragama. Kebijaksanaan Raja Asoka Wardhana, seorang raja Buddha yang menjunjung toleransi antar umat beragama dengan dekritnya perlu untuk ditiru kebijaksanaannya.

Hal itu disampaikan oleh Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana dalam sambutannya pada Perayaan Nyepi Caka 1945 dengan tema “Melalui Dharma Agama dan Dharma Negara Kita Sukseskan Pesta Demokrasi Indonesia” di Palu, Jumat (28/4/2023).

Ari menyampaikan, Raja Asoka mengeluarkan dekrit yang berbunyi “… janganlah kita menghormat agama kita sendiri dengan mencela agama orang lain. Barang siapa menghormat agamanya sendiri dengan mencela agama lain – semata – mata karena dorongan rasa bakti kepada agamanya dengan berpikir akan memuliakan agamanya sendiri ‘ maka dengan berbuat demikian ia malah amat merugikan agamanya sendiri. “ ujar Ari mengutip isi Dekrit Asoka.

Lebih lanjut, Ari mengatakan, dalam konteks hubungan antaragama, umat Hindu harus mampu menjadi simpul pemersatu. Ia memberikan contoh saat konflik Poso meletus pada sejak Desember 1998 sampai Desember 2001, komunitas Hindu di Sulawesi Tengah merupakan “buffer zone” yang turut meredam penyebaran konflik.

“Gesekan dan letupan konflik terjadi di berbagai tempat termasuk Poso, di mana bertikaian antar kelompok menelan ratusan korban jiwa. Dalam situasi konflik yang terus meruncing tersebut, komunitas Hindu terus menjaga ketenangan dan kedamaian kelompok, sembari mengantisipasi agar konflik tidak meluas dan berlarut-larut,” ujar Ari.

Selanjutnya, Ari menekankan, agar umat Hindu untuk terus berpegang teguh terhadap dharma yang dapat memelihara keragaman di internal maupun eksternal umat Hindu. Di internal umat Hindu, diharapkan menjaga kerukunan dengan prinsip menyama braya, segilik-seguluk, selunglung sebayantaka. Sementara itu, terhadap umat agama lain, harus terus menjaga tolerasi dalam ikatan kebangsaan dan kemanusiaan.

“Di Hindu, kita mengenal Wasudewa Kutumbakam. Di Islam dikenal dengan konsep Ukhuwah Wataniyah dan Ukhuwah Insaniyah, kita bersaudara dalam kebangsaan dan kemanusiaan,” pungkas Ari.

Turut hadir pada acara Dharma Santi itu, Wakil Walikota Palu, Ketua PHDI Provinsi Sulteng, Ketua PHDI Kota Palu, umat Hindu Kota Palu serta tokoh-tokoh lintas agama. (RED-MB)