audiensi fh unudDenpasar (Metrobali.com)-

 

Taksu merupakan getaran spiritual yang ada di seluruh Pulau Bali. Hal tersebut muncul dikarenakan masyarakat Bali sangat menghormati lingkungan sekitar yang ada di sekelilingnya dengan cara memberikan persembahan – persembahan berupa yadnya yang menurut umat Hindu sebagai salah satu cara kita mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Ida Sang Hyang Widh Wasa. Demikian disampaikan Gubernur Bali Made Mangku Pastika saat menerima audiensi dari Fakultas Hukum Universitas Udayana di Ruang Kerja Gubernur Bali, Selasa (8/12), bersama dengan perwakilan dan 4 orang mahasiswa dari Charles Darwin University yang membahas kegiatan Workshop on Legal Research Collaboration antara Fakultas Hukum Universitas Udayana dengan Charles Darwin University.

Dikatakan Pastika, Taksu tersebut muncul sebagai akibat dari pelaksanaan ritual yadnya yang merupakan wujud nyata dari pengamalan konsep keseimbangan dalam agama indu yang dikenal dengan Tri Hita Karana.  “Masyarakat Bali menganut paham Tri Hita Karana, yakni parahyangan yang artinya hubungan yang baik dengan Ida Sang Hyang Widhi, pawongan yakni hubungan yang baik dengan sesama manusia serta palemahan yang artinya hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar kita,” jelas Pastika. Ia juga menambahkan  segala bentuk adat istiadat dan budaya bagi masyarakat Bali merupakan persembahan kepada Tuhan. Selain menjelaskan tentang Tri Hita Karana, Pastika juga menjelaskan tentang Rwa Bhineda yang menurutnya merupakan 2 sisi yang berlawanan yang menyebabkan kehidupan tersebut berjalan. “Kalau salah satu sisinya tidak ada, kehidupan itu tidak akan berjalan, bumi ini juga tidak akan berputar, kalau di Cina disebut Yin dan Yang, jadi hal seperti inilah yang menyebabkan Bali tersebut metaksu”, tegas Pastika. Terkait dengan Kegiatan yang dilaksanakan oleh FH Unud, Pastika sangat mengapresiasi kegiatan tersebut. hal tersebut dikarenakan bukan hanya memberikan pengetahuan yang lebih baik namun juga menciptakan sebuah interpersonal relationship yang menurut Pastika sangat bermanfaat bagi mahasiswa tersebut. “Bagaimanapun kondisinya nanti antara Australia dan Indonesia khususnya Bali, seperti kondisi politik yang memanas, namun dengan interpersonal relationship hal tersebut tidak akan mempengaruhi kita, hubungan tersebut akan tetap terjalin dengan baik”, pungka Pastika yang juga mengaharapkan interpersonal relationship tersebut mampu menciptakan better understanding antara masyarakat Bali dengan Australia.

Sementara itu Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Prof IGN Wairocana menyatakan bahwa kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk bertukar pikiran, belajar mengenai hukum dan juga bahasa sehari – hari diantara mahasiswa, selain itu kegiatan tersebut merupakan salah satu upaya mempererat hubungan Bali dengan Australia. Kegiatan yang telah dilaskanakan sejak 30 November lalu menurutnya merupakan gebrakan baru dari kerjasam antara Universitas Udayana dengan Charles darwin University, yang dimana mahasiswa akan saling berkolaborasi antara mahasiswa Universitas Udayana dan Charles darwin University untuk melaksanakan penelitian yang hasilnya nanti akan dipresentasikan pada 10 Desember mendatang dan juga akan diterbitkan dalam artikel dan jurnal dunia. Lebih lanjut disampaikan Wairocana, kebanyakan penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa mengambil tentang adat istiadat serta kebudayaan yang ada di Bali oleh karena itu ini juga merupakan salah satu upaya meperkenalkan dan memberikan gambaran tentang bagaimana kondisi dari adat istiadat serta budaya Bali tersebut.

Dalam audiensi tersebut Gubernur Pastika yang turut didampingi oleh Plt. Kepala Biro Humas Setda Provinsi Bali I Ketut Teneng, juga dilakukan penyerahan sovenir yang diserahkan oleh Wakil Kepala Hukum Charles Darwin University Daniel Kelly yang diterima langsung oleh Gubernur Pastika. AD-MB