Foto: Wakil Ketua Bidang Ekonomi DPW Partai NasDem Provinsi Bali Pontas Hottua Simamora.

Denpasar (Metrobali.com)-

Pemerhati ekonomi yang juga kader NasDem Bali Pontas Hottua Simamora mendukung upaya Bali menggarap berbagai potensi ekonomi digital dan juga menjadi “Fab Island” atau Pulau Fabrikasi Digital sebagaimana yang telah dideklarasikan Pemerintah Provinsi Bali bersama dengan Fab City Foundation dan Meaningful Design Group.

Menurut Wakil Ketua Bidang (Wakabid) Ekonomi DPW Partai NasDem Provinsi Bali ini, potensi dasar untuk mendukung berkembangnya pabrikasi digital ini tentu adalah SDM-nya yang tidak sekedar melek digital tapi harus smart. Selain tentunya diperlukan akses teknologi digital yang prima, cepat, mudah dan murah di Pulau Dewata.

“Nah, Bali dalam hal ini, infrastruktur pendidikannya dalam pengembangan SDM saya kira cukup baik, terlihat dari banyaknya kampus dan banyaknya peminat kaum milenial yang kuliah di bidang digital ini,” ujar Pontas Hottua Simamora saat dihubungi, Kamis (27/10/2022).

Menurutnya, SDM Bali harus disiapkan ke arah sana penguasaan teknologi digital, karena masa depan ekonomi dunia adalah digitalisasi semua sektor. “Jadi untuk menjadikan Bali Pulau Fabrikasi Digital, harus ditopang dan didukung SDM mumpuni yang menguasasi teknologi digital dan ekonomi digital,” ujar Pontas yang juga Director of CV. Ahimsa Solusindo, perusahaan di bidang IT.

Di sisi lain ada hal yang juga perlu diantisipasi, kejahatan yang menggunakan teknologi digital akan berkembang jenis dan skalanya.  “Perkembangan yang terakhir kita lihat munculnya bank digital yang menawarkan kemudahan-kemudahan sistem perbankan, namun belum diikuti aturan main dan sistem pengawasan yang mumpuni,” terang pria yang juga Sekretaris Umum Badan Pengurus Daerah (BPD) Lembaga Cegah Kejahatan Indonesia (LCKI) Provinsi Bali ini

Lebih lanjut dikatakan, Bali sebagai pulau agraris yang tradisional akan ditinggal, pulau ini tanahnya terbatas, namun SDM-nya dan penduduknya yang datang dari berbagai pulau dan negara menjadi potensi dasar untuk mengambil peluang ekonomi digital.

“Misalnya Pemerintah Kota Denpasar dengan smart city program-nya, saya fikir sudah bisa dimanfaatkan sebesar-besarnya oleh warganya untuk memasuki dan mengambil peluang bisnis dalam ekonomi digital yang sangat luas sekali ceruk pasar (niche market)-nya. Hampir semua sektor sekarang ini dibuat dengan sistem digital, karena hampir setiap orang memiliki smartphone,” papar Pontas.

Solusi dan inovasi berbasis fabrikasi digital yang dikembangkan di Bali diharapkan juga bisa berkembang menjadi solusi di wilayah-wilayah lain di Indonesia. Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari belasan ribu pulau, dinilai sangat cocok untuk menerapkan skema fabrikasi digital terdistribusi.

Kolaborasi antar pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor privat, hingga komunitas dan masyarakat dalam mendorong pertumbuhan fabrikasi digital di Indonesia sangat diperlukan agar Bali sebagai Fab Island menjadi pintu bagi akses menuju jaringan global fabrikasi digital, tempat untuk belajar, membangun network, serta meningkatkan pengetahuan dan keahlian di bidang fabrikasi digital.

Sebelumnya Gubernur Bali I Wayan Koster mengungkapkan konsep Fab City yang mendorong tumbuh kembang ekonomi sirkular dengan semangat agar daerah dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, dengan memproduksi sendiri produk-produk yang dibutuhkan dengan dukungan teknologi canggih, sangat sejalan dengan visi ‘Nangun Sat Kerthi Loka Bali’ dan salah satu prinsip dalam Trisakti Bung Karno, yaitu berdikari secara ekonomi.

Dengan mendeklarasikan diri sebagai Fab Island, Bali menjadi bagian dari jaringan global teknologi, inovasi dan entrepreneurship guna memberdayakan masyarakat Bali sampai ke akar rumput. (wid)