Foto: Anggota Badan Sosialisasi MPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI kepada petani di Desa Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Sabtu (3/7/2021).

Bangli (Metrobali.com)-

Anggota Badan Sosialisasi MPR RI AA Bagus Adhi Mahendra Putra (Amatra) yang akrab juga disapa Gus Adhi terus di hadir di tengah-tengah masyarakat di berbagai elemen masyarakat untuk mensosialisasikan dan membumikan Empat Pilar MPR RI.

Kali ini Amatra hadir mensosialisasikan Empat Pilar MPR RI di kalangan petani dan tokoh masyarakat di Desa Pengotan, Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli, Sabtu (3/7/2021) bertempat di bumi perkemahan Bali Woso Upadesa, Desa Pengotan.

Empat pilar yang disosialisasikan yaitu, Pancasila sebagai Dasar Ideologi Negara, UUD Tahun 1945 sebagai konstitusi negara serta ketetapan MPR, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai bentuk negara, dan Bhinneka tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Dengan gaya bahasa yang ringan dan sederhana namun mengena serta diselingi candaan dan keceriaan yang dikemas dalam bentuk quiz menyebutkan isi teks Pancasila, Gus Adhi “Amatra” mengedukasi dan menggugah kembali kesadaran petani untuk kembali mengingatkan dan mengimplementasikan penuh esensi Empat Pilar.

Sejumlah petani dites untuk menyebutkan isi teks Pancasila namun tidak sendiri petani yang lupa dan tidak mampu menyebutkan kelima sila dari Pancasila dengan benar, tepat dan lengkap. Namun ada juga petani yang masih ingat dan benar mengucapkan kelima sila dari Pancasila yang kemudian mendapatkan apresiasi dan hadiah dari Amatra yang juga Anggota Fraksi Golkar DPR RI Dapil Bali ini.

Dengan sabar pun Amatra menekankan pentingnya semua kalangan tidak terkecuali para petani agar memegang teguh Pancasila, mengingat isi teks Pancasila dan mengamalkan nilai-nilai ajaran luhur Pancasila termasuk secara keseluruhan mengenai Empat Pilar MPR RI.

Sebab sangat bahaya jika nilai-nilai luhur Pancasila tidak dijalankan dalam keseharian. Degradasi moral anak bangsa yang terjadi saat ini juga karena imbas dari mulai dilupakan dan diabaikannya Pancasila.

“Untuk itu kita sosialisasi Empat Pilar MPR RI di semua kalangan termasuk di kalangan petani. Ini penting kita hadirkan di petani agar mereka kembali menguatkan nilai-nilai kebangsaan,” ujar Anggota Komisi II DPR RI ini.

“Petani jangan hanya bisa bertani, mengolah ibu pertiwi tapi harus menegang teguh falsafah bangsa Indonesia Pancasila dan membumikan Empat Pilar MPR RI untuk menjaga ibu pertiwi.
Walau petani harus tetap pegang kuat Empat Pilar dan laksanakan dengan sungguh-sungguh karena itu kekuatan negara,” sambung Ketua Harian Depinas SOKSI ini.

Gus Adhi menegaskan bangsa dan negara yang kuat adalah yang mampu memegang teguh falsafah negara. Sebaliknya suatu bangsa dan negara bisa hancur berkeping-keping, terpecah belah jika tidak mampu memegang teguh falsafah negara.

Karenanya Indonesia jika ingin tetap eksis terus sebagai bangsa dan negara yang kuat, besar dan menjadi negara maju maka harus tetap berpegang teguh pada Pancasila sebagai falsafah negara Indonesia.

“Irak, Libya, Yaman, Syria hancur karena tidak kuat pegang falsafah negaranya.
Maka Indonesia harus kuat pegang falsafah negaranya yakni Pancasila. Jangan lagi Pancasila seperti diberikan ke pasar bebas, bisa diadakan bisa tidak,” kata Amatra yang juga Ketua Depidar Provinsi Bali ini.

Di sisi lain, Amatra melihat bahwa takdir yang diberikan oleh Tuhan kepada bangsa Indonesia harus diapresiasi semaksimal mungkin. Sebab kemerdekaan Indonesia dari penjajahan selama 360 tahun tidak ada gunanya jika generasi penerusnya tidak bisa menjaga Empat Pilar MPR RI dengan seutuhnya.

Apalagi saat ini, Indonesia sudah memasuki klaster negara maju. Namun majunya negara Indonesia agar tidak seperti bangsa lain yang tidak berpegang teguh pada nilai kebangsaannya.

Beberapa negara yang tidak memegang teguh nilai kebangsaan seperti Irak, Libya, Yaman, dan Syiria. “Mereka dulu adalah negara yang maju. Tatkala mereka tidak mampu memegang kekuatan atau potensi bangsanya, dia hancur seperti sekarang,” kata Amatra.

Di sisi lain, ada pula negara maju yang bisa memegang kekuatan bangsanya, seperti Amerika Serikat dengan liberalisme, China dengan komunisme dan konfusiusme. Selain itu ada Jepang, Perancis, kemudian ada Arab Saudi dengan islamnya.

“Ini masih survive, masih kuat . Ya karena apa, karena bangsa-bangsa besar itu adalah bangsa yang berpijak pada falsafah bangsanya sendiri,” tegas politisi Golkar asal Kerobokan, Badung ini.

Maka dari itu, Amatra menilai, Indonesia tanpa Pancasila tidak akan pernah bersatu sehingga keberadaannya harus dipertahankan sebagai harga mati.

Terlebih di tengah-tengah kondisi pandemi Covid-19 saat ini, Pancasila masih sangat relevan bagi bangsa Indonesia untuk terus diresapi dan diamalkan. Melalui semangat solidaritas yang tercermin dalam sila-sila Pancasila dan melalui gotong royong, masyarakat Indonesia secara proaktif melawan pandemic Covid-19 bersama-sama.

Amatra menambahkan situasi saat ini Pancasila ibarat diserahkan ke mekanisme “pasar bebas”. Karenanya Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Republik Indonesia (RI) khawatir akan dampak negatifnya jika negara tidak hadir membumikan Pancasila dan menjadikan Empat Pilar sebagai tiang kokoh penyangga bangsa Indonesia.

Oleh karena itu, Amatra melihat bahwa MPR mempunyai peran penting sekali sehingga harus hadir untuk mengisi kekosongan tersebut. Hal inilah yang juga menjadi dasar bagi Ketua MPR periode 2009-2014 Taufik Kiemas bahwa MPR harus mengisi kekosongan  dengan sosialisasi empat pilar. (wid)