Muhammad Awaluddin

Jakarta (Metrobali.com)-

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) menargetkan pendapatan dari pasar Enterprise and Business Services (EBIS) sebesar Rp10 triliun pada 2014, sementara hingga kuartal III 2014 sudah mencapai Rp7,3 triliun.

“Hingga September 2014, realisasi pendapatan Telkom dari segmen pasar EBIS sudah mencapai 73 persen. Optimistis sampai dengan akhir tahun mencapai target Rp10 triliun,” kata Direktur Enterprise and Business Services Muhammad Awaluddin di Jakarta, Senin (3/11).

Menurut Awaluddin, kontribusi segmen EBIS terhadap pendapatan Telkom Group dari tahun ke tahun terus meningkat atau mencapai sekitar 36 persen (unkonsolidasi).

Khusus di direktorat EBIS, Awaluddin menjelaskan pasar enterprise mendominasi yakni 75 persen atau sekitar Rp5,5 triliun, sementara sisanya dari pasar Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mencapai Rp1,8 triliun.

“Kami terus menggeber kontribusi dari pasar UKM melalui program IndiPrenuer, salah satunya dengan meluncurkan CRM Mobile Apps UKM Hebat dengan merek dagang Zapa,” katanya.

Ia menambahkan sampai dengan Oktober 2014 program IndiPreneur telah berhasil merangkul 300.000 UKM, dimana pada posisi Desember 2013 baru mencapai 170.000 UKM.

“Hingga akhir tahun 2014 kami membidik sekitar Rp10 miliar dari aplikasi ini terutama di penjualan produk konektivitas dan solusi,” katanya.

Untuk tahap awal, aplikasi Zapa tersedia di platform operasi Android, selanjutnya akan dikembangkan pada sistem lainnya.

Telkom menggandeng anak usahanya, Infomedia Nusantara sebagai pengembang aplikasi Zapa dan menargetkan satu juta UKM akan tergabung dan terhubung dengan berbagai aplikasi yang telah dikembangkan selama ini pada tahun 2015.

“Kami ingin mendorong dan memfasilitasi pelaku UKM yang selama ini masih dalam tahap mencoba memanfaatkan layanan Internet, benar-benar merasakan peningkatan dalam bisnisnya. Menuju UKM Hebat tentunya,” katanya.

Ia pun mengharapkan ada tambahan UKM yang dikelola Telkom tersebut membawa tambahan pencapaian (scaling) revenue pada komponen connectivity sebesar Rp30 miliar di tahun 2014.

“Ini masih rendah, karena potensi pasar besar mengingat tren ke depan semua akses melalui mobile,” ungkapnya. AN-MB