Denpasar (Metrobali.com)-

Setelah berabad-abad tari ini tidak bisa dipentaskan karena penari dan perangkat pendukungnya terkikis oleh situasi dan pekembangan jaman. Kini setelah dilakukan rekontruksi, tarian sakral ini kembali bisa ditonton. Sebelum dipentaskan, tarian ini akan diawali oleh kidung sudamala setelah itu para penari baris ini mulai melakukan gerakan lengkap dengan atributnya yaitu wayang. Demikian Kadis Kebudayaan Made Mudra saat mendampingi sekeha Tari Baris Wayang Pura Dalem Lumintang Denut pentas di kalangan Angsoka, Rabu (27/6).

Dijelaskan Mudra, Tari baris wayang merupakan tari wali yang ditarikan pada saat upacara Dewa Yadnya tingkat Madya maupun Utama. Diceritakan pula hal ikhwal terbentuknya Tari Baris Wayang, yaitu diawali dengan perjanjian antara Sira Arya Notor Wandira dengan Ki Buyut Lemintang (Penglingsir Desa Lemintang dahulu). Yang isinya apabila Sira Arya Notor Wandira mampu menjadi Raja di Badung maka Ki Buyut akan bersedia mempersembahkan putra mahkotanya plus kesenian wali dalam bentuk sanghyang yakni Tari Baris Wayang. Namun karena keadaan yang tidak menentu tari ini sempat mati suri selama berabad-abad.

Dan pada akhirnya atas inisiatif Pemkot melalui Dinas Kebudayaan bekerjasama dengan masyarakat penyungsung Pura dalem Lemintang Denut, akhirnya kesenian ini kembali bangkit. Pementasan diawali dengan tari rejang yang dibawakan oleh empat orang penari baru disusul kemudian oleh penari baris yang berjumlah 9 orang. Yang unik dari tarian ini hampir rata-rata penarinya bergerak menuruti kata hati tanpa ekspresi namun tetap pada pakemnya. Dengan diiringi tabuh keklontangan, tari wali ini cukup menyedot banyak penonton. SDN-MB