dewa nyoman patra11

Denpasar (Metrobali.com)-

Sejak tahun 2010, lewat Kementerian Koperasi, UKM RI melalui Deputi Bidang Pengkajian dan Pengembangan, Bali telah menjadi pilot project pembinaan One Village One Product (OVOP).

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM), Dewa Nyoman Patra mengungkapkan, saat ini ada dua kabupaten yang telah mendapatkan program tersebut yaitu kabupaten Badung, Bangli dan tahun 2015 giliran kabupaten Tabanan yang mendapatkan rintisan OVOP.

“2015 ini, giliran Tabanan yang mendapatkan OVOP kita akan kembangkan rebung dari pohon bambu muda, itu dibuat sayur kita akan buat itu,” jelas Nyoman Patra, di Denpasar, Jumat (6/2).

Di Badung sendiri, tepatnya di desa Plaga telah berdiri sebuah koperasi yang bernama Koperasi Tani Merta Nadi dengan anggotanya 25 orang yang berkembang jadi 47 orang.

“Disini lebih ke tanaman asparagus yang kita kembangkan, karena hasilnya sangat bagus,” ujarnya.

Dijelaskannya, keuntungan menanam asparagus ini dilihat dari data milik koperasi ini dimana jika dibandingkan dengan menanam tanaman tradisional hasil keuntungannya lebih kecil.

Misalnya, petani sebut saja I Nyoman Sudarta, menanam tanaman tradisional jenis paprika dan tomat dimana modal awal Rp 5 juta dengan hasil penjualan mencapai Rp30 juta.

Sementara dengan tanaman asparagus, meski membutuhkan modal besar misalnya Rp 400 juta, Nyoman Sudarta mampu menjual asparagus sebesar Rp181, 6 juta. Sehingga keuntungan antara menanam tanaman asparagus sangat besar yaitu bisa mencapai Rp 141,6 juta, jika dibandingkan dengan tanaman tradisional lebih kecil yang hanya meraup keuntungan sebesar Rp25 juta.

“Hal seperti inilah yang akan kita kembangkan ke depan,bahkan di Bangli itu kan hasil unggulannya adalah buah jeruk, jeruk itu mulai dari kulitnya bisa dibuat selai, jeruknya bisa dibuat manisan, bisa dibuat kue bolu, kue kering pia, kue pai jeruk dan lain-lain,” papar Nyoman Patra.

Meski memiliki prospek cerah kedepan dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat ekonomi lemah, rupanya masih banyak kendala yang dihadapi para petani dalam mengembangkan OVOP.

“Seperti pengadaan bibit asparagus masih import dan ini harganya mahal, karena kita belum bisa kembangkan di daerah, SDM pengelola dan anggota kelompok koperasinya belum optimal, promosi produk belum optimal dan kurangnya ketersediaan pupuk untuk tanaman asparagus,” pungkasnya.

Karena itu, kedepan pihaknya akan terus menggalakkan program OVOP hingga ke seluruh kabupaten di Bali. Selain itu pihaknya terus  melakukan upaya dalam rangka mengatasi kendala yang ada di OVOP.

Misalnya untuk pengadaan pupuk, apalagi pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM nya yang dipimpin oleh Menteri A.A.Ngurah Puspayoga membuat satu program gebrakan yakni program revitalisasi pupuk di seluruh Indonesia termasuk di Bali.SIA-MB