Denpasar, (Metrobali.com)

Kerajaan Pulau Laut, Kalimantan Selatan, menganugerahkan Darjah (piagam kehormatan) kepada Mpu Keris Pande Made Suardika dari Prapen Wesiaji, Banjar Tegal Kuwalon, Sumerta Kaja, Denpasar, Bali. Darjah tersebut menandai pemberian gelar kehormatan kepada yang bersangkutan sebagai “Ampu Suarna Laut Pulo”. Darjah diserahkan langsung oleh Ketua Lembaga Adat / Pemangku Kerajaan Pulau Laut, Al Hajj Gusti Rendy Firmansyah, di Denpasar, Selasa (16/8/2022).

Menurut Gusti Rendy, Darjah dan gelar kehormatan tersebut merupakan penghargaan Kerajaan Pulau Laut terhadap Pande Suardika sebagai mpu keris, di mana kiprahnya selama hampir dua dekade menunjukkan kesetiaan dan keteguhannya menjalani tradisi leluhur. Tidak hanya meneruskan, ia juga dinilai melakukan revitalisasi sehingga tradisi lama tersebut selaras dengan langgam era terkini.

“Nah, kami terinspirasi oleh (kiprah Pande) itu dan ingin menularkannya kepada masyarakat Kerajaan Pulau Laut agar generasi penerus teguh menjaga tradisi leluhur kami,” ujar Gusti Rendy yang juga bergelar Sri Baginda Raja Gusti Martainsari.

Gusti Rendy juga menyampaikan, sedianya penyerahan penganugerahan gelar kehormatan ini dilaksanakan pada saat milad Lembaga Adat Kerajaan Pulau Laut pada 2020 di Kota Baru Kalsel.
Namun karena pembatasan gerak dan jarak berkait pandemi, penyerahan tersebut tertunda.

“Hari ini saya menyempatkan diri datang untuk menyerahkan Darjah ini, sekaligus melepas kerinduan terhadap Bli Pande dan Tanah Bali,” imbuh Gusti Rendy.

Gusti Rendy menerangkan bahwa hubungan dirinya dan Pande Suardika sudah berlangsung hampir 12 tahun. Selama itu, komunikasi yang terjadi banyak berkait tentang semangat dan keteguhan mengawal tradisi leluhur. Dan, ketika dirinya dinobatkan sebagai Pemangku Kerajaan Pulau Laut, Gusti Rendy pun memerintahkan Dewan Kerajaan untuk mengkaji pemberian anugerah kehormatan ini.

Nilai Universal dari Tradisi
Terhadap anugerah tersebut, Pande Suardika menyatakan bahwa dirinya merasa mendapat kehormatan yang luar biasa. “Selaku pribadi, sekaligus selaku wakil keluarga besar Prapen Wesiaji, saya mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas anugerah ini. Semoga segala niat dan langkah yang telah dan akan dijalankan membuahkan manfaat sebesar-besarnya bagi pencarian jati diri dari siapa pun yang mencarinya melalui jalan yang telag dirintis oleh para leluhur,” ujarnya.

Pande menegaskan bahwa pilihan bersetia pada tradisi leluhur bukan berarti menjalankan begitu saja apa yang dilakukan di masa lalu, melainkan merevitalisasinya sehinga spirit dari tradisi tersebut tetap hidup sekalipun bentuk dan langgamnya berubah menyesuaikan perkembangan jaman.

“Jika kita sungguh-sungguh memasuki ke akar tradisi, niscaya kita menemukan nilai-nilai spiritual maupun kemanusiaan yang berlaku universal,” tegas Pande.

Kerajaan Kepangeranan Pulau Laut adalah suatu wilayah yang di masa lalu merupakan kerajaan berdaulat atas Pulau Laut dan Pulau Sebuku di lepas pantai bagian tenggara pulau Kalimantan (sekarang Kabupaten Kota Baru). Sebelumnya pusat kerajaan berada di daerah aliran sungai Kusan di Tanah Bumbu Selatan, di tenggara Kalimantan Selatan yang disebut Kerajaan Kusan, setelah dipindah ke Pulau Laut, rajanya bergelar Raja Pulau Laut I. Raja-raja Kusan dan raja-raja Pulau Laut merupakan trah Sultan Sulaiman dari Banjar. Raja-raja di daerah ini bergelar Pangeran atau Ratu (untuk wanita), karena daerah ini sebenarnya merupakan cabang dari Kesultanan Banjar. Anak-anak raja Pulau Laut disebut Gusti (laki-laki) dan Putri (wanita). (RED-MB)