Mangupura (Metrobali.com)-

Perayaan acara keagamaan seperti Dharmasanti Waisak, merupakan momentum untuk bersilaturahmi, mempererat persaudaraan antarumat Buddha, juga antarumat Buddha dengan umat beragama lainnya. Kegiatan ini mampu mendamaikan suasana batin umat Buddha setelah menyelesaikan ritual, rangkaian peringatan Waisak untuk kemudian bersiap menghadapi tugas-tugas selanjutnya.

“Dalam skala lebih luas, Dharmasanti dapat mempererat tali persaudaraan untuk semakin memantapkan suasana sejuk, damai, rukun dan tenteram bagi kita semua, seluruh komponen masyarakat Bali, dan seluruh komponen umat beragama di Bali,” ujar Gubernua Bali, Made Mangku Pastika, dalam sambutannya pada acara Dharmasanti Waisak 2557 / 2013 umat Buddha Bali, di Gedung Kertha Gosana, Puspem Badung di Sempidi, Senin (10/6) malam.

Selain dihadiri tokoh dan umat dari berbagai majelis dan wadah keagamaan Buddha, acara Dharmasanti Waisak 2557/2013 juga dihadiri sejumlah tokoh pemerintahan dan tokoh lintas agama. Di antaranya hadir perwakilan Dirjen Bimas Buddha Kementerian Agama RI, Sekda Kabupaten Badung mewakili Bupati Badung, dan Ketua DPRD Badung.

Di bagian lain Gubernur Bali mengajak seluruh komponen masyarakat, semua umat beragama untuk menjauhkan sikap eksklusif. Dikatakan, sikap ini harus dihindari karena dapat menjauhkan seseorang atau kelompok bahkan umat beragama, dari pergaulan lingkungan sosial.  Dewasa ini modernisasi telah membawa nilai-nilai baru dalam lingkuingan tradisi sosial budaya dan keagamaan.

Berbagai nilai modernisasi yang berkembang sangat berpotensi menimbulkan gangguan dan ancaman terhadap keharmonisasn dan kerukunan masyarakat Bali salah satunya adalah sikap eksklusif ini. Berbagai konflik sosial yang bernuansa SARA yang muncul akhir-akhir ini baik di Bali maupun daerah lain sesungguhnya didasarkan oleh ekskusivisme.

“Karena itu saya mengajak seluruh komponen masyarakat dalam kesempatan ini khususnya umat Buddha, untuk menghindari sikap eksklusif  tersebut. Mari kita kembangkan sikap inklusif sebagai masyarakat Bali yang terbuka, tetapi tetap selekltif sesuai nilai filosofi Tri Hita Karana,” ajaknya.

Pada kesempatan tersebut Gubernur juga menyampaikan apresiasi kepada umat dan tokoh umat Buddha sebagai bagian integral masyarakat Bali yang dinilai telah memberikan kontribusi penting bagi masyarakat dan daerah. “Kita patut berbangga, keharmonisan masyarakat dan kesuksesan pembangunan di Bali berkat komitmen masyarakat termasuk komitmen umat beragama,” tandasnya.

Acara Dharmasanti Waisak diisi dengan pembacaan ayat-ayat suci Dhammapada oleh generasi muda dari Pemuda Theravada Indonesia (PATRIA) Bali, paduan suara Gita Dhamma Bali, dan pementasan drama tari berjudul “Keteladanan Sang Buddha”. Pada kesempatan tersebut juga diserahkan bingkisan kepada perwakilan tokoh veteran pejuang, dan kenang-kenangan kepada sejumlah undangan termasuk Gubernur Bali.

Menurut ketua panitia, Mahayani Permana, sebelum puncak Dharmasanti Waisak, telah dilangsungkan sejumlah kegiatan antara lain bakti sosial di areal Taman Makam Pahlawan Pancaka Tirta, Tabanan, dan donor darah di sejumlah vihara yang mengumpulkan sekitar 300 kantung darah.RED-MB