Foto: Ketua Jepun Bali Traditional Archery Community (JBTAC)  I Dewa Putu Susila (kanan) di sela-sela Jepun Bali Cup 2019 “Pacentokan Agung Jemparingan se-Nusantara” yang digelar Sabtu (22/6/2019) di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Renon, Denpasar.

Denpasar (Metrobali.com)-

Panahan tradisional yang mengalami perkembangan signifikan di Bali siap mendukung program pemerintah sport tourism. Hal ini dibuktikannya dengan telah digelarnya beberapa kegiatan lomba tingkat nasional bahkan tengah dirancang kegiatan berskala internasional.

“Panahan tradisional siap mendukung sport tourism Pulau Dewata yang merupakan the sleeping giant, raksasa tidur pariwisata Bali,” tegas Ketua Jepun Bali Traditional Archery Community (JBTAC) I Dewa Putu Susila.

Hal ini diungkapkan Dewa Susila ditemui di sela-sela Jepun Bali Cup 2019 “Pacentokan Agung Jemparingan se-Nusantara” yang digelar Sabtu (22/6/2019) di Lapangan Puputan Margarana, Niti Mandala, Renon, Denpasar (Utara Monumen Perjuangan Rakyat Bali Bajra Sandi).

Jepun Bali Cup 2019 Gladen Ageng ini dibagi menjadi empat kategori. Yakni SD A (kelas1-3) jarak 10 m dengan 10 rambahan. Lalu  SD B (kelas 4-6) jarak 15 m dengan 10 rambahan.

Kemudian kategori SMP jarak 20 m dengan 15 rambahan. Terakhir kategori SMA/Umum jarak 30 m dengan 20 rambahan.

Lomba panahan tingkat nasional diikuti lebih dari 200 orang peserta dari beberapa daerah seperti Jawa Barat, Yogyakarta, Bayuwangi dan daerah lainnya.

Dewa Susila yang juga Pengurus KONI Bali Bidang Hubungan Luar Negeri dan Sport Tourism menambahkan melalui Jepun Bali Cup 2019 “Pacentokan Agung Jemparingan se-Nusantara” pihahknya ingin melestarikan panahan tradisional, mencari pembibitan atlet sekaligus mendukung sport tourism di Pulau Dewata.

Menurut pria yang juga Sekretaris Umum Pergatsi (Persatuan Gateball Seluruh Indonesia) Provinsi Bali ini panahan tradisional telah berkembang di seluruh kabupaten/kota di Bali. Indikatornya setiap kegiatan lomba panahan yang ada di Bali, seluruh kabupaten/kota mengirimkan wakilnya.

Yang menarik, panahan tradisional kini mulai digemari masyarakat di Bali sejak usia dini. Hal ini dibuktikan beberapa lomba panahan tradisional, peserta usia dini selalu membludak.

Dibuka dan Diapresiasi Putri Koster

Jepun Bali Cup 2019 “Pacentokan Agung Jemparingan se-Nusantara”  juga diapresiasi langsung Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Nyonya Putri Sustini Koster yang hadir membikm lomba ini.

Istri Gubernur Bali ini menyatakan dalam panahan tradisional banyak unsur yang terkandung di dalamnya, terutama pendidikan karakter disamping pelestarian budaya.

“Meningkatkan minat generasi muda terjun menekuni panahan tradisional khususnya usia dini, menuntut pengurus panahan tradisional untuk lebih banyak menggulirkan kompetisi,” kata Putri Koster.

Bahkan pengurus dituntut untuk dapat memperjuangkan panahan tradisional dapat mensejajarkan diri dengan olahraga prestasi. Mengingat dari panahan tradisional, juga terdapat didalamnya unsur olahraga. Bahkan panahan tradisional siap mendukung program pemerintah sport tourism.

Kolaborasikan Panahan dengan Seni Budaya

Menurut Dewa Susila terkait dukungan terhadap program pemerintah di bidang sport tourism, pengurus panahan di Bali Bali khususnya Jepun Bali Traditional Archery Community (JBTAC)  juga akan mengkolaborasikan beberapa kegiatan lomba panahan dengan seni budaya.

“Buktinya selama ini panahan tradisional khususnya di Bali, setiap penyelenggaraan lomba para peserta diwajibkan dengan menggunakan busana adat Bali,” ungkap pria yang juga Ketua Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI) Cabang Bali ini.

Sementara Pembina Jepun Bali Traditional Archery Community (JBTAC) Anak Agung Anom Giri mengatakan lomba ini telah digelar untuk keempat kalinya. Tujuannya, guna menjaring bibit unggul yang nantinya mampu mewakili Bali di kancah nasional bahkan internasional.

“Kami juga berharap dari olahraga ini tumbuh dan berkembang generasi yang kuat dan fokus dalam membangun daerahnya masing-masing,” ungkapnya.

Untuk Bali sendiri, cabang olahraga panahanan ini menurutnya telah berdiri di enam kabupaten/ kota. “Sudah ada enam kabupaten/kota yang aktif melatih dan mengadakan perlombaan jemparingan, yakni Tabanan, Singaraja, Denpasar, Klungkung, Gianyar, dan Badung,” sebutnya.

Spirit Dewa Susila dan komunitas pun tidak pernah luntur memperkenalkan panahan tradisional ke seluruh Bali. Pembibitan, penjaringan, dan pembinaan atlet muda berbakat sejak usia dini menjadi misi besar yang berkelanjutan.

“Kami juga sangat konsisten dan berkomitmen penuh memperkenalkan panahan tradisional ke seluruh Bali,” kata pecinta olahraga yang juga sukses mendorong adanya kerja sama luar negeri antara KONI Bali dan Dewan Olahraga Provinsi Jeju, Korea Selatan dalam meningkatkan prestasi altet Bali.

“Perjuangan ini baru titik awal untuk mengangkat panahan tradisional bukan sekadar olahraga rekreasi tapi sebagai olahraga prestasi yang juga mampu membentuk nilai-nilai dan karakter adiluhung anak bangsa,” tandas  Ketua DPC Partai NasDem Denpasar Barat ini. (wid)