Women Vote For WomanDenpasar (Metrobali.com)-

Perempuan memiliki banyak peranan strategis. Bukan saja dalam bidang sosial kemasyarakatan, namun keberadaan kaum perempuan ini juga dinilai menjadi salah satu penentu dalam mempertahankan eksistensi budaya, lingkungan, politik bahkan juga pembangunan. Tanpa keterlibatan perempuan, maka upaya mempertahankan eksistensi yang ada hanyalah bagian dari sekedar wacara belaka.
——————

woman vote for woman 1BANYAKNYA peranan strategis bagi kaum perempuan (khususnya kaum perempuan Bali) itu, sebagaimana yang terungkap dalam diskusi terbatas yang digelar para tokoh perempuan Bali bertajuk “Penetapan Pemimpin Perempuan sebagai Realisasi Kesetaraan dan Keadilan Gender” di Hotel Queen, Denpasar, Sabtu (14/11) malam lalu.
Seperti halnya yang disampaikan Mantan Kakanwil X Pariwisata, Pos, danTelekomunikasi (Parpostel) Provinsi Bali, Prof DR Mardani Ratha. Pada diskusi yang juga dihadiri para tokoh perempuan Bali seperti Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Bali dan juga mantan Ketua Kaukus Perempuan Politik Bali (KPPB) Bali, Ni Nyoman Masni; Mantan anggota DPRD Bali dua periode dari Fraksi ABRI dan juga Dosen Fakultas Hukum Unud, Ayu Putu Nantri; Sekretaris Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DPP Partai Demokrat, Tutik Kusuma Wardani; anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Provinsi Bali, Utami Dwi Suryadi, Sekretaris DPD II Partai Golkar Denpasar yang juga Calon Wakil Wali Kota Denpasar nomor urut 3, AA Ayu Rai Sunasri dan puluhan tokoh perempuan lain, menyatakan, bahwa tanpa keterlibatan dan campur tangan perempuan, maka upaya mempertahankan eksistensi budaya (Bali) tidak akan pernah tercapai.
Untuk itu, masih pada diskusi yang dihadiri oleh Cawali Denpasar, I Made Arjaya, dan juga ketua tim kampanye Paket Arjaya-Sunasri (AS), Wayan Mariana Wandira, itu itu berpendapat bahwa, munculnya salah satu paket dengan menggandeng perempuan adalah modal sekaligus bentuk penghargaan terhadap kaum perempuan dalam kesetaraan dan keadilan gender.
Dicontohkan Mardani, di bidang penghijauan dan budaya misalnya, dalam upaya mempertahankan itu, minimal 30 persen harus melibatkan kaum perempuan. “Sekali lagi, tanpa adanya keterlibatan perempuan, maka upaya itu juga tidak pernah akan bisa terwujud,”tegasnya.
Termasuk penilaiannya, dengan adanya salah satu pasangan calon (Paslon) wali kota dan wakil wali kota Denpasar yang berani memunculkan perempuan di ranah politik, menurutnya selain hal tersebut sebagai bagian dari bentuk penghargaan, kesetaraan dan keadilan secara riil terhadap kaum perempuan, Mardani juga berpendapat bahwa hadirnya Sunasri mendampingi Arjaya di Pilwali 2015 ini juga bagian dari upaya mempertahankan eksistensi seluruh bidang yang sudah ada. “Tentu harapannya, paslon (Arjaya-Sunasri) ini nantinya bukan hanya mampu mengaktualisasikan program semata, melainkan dengan adanya keterwakilan perempuan didalamnya maka kami juga berharap paslon ini bisa merealisasikan seluruh program khususnya yang berkaitan dengan persoalan gender di Denpasar,”pungkasnya.RED-MB