Denpasar (Metrobali.com)-

Jalan di atas perairan (JDP) laut yang menghubungkan Pelabuhan Benoa- Bandar Udara Ngurah Rai-Nusa Dua, Bali, akan dilengkapi “pelinggih” atau tempat pemujaan.

“Dulu mulai membangun dimulai dengan ‘yadnya’ (upacara ritual), maka menjelang selesai, tentunya harus dengan yadnya pula. Di sana juga akan dibuatkan ‘pelinggih’,” kata pemuka agama Hindu Ida Pedanda Gede Putra Bajing saat beraudiensi dengan Gubernur Bali Made Mangku Pastika di Denpasar, Selasa (28/5).

Menurut Pedanda, pembangunan “pelinggih” dan pelaksanaan ritual itu sesuai dengan kepercayaan masyarakat Hindu di Bali.

Dia mengaku sudah ditemui oleh pihak PT Jasa Marga Bali Tol untuk menanyakan perlunya pembuatan pelinggih pada proyek JDP sepanjang 12 kilometer itu.

“Pelinggih rencananya akan ditempatkan di sisi barat jalan tol di dekat pintu masuk dari arah Bandara Ngurah Rai. Rencananya di pintu masuk dari barat menghadap ke timur,” ujarnya.

Ia menambahkan, ritual akan dilaksanakan sebelum diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Ritualnya dalam bentuk upacara “pemelaspasan”, “pecaruan” dan “pakelem”.

Sementara itu, Gubernur Made Mangku Pastika mendukung penuh rencana tersebut dan meminta Kepala Biro Kesra dan Kepala Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Bali untuk membantu kelancaran pelaksanaan upacara tersebut.

“Keberadaan pelinggih ini penting bagi kita orang Bali,” ujarnya. Pastika mengatakan JDP rencananya akan diresmikan pada 13 Juli 2013 oleh Presiden Yudhoyono.

Mantan Kapolda Bali ini mengharapkan dengan hampir rampungnya pengerjaan JDP, maka kemacetan dapat diatasi dan memungkinkan menjadi objek wisata.

“Untuk namanya kami timbang-timbang dulu, mana yang paling mungkin dan paling sesuai dengan kondisi,” ujarnya. INT-MB