Klungkung, (Metrobali.com)

 

Perayaan Tumpek Uye/Tumpek Kandang, pada umumnya umat Hindu memuja keagungan Ida Sang Hyang Widhi, Sang Hyang Siwa Pasupati yang disebut Rare Angon, penggembala semua makhluk di alam semesta ini juga bagian dari salah satu tradisi di Bali yang memiliki pesan moral untuk selalu bersahabat dengan alam beserta isinya serta menjaga keseimbangan alam. Hal tersebut juga dilakukan oleh Desa Adat Banjarangkan bersama jajaran dalam perayaan tumpek Uye, Sabtu (29/1/2021).

 

Perayaan Tumpek Uye di Desa Adat Banjarangkan secara niskala dilaksanakan dengan menggelar upacara persembahyangan bersama di Bale Agung Pura Puseh Taman Sari, Pura Dalem Kaleran, Pura Dalem Klod dan Pura Desa Pura Kangin Desa Banjarangkan. Sementara secara sekala, diisi dengan melepas 700 ekor ikan nila, dan ikan lele di Sungai Peken yang terlekat di wilayah Desa Adat Banjarangkan dan lepasliarkan berbagai jenis burung, seperti Burung Titiran (Perkutut) Burung Cerucuk dan Kutilang di Setra Adat Banjarangkan.

 

Bendesa Adat Banjarangkan, A.A. Gede Dharma Putra, menjelaskan bahwa Tumpek Uye atau Tumpek Kandang pada intinya melakukan rasa syukur atas ciptaan Tuhan yang bermanfaat bagi umat manusia. Perayaan ini juga sebagai Implementasi Tata-Titi Kehidupan Masyarakat Bali Berdasarkan Nilai-Nilai Kearifan Lokal Sad Kerthi dalam Bali Era Baru pelestarian Danu Kerthi dan Wana Kerthi. “Tumpek Uye kali ini berbagai pelestarian satwa sesuai arahan Gubernur Bali. Setiap perayaan Tumpek Uye dengan harapan ekosistem tetap terjaga dan memberikan manfaatkan ke warga Desa Adat Banjarangkan, ” ujar A.A. Gede Dharma Putra

 

Lebih lanjut dijelaskan, pelepasan beragam hewan ke alam liar ini diharapkan akan dapat mengembalikan keseimbangan alam. “Berbuatlah agar semua orang, binatang-binatang dan semua makhluk

hidup berbahagia,” imbuhnya. (yande)