Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG  dan  Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana, M.Kes saat usai penilaian Gerakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (GRSSIB) di Aula Wijaya Kusuma RSUD Buleleng, Rabu (15/8).
Buleleng, (Metrobali.com)-
Health Promotion dan juga Health Education merupakan pola yang  dilakukan untuk menurunkan angka kematian ibu melahirkan. Salah satunya melalui Radio Republik Indonesia (RRI), dimana melalui media ini dilakukan sosialisasi kepada masyarakat. Disamping itupula dengan melakukan penyebaran Brosur terkait dengan ibu hamil dan ibu menyusui. “Penyebaran brosur yang berisi tentang apa yang harus dilakukan ibu hamil dan ibu menyusui,” demikian dijelaskan Direktur Utama (Dirut) RSUD Buleleng, dr. Gede Wiartana, M.Kes saat usai penilaian Gerakan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (GRSSIB) di Aula Wijaya Kusuma RSUD Buleleng, Rabu (15/8).
Lebih lanjut diungkapkan angka kematian ibu melahirkan masih menjadi fokus pemerintah untuk diturunkan. Berbagai upaya telah diambil untuk mendukung penurunan angka kematian ibu melahirkan. Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Buleleng, angka kematian ibu melahirkan cenderung turun dari tahun 2016.”Terdapqt kecenderungan menurunnya angka kematian ibu melahirkan di RSUD Buleleng. Tercatat pada tahun 2016 ada 10 orang. Untuk tahun 2017 sebanyak tujuh orang dan tahun 2018 sampai dengan bulan Agustus sebanyak empat orang. Ini menunjukkan kualitas pelayanan di RSUD Buleleng semakin meningkat dan akan terus ditingkatkan. “ terang Wiartana
Menurutnya faktor angka kematian ibu melahirkan tidak hanya dipengaruhi dari pelayanan kesehatan di rumah sakit. Selain itu, dipengaruhi oleh kondisi ibu hamil, ketaatan kontrol ibu hamil dan kontrolnya tidak berkala. Sehingga jika ada kelainan-kelainan saat kehamilan seperti hipertensi ataupun kehamilan kembar dan penyulit-penyulit kelahiran tidak terdeteksi kalau kontrolnya tidak berkala. “Disamping itu ada juga sistem rujukan yang belum optimal,” ujarnya lagi.”Selanjutnya,  untuk menghadapi penilaian GRSSIB ini, kami sudah membentuk tim yang terdiri dari beberapa kelompok kerja (pokja). Mengoptimalkan aktivitas di rumah sakit seperti di poliklinik, bidan, tempat melahirkan, ruang nipas dan juga kamar operasi. Peran dari tim ini ada di semua lini pelayanan, dan harus memiliki pedoman, standar pelayanan dengan baik,” tandas Wiartana.
Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng, dr. I Nyoman Sutjidra, Sp.OG yang juga hadir dalam penilaian GRSSIB mengatakan Pemkab Buleleng sangat mendukung RSUD Buleleng dalam penurunan angka kematian ibu melahirkan. Dukungan tersebut berupa penyediaan fasilitas yang diperlukan RSUD Buleleng dan juga Puskesmas. Sistem juga disiapkan untuk melayani masyarakat emergency termasuk ibu melahirkan. “Kita juga siapkan sistem yaitu melalui Buleleng Emergency Service,” ucapnya menegaskan
Iapun meengatakan Buleleng Emergency Service dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dalam kegawatdaruratan termasuk kegawatdaruratan di bidang ibu-ibu bersalin. Sistem ini sudah berjalan dan dengan upaya ini dari tahun ke tahun angka kematian ibu melahirkan jumlahnya turun. “Mudah-mudahan posisi ini bisa kita pertahankan sehingga angka kematian ibu dan bayi bisa di bawah angka rata-rata provinsi dan nasional,” tandas Sutjidra.
Pewarta : Gus Sadarsana
Editor : Whraspati Radha