Denni P Purbasari, pengajar di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada (UGM)
 
Jakarta (Metrobali.com)-
Ekonom UGM Denni P Purbasari mengatakan, adalah sah menggunakan analisis psikologi pasar dalam penentuan sistemik atau tidak sistemik. 
 
John Maynard Keynes yang menulis buku General Theory menjelaskan, saat terjadi Great Depresion pada tahun 1930-an dia menggunakan analisis psikologi yaitu yang disebut sebagai Animal Spirits
 
“Yaitu ketika terjadi krisis, orang-orang itu panik tidak bisa mengakses berapa probabilitas nilai dari masing-masing aset apakah saham, apakah obligasi dengan tepat,” kata Denni P Purbasari dalam peluncuran buku “Bola Liar Kasus Bank Century: Kebijakan Pencegahan dan Tanggapan Menyesatkan” di Wisma Antara, Jakarta, Selasa (25/3/2014).
 
Ia menambahkan, situasi informasi pada saat krisis itu sangat kacau dan sangat berdampak secara psikologis, begitupun ketika krisis finansial tahun 2008.
 
Lebih lanjut Denni menjelaskan sikap atau naluri investor yang takut akan resiko akan segera menarik atau menjual surat-surat/aset-aset yang dia miliki.
 
“Karena lebih baik dapat duit sekarang daripada besok, karena besok sudah terlambat. Sehingga terjadilah penarikan secara besar-besaran,” ujar dia.
 
Kalau seperti itu, lanjut Denni, logika sederhananya ialah supply dari surat berharga atau aset meningkat karena itu harga dari aset tersebut jatuh. Begitu harga jatuh, neraca dari sisi aset perbankan lembaga keuangan kemudian terkoreksi.
 
“Kalau sudah terkoreksi dan hari demi hari koreksinya unpredicteble tidak bisa di asses maka itu tantangan buat audit,” ujar dia.
 
Karena itu, salah satu kebijakan pemerintah pada saat krisis 2008 adalah menghentikan perdagangan saham. Jadi dalam menghadapi krisis terdapat berbagai unsur yakni, unsur teknis akuntansi, teknis ekonomi yang berbaur yang memang itu tidak bisa dipahami secara umum.
 
“Nah yang terjadi adalah saya melihat memang cukup memprihatinkan karena profesi ekonomi under attack dalam kasus Bank Century,” imbuhnya.
 
Sekarang, kalau saja pengambil kebijakan seperti Boediono dan Sri Mulyani dengan itikad baik menggunakan informasi yang ada di depan mereka memutuskan menyelamatkan ekonomi Indonesia, maka hal itu adalah keputusan yang tepat.
 
“Karena berapa sebenarnya ongkos krisis terhadap pengangguran, terhadap GDP, terhadap harga perumahan dsb, that’s very costly. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan ekonomi Indonesia seandainya tidak dibailout,” tuturnya.
 
Denni menuturkan, kita tentu masih ingat krisis tahun 1997-98 dengan dampaknya yang begitu mengerikan terhadap GDP Indonesia, pengguran dan kemiskinan. Kemiskinan Indonesia pada saat itu mencapai 50 persen, kemudian GDP kita terkontraksi hingga 13.9%. 
 
“Itu adalah ongkos dari terjadinya krisis yang sifatnya sistemik. Tentu saja kita tidak tahu, kalau saja Bank Century tidak dibailout, apakah Indonesia akan seperti itu? Tetapi untuk menghindarkan itu, dilakukanlah penyelamatan melalui bailout Bank Century dan saya kira itu keputusan yang tepat,” pungkas Denni. (fdep-mb)