Foto : Pemerhati pertanian yang juga bakal caleg DPRD Bali dapil Tabanan dari Partai Golkar, Ida Bagus Herry Trisna Yuda alias Gus Deck.

 

Tabanan (Metrobali.com)-

Alih fungsi lahan pertanian masih menjadi momok yang menghantui eksistensi Tabanan sebagai “lumbung beras” Bali. Tiap tahun alih fungsi lahan kian tak terbendung.

“Jika tidak ada langkah serius pemerintah daerah menekan alih fungsi lahan. Predikat lumbung beras Tabanan akan berubah jadi lumbung beton,” kata pemerhati pertanian yang juga bakal caleg anggota DPRD Bali daerah pemilihan (dapil) Tabanan dari Partai Golkar,  Ida Bagus Herry Trisna Yuda, Selasa (14/8/2018).

Mengutip data Dinas Pertanian Tabanan, pria yang akrab disapa Gus Deck ini memaparkan alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Tabanan terus mengalami kenaikan, rata-rata mencapai 196 hektar per tahun.

Berdasar data di Dinas Pertanian, alih fungsi lahan di tahun 2011 tercatat sebanyak 40 hektar. Di tahun 2012 sebanyak 47 hektar. Naik drastis di tahun 2013 sebanyak 204 hektar. Lalu pada 2014 tercatat sebanyak 222 hektar, tahun 2015 248 hektar, dan meningkat kembali di tahun 2016 sebanyak 262 hektar.

Artinya, rata-rata alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Tabanan sebanyak 196,6 hektar per tahunnya dengan rincian 129,80 hektar menjadi lahan perkebunan dan menjadi perumahan, perkantoran, hingga akomodasi pariwisata sebanyak 66.80 hektar.

“Permasalahan alih fungsi lahan ini menjadi salah satu masalah paling serius dari sepuluh masalah pertanian di Bali termasuk Tabanan,” kata Gus Gus Deck.

Permasalahan lainya menyangkut kebijakan anggaran yang juga kurang berpihak pada sektor pertanian yang anggarannya masih sangat kecil. Sistem pemasaran produk pertanian juga belum ada yang jelas dan belum terintegrasi.

Belum juga ada pola subsidi pertanian yang optimal dan komprehensif bagi petani. Termasuk penguatan agro industri pertanian juga masih lemah dan debit air juga menyusut

Belum lagi masalah SDM karena kebanyakan petani sudah tua. Generasi muda hanya beberapa orang yang menjadi petani. Penerapan teknologi juga masih lemah. Ditambah pula melemahnya eksistensi subak.

“Diperlukan juga penguatan anergisitas pertanian dengan pariwisata. Jangan sampai pengembangan pariwisata malah mencaplok lahan-lahan pertanian sehingga alih fungsi lahan makin menggila,” tambah Gus Deck.

Ditambahkan, harus ada upaya serius pemerintah daerah memproteksi lahan pertanian dengan instrumen kebijakan dalam tata ruang dan pemanfaatan lahan. Termasuk yang strategis dan mendesak adalah meningkatkan daya saing dan potensi nilai ekonomi sektor pertanian.

Penerapan teknologi di semua aspek sektor pertanian bisa menjadi solusi. “Dari hulu ke hilir teknologi harus berperan. Sehingga petani bisa berdaya saing. Mampu mengelola dan menjaga lahan pertanian sehingga tidak dijual atau beralih fungsi,” tegas pria kelahiran 11 April 1970 itu.

Tidak ingin pertanian di Tabanan seperti dianaktirikan, pria asal Banjar Penebel Kelod, Desa Penebel Kelod, Kecamatan Penebel Tabanan itu terpanggil untuk ikut berjuang di legalislatif dengan maju sebagai bakal caleg anggota DPRD Bali daerah pemilihan (dapil) Tabanan dari Partai Golkar nomor urut 4. Alumni Magister Manajemen (MM) Pascasarja Undiknas Graduate School ini ingin mengawal kebijakan pembangunan khususnya memajukan sektor pertanian di Tabanan.

“Kita jangan hanya terpaku pada pariwisata. Padahal potensi di sektor pertanian masih cukup besar. Jangan lupa, pertanian dengan nilai-nilai budaya agraris di dalamnya juga menjadi penopang industri pariwisata Bali,” tandas pria yang dikenal ramah dan humoris ini.

Pewarta : Widana Daud

Editor : Whraspati Radha