Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng Ir. I Nyoman Sutrisna,MM.

Buleleng, (Metrobali.com)-

Creative dan innovative bukan lips service bagi Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng Ir. I Nyoman Sutrisna,MM. Semenjak memimpin Dinas Pariwisata ini, berbagai terobosan telah dilakukan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Bali Utara dengan topografi Nyegara Gunung ini.

Potensi obyek wisata dan berbagai kebudyaan yang dimiliki Buleleng diimplementasikan tidak hanya melalui gelaran festival dan pemenuhan sarana prasarana penunjang sektor pariwisata, namun Dispar Buleleng juga mengoptimalkan pemanfaatan media sosial (medsos) berupa, youtube, facebook, whatsapp, website dan instagram sebagai ajang pengenalan dan promosi wisata dan budaya yang lebih mendunia.

”Kami sangat mencintai Buleleng. Dan kami selalu berusaha menjadikan Buleleng lebih vaik khususnya di bidang pariwisata, yang berujung meningkatkan kunjungan wisatawan melalui promosi di media sosial,” ucap tegas Nyoman Sutrisna yang juga Kelian Adat Buleleng ini pada Kamis (19/12/2019) usai sosialisasi dan expose hasil survey pemanfaatan media sosial dalam meningkatkan kualitas pemasaran dan pariwisata Kabupaten Buleleng.

Lebih lanjut dikatakan dari hasil survei kekuatan medsos sangat luar biasa terlepas dari suka dan tidak suka terhadap konten ini. Dimana, kehadiran medsos selain menjadi sarana komunikasi bagi sebagian besar masyarakat dengan berbagai latar belakang sosial ekonominya, namun juga menjadi alat handal untuk mempromosikan obyek-obyek pariwisata.

”Tidak bisa dipungkiri generasi millenial saat ini sangat dekat dengan teknologi digital, termasuk medsos sebagai sarana memviralkan destinasi wisata yang masih banyak belum terexpos,” ujarnya.

Menurut Sutrisna yang tinggal sebulan lagi pensiun sebagai PNS, di era digital, promosi pariwisata tidak cukup hanya mengandalkan media konvensional, seperti baliho, billboard, brosur dan lainnya. Alasannya tidak dapat diketahui secara langsung respons, minat dan motif kunjungan wisatawan ke Kabupaten Buleleng. Disamping itupula respons, minat dan motif kunjungan wisatawan sangat penting diketahui sebagai bahan evaluasi untuk menjadikan lebih baik. Respon, minat dan motif kunjungan sangatlah penting, untuk mengetahui sejauh mana perkembangan pariwisata. “Pemanfaatan media sosial ini, saya akui juga sebagai media kekinian yang mampu menarik para wisatawan menuju tempat-tempat wisata yang viral di medsos,” urainya.

Iapun mengungkapkan dari hasil survei menunjukkan munculnya wisatawan pada destinasi baru. Karena adanya beragam foto dan video yang viral di medsos. “Dari hal tersebut, kami di Dispar mendorong kepada rekan-rekan para pelaku industri, desa pariwisata, dan SKPD terkait yang hadir dalam sosialisasi ini untuk bersama-sama aktif di medsos,” tukas Sutrisna.

Sutrisna menjelaskan pada sosialisasi yang menghadirkan narasumber dari Sije Branding, Celvin Jaya Rahadi, juga dipaparkan dampak negatif dari medsos. Menurutnya medsos bagaikan pisau bermata dua, artinya disamping memiliki nilai positif adapula nilai negatifnya, untuk itu harus bisa menjaring dengan baik. Seperti munculnya kabar bohong (hoax) yang bisa merugikan pariwisata Buleleng.”Yang mirisnya lagi, ada wisatawan yang menemukan destinasi tak sesuai informasi yang didapat melalui medsos. Hal inilah dicegah dengan memviralkan berbagai informasi destinasi yang dirilis resmi Dispar atau pelaku pariwisata yang dapat dipercaya,” ucapnya tegas.”Semua pihak memanfaatkan peluang secara maksimal dan jeli melihat perubahan pola pikir wisatawan dalam mencari informasi wisata” imbuhnya.

Sementara itu, narasumber Celvin Jaya Rahadi mengatakan sumber daya manusia (SDM) dan sarana pendukung lainnya yang ada di Kabupaten Buleleng sudah siap untuk mendukung terobosan ini. Dimana penggunaan dunia digital khususnya medsos mencapai 70 persen, semakin lama akan terus bertambah dan menjadi peluang bagi dunia pariwisata,”Hanya perlu sinergitas semua pihak dalam mendukung terobosan yang dilakukan Dispar Buleleng. Dan menyangkut berita bohong yang sebagian besar menghantui di dunia digital dapat dicegah melalui check and balance berbagai pihak.” tutupnya.

 

Pewarta : Gus Sadarsana
Editor : Whraspati Radha