Denpasar (Metrobali.com)-

Gabungan Pelaksana Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensi) Provinsi Bali meragukan kualitas bangunan terowongan (underpass) Simpang Dewa Ruci, Kuta, Kabupaten Badung.

“Permukaan ‘underpass’ tersebut bergelombang. Ada dua penyebab, yaitu tak sesuai bestek (besaran teknis) atau pengerjaannya kurang berkualitas,” kata Ketua Dewan Pengurus Daerah Gapensi Provinsi Bali Wayan Adnyana di Denpasar, Minggu (2/6).

Ia mengaku banyak menerima keluhan masyarakat bahwa kondisi jalan tersebut bergelombang dan kurang rapi, termasuk juga penataan tamannya.

“Masyarakat berhak menilai proyek jalan bawah tanah yang menelan dana ratusan miliar rupiah karena dana tersebut dari APBN maupun APBD. Dan yang memanfaatkan jalan itu juga masyarakat lokal, di samping juga wisatawan yang kebetulan berlibur di Pulau Dewata,” kata anggota Komisi III DPRD Bali itu.

Adnyana berjanji akan segera meninjau bangunan yang sudah diujicobakan beberapa waktu lalu sebelum diserahterimakan dari PT Adhi Karya kepada pemerintah.

“Untuk menanggapi atau menilai jalan ‘underpass’ bergelombang seperti yang dikeluhkan masyarakat, kami akan melihat dulu secara langsung ke lapangan. Kami belum bisa menyimpulkan penyebab jalan tersebut bergelombang. Apakah karena tak sesuai bestek atau memang kualitas pengerjaannya jelek,” katanya.

Menurut dia, struktur tanah di terwongan tersebut labil karena dekat hutan bakau.

Jalan bawah tanah tersebut merupakan yang pertama di Bali. Jalan itu berfungsi untuk mengurai kemacetan arus lalu lintas di sekitar objek wisata Pantai Kuta dan Pantai Sanur serta Bandara Ngurah Rai.

Sebelumnya, Ketua Komisi B DPRD Kabupaten Badung Made Sumerta menduga proyek tersebut dikerjakan asal-asalan.

“Kami segera akan turun untuk melihat lebih dekat jalan yang menelan dana ratusan miliar tersebut. Karena ditengarai tak sesuai dengan bestek, sebab kondisi jalan itu bergelombang,” kata Sumerta di Badung, Jumat (31/5).

Menurut dia, baru diuji coba saja jalan tersebut bergelombang, apalagi sudah dioperasikan secara berkelanjutan.

Selain itu Sumerta juga menyoroti penataan taman di sekitar jalan bawah tanah. “Penataan tamannya juga asal tanam. Tidak memikirkan estetika keindahan. Pohon ditanam kecil-kecil kapan akan besarnya, mengapa tidak sekalian yang tanggung ditanam agar cepat rindang dikawasan itu?” kata Sumerta. INT-MB