fotografi

Denpasar (Metrobali.com)-

Seniman serba bisa Nyoman Erawan (56) menggelar pameran kolaborasi melibatkan fotografi pilihan dalam pameran bertajuk “Erawan vs Perupa Cahaya Sejati; Beyond a Light” di Bentara Budaya Bali (BBB) Ketewel, Kabupaten Gianyar, Bali.

“Pameran menyuguhkan karya foto dokumentasi maupun art sebagai bentuk representasi ‘baru’ atas peristiwa yang mengawalinya. Pameran berlangsung seminggu, 10-17 Mei 2014,” kata Nyoman Erawan di Denpasar, Kamis (8/5).

Pada 15 Maret 2014 ia juga berkolaborasi dengan para penyair Bali terpilih, antara lain Mas Ruscitadewi, Cok Sawitri, Oka Rusmini, Tan Lioe Ie, W. Wisatsana dan Wayan Jengki Sunarta.

Kolaborasi yang bertajuk “Salvation of The Soul, Ritus Bunyi Kata Rupa” itu tak terulang dari peristiwa pertunjukkan seni tersebut yang diabadikan oleh para fotografer kemudian dihadirkan dan direspons kembali oleh Nyoman Erawan dalam bentuk pameran seni rupa bersama kali ini.

“Nyoman Erawan kembali terusik ide-ide kreatifnya setelah menyaksikan rekaman-rekaman peristiwa tersebut, sehingga muncul gagasan untuk melanjutkan proses cipta itu menjadi representasi ‘baru’ sehingga hadirlah pameran bertajuk Erawan vs Perupa Cahaya Sejati dengan subtema ‘Beyond a Light,” tutur I Wayan Seriyoga Parta, kurator pameran tersebut.

Ia menjelaskan, pameran kali ini dimaksudkan untuk menjaga daya kreativitas dan proses penciptaan, di mana dokumen-dokumen foto dan rekaman peristiwa ritus seni tersebut disikapi secara kreatif dalam bentuk kolaborasi bersama perupa cahaya.

“Sebagai perupa, Nyoman Erawan adalah seniman yang dikaruniai elan kreatif tinggi, terbukti, tidak hanya melukis dua dimensi, tiga dimensi dan seni instalasi, namun menciptakan pula berbagai karya multimedia berikut performing art lintas batas,” ujarnya.

Semua itu mempertautkan kekayaan kultural Bali dengan kemodernan dan kontekstual yang mencerminkan kekinian.

Pameran itu menyuguhkan sekitar 320 foto dokumentasi, sekitar 23 foto seni, karya instalasi dan video mapping. Mereka yang terlibat dalam pameran kali ini yakni Ida Bagus Darmasuta, Komang Parwata “Totok”, Agus Wiryadhi Saidi, Dewa Gede Purwita, Komang Purnama Santi “Asok”, dan Raden Cahyoko “Kokok”.

Para seniman fotografi dan video maker tersebut tidak hanya menghadirkan rangkaian dokumentasi peristiwa, namun juga menginterpretasikannya kembali melalui sebentuk representasi dan persepsi “baru”.

Dalam dimensi ruang dan waktu penciptaan tersebut para seniman berkolaborasi menggali dan melampaui batas-batas konvensi pemahaman terhadap foto-dokumentasi, serta masing-masing dengan caranya yang otentik dan unik mendayagunakan kekuatan cahaya yang penuh ketakterdugaan itu.

“Saya gembira karena akhirnya kolaborasi ini dapat terwujud. Hal ini merupakan satu upaya membangun pergaulan kreatif, saling mendorong kreativitas dan juga saling memberi semangat untuk berkarya tanpa henti,” tutur Nyoman Erawan.AN-MB