Sejumlah warga mengamati Gunung Agung yang masih berstatus siaga dari Pos Pemantauan Desa Rendang, Karangasem, Bali, Rabu (20/9). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi merekomendasikan pengosongan kawasan rawan bencana dengan radius enam kilometer dan kawasan sektoral sejauh 7,5 km dari puncak Gunung Agung, menyusul kecenderungan aktivitas yang meningkat. ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana/kye/17.

Sejumlah warga mengamati Gunung Agung dari Pos Pemantau Rendang.

Karangasem, (Metrobali.com) –

Sejak tiga hari terakhir Gunung Agung diguncang gempa tremor non-harmonic. Catatan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) ‎mencatat 11 kali gempa tremor non-harmonic mengguncang Gunung Agung. Biasanya, tremor non-harmonic muncul terekam pada antara rentang waktu pukul 18.00 WITAhingga 24.00 WITA.
Kepala PVMBG, Kasbani mengakui jika gempa tremor biasanya menjadi penanda akhir sebelum terjadinya letusan. ‎”Memang biasanya gempa tremor menjadi penanda terakhir. Tapi ini beda, karena hanya tremor non-harmonic,” papar Kasbani di Pos Pengamatan Gunung Api Agung di Desa Rendang, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Bali, Minggu 15 Oktober 2017.
Yang mesti diwaspadai, Kasbani melanjutkan, jika tremor terjadi terus menerus dan semakin membesar. ‎”Kalau tremornya sudah menerus dan makin membesar, itu bisa diikuti dengan letusan,” urainya. Saat ini, menurut Kasbani, tremor menerus belum terjadi di gunung setinggi 3.142 mdpl tersebut.
“Itu belum terjadi. Itu istilahnya tremor menerus. Urutannya tidak selalu tremor non-harmonic lalu ke tremor menerus. Maksud saya, gempa-gempa vulkanik dalam, dangkal, kemudian tremor. Tapi itu tremor menerus (bukan tremor non-harmonic),” ujarnya.
Saat ini, aktivitas di dalam perut Gunung Agung masih tinggi. Gunung yang terletak di Kabupaten Karangasem itu masih terus melepaskan energi yang termanifestasikan menjadi gempa terasa dan embusan asap putih. Kendati begitu, Gunung Agung juga terus mendapatkan suplai energi dari bawah.
“Aktivitas masih tinggi, di dalam perut terjadi bergejolak. Ada energi yang dilepaskan melalui gempa terasa. Itu manifestasi pelepasan energi. Embusan asap, itu juga pelepasan energi. Tapi suplai energi dari bawah, suplai magma itu masih tetap berlangsung yang ditunjukkan dengan gempa-gempa vulkanik,” ‎demikian Kasbani. (Laporan Bobby Andalan)