Washington, (Metrobali.com) –

Amerika Serikat mengutuk serangan-serangan terhadap kota pesisir Kenya Poromoko di Lamu County Selasa, yang kabarnya terjadi saat menonton Piala Dunia dan menyebar ke seluruh kota.

Departemen Luar Negeri AS mengkonfirmasi serangan dilakukan oleh kelompok gerilyawan Al-Shabab, yang juga melakukan serangan pekan ini di Mpeketoni.

Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS, Jen Psaki, mengatakan kepada wartawan, “Kami menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai dan orang yang terluka dalam serangan itu.” Palang Merah Kenya memperkirakan jumlah korban tewas akibat insiden itu mencapai 48 orang.

Dia menambahkan, “Kami akan terus berbagi informasi dan melakukan pelatihan penegakan hukum dengan rekan-rekan kami di Kenya, di samping kerja sama kontraterorisme lainnya.

“Kedubes AS telah membatasi perjalanan bagi para personil pemerintah AS untuk lingkungan Eastleigh Nairobi dan semua kabupaten pesisir.

“Perjalanan ke daerah-daerah bagi personil pemerintah AS terbatas pada perjalanan misi-penting,” Psaki menegaskan.

Sementara itu para pemimpin Muslim di Kenya memperingatkan Selasa, bahwa serangan-serangan yang dilakukan kelompok Islam dan tindakan keras oleh pemerintah berisiko memecah belah negeri itu atas kelompok agama dan etnis.

“Kekerasan yang berlanjut berisiko merobek-robek negeri ini… sementara sedikit yang telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi kecemasan-kecemasan ini,” kata Ketua Forum Nasional Pemimpin Muslim Abdullah Abdi kepada wartawan.

Sedikitnya 15 orang diberitakan dibunuh Selasa dalam satu serangan baru dekat pesisir Kenya, sehari setelah militan Al Shabaab yang terkait dengan Al Qaida membunuh hampir 50 orang di kawasan yang sama.

“Beberapa dari serangan ini bertujuan menanam benih perpecahan dan kebencian di kalangan warga Kenya dan ingin memecah belah negeri ini atas kelompok agama dan suku,” kata Sheikh Mohammad Khalifa, dari Dewan Imam dan Dai.

Situasi itu merupakan “resep bagi kekerasan antarsekte dan etnis yang mungkin pengulangan peristiwa tragis pada 2007,” kata dia.

Kekerasan yang mematikan terjadi di Kenya pasca-pemilihan tujuh tahun lalu.

Pemilihan 2007 yang dipertikaikan berubah jadi kekerasan etnis. Sebanyak 1.200 orang terbunuh. Kenya dilanda gelombang kekerasan terburuk sejak kemerdekaan 1963.

Operasi besar dilakukan oleh kepolisian di pesisir itu – dengan komunitas Muslim menuding pemerintah atas pembunuhan para ulama radikal di luar hukum – telah membuat marah banyak orang sementara etnik Somalia dan pengungsi Somalia di ibu kota dirazia.

Serangan Minggu malam di Mpeketoni dekat kawasan resor Lamu merupakan yang terburuk di wilayah Kenya sejak penyerbuan pusat perbelanjaan Westgate pada September di Nairobi. Sebanyak 67 orang tewas dalam peristiwa itu.

(Ant) –