Buleleng (Metrobali.com)-

Kabupaten Buleleng yang topografinya Nyegara Gunung, diakui memiliki potensi pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan darat dan laut. Terkhusus untuk potensi pertanian, memang tidak semuanya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian yang berkaitan dengan tanaman padi. Mengingat dari data yang ada di Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, tercatat sekitar 2.400 hektare lahan kering, tersebar di 4 kecamatan se Kabupaten Buleleng. Diantaranya, Kecamatan Gerokgak, Seririt, Kubutambahan, dan Kecamatan Tejakula, masih bisa dimanfaatkan untuk menanam selain tanaman padi.

Bertani di lahan kering berbatu, kenapa tidak? Terbukti, terdapat 3 orang petani, yakni Nyoman Suartika (48) asal Dusun Batulumbang, Gede Wiriandana (49) asal Dusun Kawanan, dan Ketut Murtawan (26) asal Dusun Batulumbang, dengan keyakinan diri yang kuat mencoba bertani dilahan minim air, serta ditanah yang sudah lama tidak produktif atau tertidur sejak bertahun-tahun lamanya.

Seperti yang dilakukannya di Desa Penuktukan, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng. Mereka ini tergabung dalam Kelompok Tani Organik Persadha mencoba memanfaatkan lahan seluas 93 are berlokasi di Banjar Dinas Batulumbang, desa setempat. Dimana yang sebelumnya tidak produktif untuk pertanian, kini mulai ditanami jenis tanaman yang memiliki nilai jual dengan waktu panen secara singkat. Seperti tanaman Cabe, Terong, Kol, dan jenis tanaman lainnya dengan memakai konsep bertani Tumpang Sari.

Kelompok yang telah dibentuk sejak Kamis, 18 Februari 2021 lalu, saat ini melakukan pilot project dengan mencoba menanami sekitar 23 are dari luas lahan 93 are. Luas lahan sekitar 23 are ini, yang akan dipergunakan untuk bertani. Dan sekaligus juga, mengedukasi warga atau masyarakat yang datang untuk belajar bertani serta sharing-sharing soal menumbuh kembangkan lahan pertanian.

“Apa yang kami lakukan, adalah murni untuk memberdayakan atau memancing dan mengedukasi warga lainnya.” ungkap Nyoman Suartika yang menjadi salah satu pelopor pertanian Organik Persadha saat ditemui langsung pada Sabtu, (22/5/2021).

“Kami juga siap datang ketempat mereka masing-masing, jika memang mau belajar memulai. Niat kami ini, tanpa dibayarpun kami siap datang dan mendampingi selama proses penanaman hingga berhasil,” ucapnya menegaskan.
Dijelaskan, saat ini tempat yang telah ditanami masing-masing ada 400 bibit cabe besar, 200 bibit Kol, dan sisanya 100 bibit cabe kriting.

“Jadi totalnya, sekitar 2 ribu batang itu terus akan dikembangkan sebagai sarana edukasi. Dan sekaligus pilot project untuk beberapa jenis tanaman lainnya. Kedepannya, guna bisa dikembangkan di lahan warga yang juga telah lama kurang produktif.” jelas Nyoman Suartika.

Selain itu, ujarnya lagi apabila nantinya ada warga yang ingin belajar, pihaknya akan terus membuka kesempatan untuk warga atau siapapun yang ingin belajar.

“Dipersilakan saja untuk datang dan tidak dipungut biaya apapun. Kami siap hadir ke tempat warga untung sharing dan praktek langsung dilahan yang akan dijadikan tempat menanam. Apalagi melihat kondisi pandemi Covid-19 saat ini, yang masih menghantui warga, kami sangat antusias memberikan edukasi agar warga tetap bisa produktif menggarap lahannya.” ucap Nyoman Suartika.

“Dengan adanya pilot project pertanian yang kami lakukan ini, kami berharap masyarakat nantinya bisa mencontoh untuk memanfaatkan lahan yang mereka miliki. Sehingga bisa aktif kembali, untuk memberdayakan lahan pertaniannya,” ujarnya menambahkan.

Disinggung tentang pembiayaan membuat pilot project pertanian dilahan kering. Iapun mengungkapkan, hingga saat ini biaya yang sudah dikeluarkan mencapai Rp 3 Juta. Dana sebesar itu, selain untuk pembibitan, juga dirinya bersama teman-temannya mengerjakan segalanya secara manual dan gotong royong. Kedepannya nanti, jika ada pihak-pihak yang ingin dibantu, pihaknya tetap menyambut dengan baik. Hal itu dilakukan, guna bisa membangkitkan pertanian yang ada di Desa Penuktukan.

“Mengenai hasil dari penjualan, kami berencana digunakan untuk pembelian bibit. Dan sekaligus pengembangannya, agar bisa lebih dipeluas lagi,” tandas Nyoman Suartika.

Sumber : Gus Sadarsana